Terakhir, mengabaikan risiko kehidupan nyata dalam film dapat mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pentingnya persiapan yang memadai. Oleh karena itu, industri film seharusnya menyertakan komponen edukatif, memberikan informasi kepada penonton tentang bahaya nyata yang dihadapi oleh para pendaki gunung.Â
Di sisi lain, kita sebagai audiens sekaligus penikmat film yang mungkin hendak melakukakan pendakian hendaknya mencari tau ilmu dasar seputar pendakian juga melakukan persiapan mental, fisik, dan bawaan yang memadai untuk pendakian. Karena walaupun terlihat mudah kegiatan pendakian tetap membutuhkan pengetahuan seputar kegiatan pendakian disamping keterampilan dan fisik yang mumpuni (Wardhana, 2016).Â
"The Everest" dan upaya sinematik serupa menghadapi tantangan untuk mencapai keseimbangan antara memberikan nilai hiburan dan menumbuhkan rasa tanggung jawab.Â
Sementara para penonton mencari pengalaman yang mendebarkan, sangat penting bagi para pembuat film untuk mengakui peran mereka dalam membentuk persepsi dan mempengaruhi keputusan dalam kehidupan nyata.Â
Untuk menjembatani kesenjangan antara representasi sinematik dan realitas, inisiatif kolaboratif antara pembuat film dan organisasi pendakian gunung dapat dibentuk. Inisiatif ini dapat mencakup memasukkan segmen edukasi dalam film, memberikan informasi yang akurat tentang langkah-langkah keselamatan, dan menyoroti dedikasi yang diperlukan untuk pendakian ketinggian yang sukses.
Dengan menyajikan penggambaran yang akurat tentang tantangan dan persiapan yang terlibat dalam pendakian Everest, para pembuat film memiliki kesempatan untuk memberdayakan para penonton dengan pengetahuan. Pemberdayaan ini dapat berkontribusi pada pendekatan yang lebih terinformasi dan bertanggung jawab terhadap kegiatan petualangan, baik di dalam maupun di luar layar. Karena film sebagai kritik sosial sekaligus media pendidikan diharapkan dapat meningkatkan transfer ilmu pengetahuan (Manurung et al., 2019).Â
Artikel ini menyajikan eksplorasi komprehensif terhadap representasi sinematik dalam "The Everest," mengevaluasi kritis protokol keselamatan dan langkah-langkah kesiapsiagaan yang digambarkan.Â
Dalam kegiatan mendaki gunung, persiapan yang matang menjadi krusial untuk menjadikan pengalaman yang bermanfaat dan menyenangkan. Dengan fokus pada keselamatan dan kesiapan, penelitian ini mengungkap sejauh mana representasi sinematik mencerminkan tantangan kehidupan nyata dan tindakan pencegahan dalam pendakian gunung di dataran tinggi. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H