Mohon tunggu...
tsalis fitria
tsalis fitria Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UNISNU Sabtu-Ahad, Rakyat Korea Senin-Jum'at

Hobi saya adalah membaca dan menulis, kemudian sekarang saya tengah menempuh jenjang sarjana di sebuah kampus swasta dengan kuliah akhir pekan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penerapan Nilai-Nilai Pancasila dalam Melawan Gerakan Intoleransi di Indonesia

5 Januari 2023   20:37 Diperbarui: 6 Januari 2023   20:13 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak Faktor yang menyebabkan tindakan kekerasan agama di antaranya adalah pemahaman agama yang bersifat ekstrinsik atau memanfaatkan agama sebagai alat untuk mencapai tujuan yang bukan tujuan dari agama itu sendiri, melainkan kepentingan pribadi atau kelompok tertentu untuk mencapai kedudukan sosial dan kekuasaan di masyarakat. 

Bukan hanya itu pemahaman terhadap ke Bhinnekaan yang terangkai dalam sila-sila Pancasila menurun, untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai tersebut diperlukan pemahaman melalui pendidikan dari tingkat pendidikan dasar hingga pada tingkat pendidikan tinggi (Kaelan 2014).

Toleransi beragama memiliki arti sikap lapang dada seseorang untuk menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadahnya menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing yang diyakini tanpa ada mengganggu atau memaksakan, baik dari orang lain maupun dari keluarga. Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat beragama berpangkal dari penghayatan ajaran masing-masing.

Menurut Said Agil Al-Munawwar, ada dua macam toleransi, yaitu Toleransi Statis dan Toleransi Dinamis. Toleransi Statis adalah toleransi dingin tidak melahirkan kerja sama hanya bersifat teoritis. Toleransi Dinamis adalah toleransi aktif melahirkan kerja sama untuk tujuan bersama sehingga kerukunan antar umat beragama bukan dalam bentuk teoritis, melainkan sebagai refleksi dari kebersamaaan umat beragama sebagai suatu bangsa. (Ali, 1989 : 83).

Adapun kebebasan beragama sendiri sudah tercantum dalam konstitusi negara Indonesia kita ini, yakni pada pasal 28E ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 ("UUD 1945") : "Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarga negaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali".

Kemudian, berdasarkan nilai Pancasila yang kedua yakni kemanusiaan yang adil dan beradab, kita sebagai sesama manusia tentunya harus memiliki sikap keadilan dan beradab pada yang lainnya, entah itu pada yang lebih tua maupun yang lebih muda, utamanya dalam menghadapi gerakan Intoleransi. 

Wujud dari intoleransi sudah pasti ke tidak adilan dan juga ke tidak beradaban terhadap sesama manusia, seperti contoh salah satu kasus di atas misalnya pembunuhan, ya, tentunya orang yang melakukan tindak kejahatan berupa pembunuhan ini di dalam hatinya sudah tidak ada kata adil, semua manusia berhak hidup di dunia ini dengan keberagamannya, ia pun juga termasuk telah melakukan satu hal yang telah di larang oleh tuhan yakni membunuh sesama manusia, pembunuhan sendiri merupakan dosa yang besar di mata tuhan, maka sudah pasti orang yang membunuh ini pun sudah tidak menghadirkan tuhan ke dalam kehidupannya sehari- hari.

Seperti Halnya Konflik Poso yang terjadi di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Konflik ini terjadi sejak 25 Desember 1998 hingga 20 Desember 2001. Peristiwa kerusuhan ini dimulai dari bentrokan kecil yang terjadi antar kelompok pemuda sebelum akhirnya menjalar menjadi kerusuhan bernuansa agama. Dari peristiwa ini, dirinci bahwa terdapat 577 korban tewas, 384 terluka, 7.932 Rumah hancur, dan 510 fasilitas umum terbakar. Kerusuhan ini kemudian berakhir pada 20 Desember 2001 dengan di tanda tanganinya Deklarasi Malino antara kedua belah pihak. (Kompas.com 30/07/2021)

Setidaknya, ketika terjadi konflik antara dua pihak atau lebih, seharusnya ketika seseorang menerapkan nilai sila yang kedua, konflik tersebut  bisa diselesaikan dengan cara yang lain tanpa adanya pertumpahan darah antara satu sama lainnya, dengan adanya keberadaban pada diri seorang manusia, tentunya ia akan menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku.

Seringkali kita dengan tidak sengaja menyakiti perasaan orang lain melalui apa yang kita perbuat, baik berupa ucapan yang bersifat candaan maupun perbuatan, pun dalam berkehidupan sosial, kita tidak bisa dengan se enaknya mengatakan hal buruk pada sesama, karena hal tersebut termasuk tindakan yang tidak beradab dan intoleransi, jadi ketika kita akan mengerjakan suatu hal usaahakan untuk memikirkannya terlebih dahulu sebelum menindak lanjutinya dengan perbuatan.

Adapun Sila yang ketiga yakni Persatuan Indonesia bisa tergapai sepenuhnya ketika semua masyarakat telah bisa menerima perbedaan dan ciri khas dari masing-masing dan saling bersikap toleransi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun