"Wow! Amazing, that's my country, thank you for visiting Indonesia."
"Yes, you should visit Raja Ampat or another beach in Indonesia. That's so beautiful!"
"Thank you for trying Indonesia's traditional food, you must try the deliciousness of rendang, it's so good to taste!"
"Obama likes sate bakso from Indonesia! I'm proud to be Indonesian."
Pasti kamu pernah kan menemukan respon-respon semacam itu entah di blog, tweet, postingan instagram atau konten apapun di media sosial? Pernah gak kamu bertanya-tanya kenapa sih harus bangga sampai sebegitunya?
"Itu sekedar apresiasi aja kok ke pihak luar karena udah ngangkat negara kita di konten mereka."
"Sekedar mengekspresikan ke pihak luar kok kalau kita negara yang ramah!"
Mungkin di perspektif kita sepertinya hal itu terlihat luar biasa, tetapi di mata orang asing hal itu hanya sekedar lewat. Lalu kenapa mereka 'mengangkat' nama Indonesia jika bagi mereka itu biasa saja? Inferiority complex lah jawabannya.
Apa itu inferiority complex?
Gampangnya, inferiority complex mirip saat kamu merasa bahwa kamu gak lebih hebat dari orang lain disekitarmu. Iya, mirip juga dengan seseorang yang sedang memiliki kepercayaan diri rendah atau biasa dikenal dengan istilah down. Dampak dari rasa inferior ini bisa menimbulkan banyak perubahan dalam hidup seseorang mulai dari cara bergaul hingga cara pengambilan keputusan penting.
Terus apa hubungannya dengan bangsa Indonesia?Â
Inferiority complex gak hanya menjangkit seseorang, tetapi juga suatu bangsa. Nyatanya, kondisi tersebut sudah terjadi pada bangsa kita. Kok bisa begitu, emangnya Indonesia kenapa? Banyak kok gejalanya, mulai dari banyak masyarakat yang menganggap bahwa budaya asing  keliatan lebih keren dari budaya bangsa sendiri. Terus ketika kita lebih memilih produk asing daripada produk lokal dengan alasan produk asing 'katanya' lebih bernilai dari segi kualitas, bahkan bagi sebagian orang membeli produk asing bisa diartikan kaya 'memberi makan' gengsi semata.
Contoh lebih umumnya lagi, pasti kamu pernah menemukan orang Indonesia yang beranggapan kalau foto dengan bule tuh sebuah kebanggaan tersendiri. Padahal kalau dipikir-pikir, misalnya kita ke luar negeri apa mereka akan bangga sebegitunya kalo berhasil foto bareng kita? Faktanya, sih, tidak, hal inilah yang menunjukkan kalau bangsa kita udah akut banget inferiority complex-nya.
Ekspresi dalam inferiority complexÂ
Dalam inferiority complex semua perasaan ditunjukkan melalui kompensasi atau reaksi berlebihan (Heidbreder E.F., 1927) yang didorong dari alam bawah sadar terhadap suatu hal.
Reaksi berlebihan atau yang lebih sering disebut overreaction ini bisa dilihat dari sikap masyarakat yang terlalu menghargai karya asing berdasarkan "Indonesian Reference".
Overreaction ini juga terlihat sebagai bentuk adanya masyarakat yang ingin diakui oleh bangsa asing yang bagi mereka lebih tinggi derajatnya. Misalnya memberikan tanggapan positif---kadang lebih kearah membual---terhadap kreator asing yang membuat konten dengan mengangkat nama Indonesia.
Apasih penyebab bangsa Indonesia terjangkit inferiority complex?
Singkatnya, hal ini karena bangsa Indonesia pernah dijajah selama ratusan tahun oleh bangsa asing. Dulu, saat bangsa barat menjajah, mereka menerapkan penggolongan kasta individu dan menempatkan golongan pribumi di paling bawah. Hal tersebut pastinya berpengaruh banget pada pemahaman rakyat Indonesia, mereka merasa bahwa dirinya lebih inferior dibanding masyarakat barat dan perlahan meyakini bahwa segala standar mengenai hal-hal baik berpusat kepada bangsa barat.
Keadaan tersebut melahirkan kondisi dimana kepatuhan masyarakat lokal berkiblat pada apa yang mereka anggap ideal yang kemudian terlihat pada perilaku 'sopan santun' berlebihan pada mereka yang dianggap superior. Meskipun telah lepas dari jajahan, hal tersebut tak serta merta membuat bangsa Indonesia lepas dari perasaan inferior.
Gimana kalau perasaan inferior dibiarin terus menerus?
Perasaan inferior yang terus menerus memungkinkan berubahnya menjadi perasaan superior. Kenapa bisa begitu? Itulah yang disebut sebagai mekanisme pertahanan. Mekanisme pertahanan buat apa? Buat nyembunyiin perasaan inferioritas mereka dengan cara kompensasi berlebih. Kompensasi berlebih yang dimanifestasikan dalam bentuk bluffing (seni membuat lawan berpikir bahwa kita memiliki tangan yang kuat walaupun sebenarnya tidak) inilah yang sering dikaitkan dengan superiority complex. Perbedaannya hanyalah, bluffing itu perasaan superior yang palsu dengan tindakan agresif dalam rangka pemenuhan harga diri.
Dalam konteks berbangsa sendiri, perasaan inferior tentu tidak bisa dibiarkan terus-menerus. Hindari pemikiran bahwa bangsa Indonesia tidak dapat bersaing dengan bangsa asing terlebih dahulu, karena pemikiran tersebut mengurangi keluarnya potensi yang mungkin dimiliki. Lalu, kita juga harus bisa menghindari rasa kagum yang berlebihan terhadap bangsa asing, apresiasi sewajarnya yang memang patut untuk diapresiasi. Kekaguman yang besar terhadap bangsa lain dapat berimbas menjatuhkan bangsa sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H