Â
Jika novel sejarah bisa membangkitkan minatmu, carilah fakta, sejarah, riwayat hidup, dan keterangan saksi yang sudah tersedia. Semua itu menjadi bahu tempat fiksi sejarah bersandar. (Ruta Sepetys dalam buku Salt to The Sea)
Sejarah merupakan komponen yang pasti ada dalam kehidupan setiap manusia. Sejarah sangat penting untuk diketahui dan dipelajari karena merupakan cerminan dari perjalanan umat manusia, yang memungkinkan kita untuk memahami asal-usul, perkembangan, dan dinamika masyarakat serta budaya dan juga sebagai pembelajaran dari kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan di masa lalu. Meskipun penting, di Indonesia sendiri yang negaranya kaya akan sejarah masih banyak orang yang jenuh bahkan cenderung malas ketika mempelajari sejarah. Beberapa faktor kenapa orang-orang malas mempelajari sejarah adalah karena kurangnya minat dalam mempelajari sejarah dan pembelajarannya yang monoton juga membosankan. Mempelajari sejarah bisa dengan berbagai cara, yang pertama bisa dari sumber sejarah faktual seperti dokumen, arsip, dan lainnya yang memberikan gambaran rinci terhadap peristiwa sejarah dan yang kedua melalui interpretasi fiksi sejarah. Fiksi sejarah mempunyai peran penting dalam mengungkapkan peristiwa sejarah dan menambah kecintaan kita terhadap sejarah. Esai ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana peran fiksi sejarah dalam menceritakan kembali masa lalu dengan cara yang lebih emosional dan mudah dipahami.
Apa itu fiksi sejarah?
Fiksi sejarah merupakan salah satu genre sastra yang menggabungkan peristiwa sejarah yang nyata dengan elemen fiksi yang imajinatif. Secara definisi, fiksi sejarah adalah adalah cerita fiktif yang di dalamnya terdapat unsur-unsur sejarah, baik itu orang, peristiwa, atau latar yang memainkan peran utama. Galda dan Cullinan (2002) sebagaimana dikutip dalam Groce dan Groce (2005) menggambarkan sejarah fiksi sebagai genre berbeda yang terdiri dari "cerita imajinatif yang didasarkan pada fakta masa lalu kita". Format yang sering digunakan dalam fiksi sejarah adalah fiksi semu dan fiksi gabungan. Fiksi sejarah merupakan genre yang tidak begitu populer karena sering dianggap kurang akurat atau otentik dalam periode sejarahnya dan kurangnya minat terhadap sejarah yang bisa jadi dianggap membosankan atau sulit dipahami bagi mereka yang tidak tertarik dengan topik tersebut.
Menjadikan Fiksi Sejarah sebagai Jembatan Masa Lalu dengan Masa Kini
Fiksi sejarah membantu menghadirkan kembali peristiwa-peristiwa masa lalu dengan cara membawa cerita lebih hidup dan mudah dipahami. Dua poin penting dalam karya sastra yang berlatar sejarah adalah sejarah sebagai sebuah peristiwa nyata yang benar-benar terjadi berperan sebagai ide dan sastra sebagai imajinasi yang mengekspresikan emosi dan alam khayal (Awwalin, 2023). Menggabungkan imajinasi dengan kenyataan membuat pembaca lebih mudah untuk ikut merasakan suasana, konflik, dan emosi pada saat itu. Contoh karya sastra yang berhasil membawa pada pembaca ke dalam sejarah melalui tokoh fiktif adalah Laut Bercerita karya Leila S. Chudori, All The Light We Cannot See karya Anthony Doerr, Salt to The Sea karya Ruta Sepetys, The Book Thief karya Markus Zusak dan masih banyak lagi.
Membuka Perspektif Baru tentang Sejarah
Fiksi sejarah membuka persfektif baru tentang sejarah yang jarang terungkap dalam catatan sejarah resmi, termasuk suara-suara dari kelompok minoritas atau individu yang sering terlupakan yang mengalami dilema moral dan sosial. Seperti dalam buku Salt to The Sea karya Ruta Sepetys yang menceritakan tragedi tenggelamnya kapal Wilhelm Gustloff yang jarang dibahas dalam Sejarah. Melalui persfektif pengungsi yang terlupakan yaitu orang-orang biasa yang terperangkap dalam gelombang kekerasan dan kehancuran yang terjadi di Eropa pada akhir perang buku ini bisa menggerakan emosional dan hati pembaca.
Fiksi Sejarah sebagai Sarana Pendidikan dan Pembelajaran
Fiksi Sejarah bisa menjadi alternatif dalam pembelajaran sejarah, dimana manusia bisa terhubung dengan informasi sejarah dengan narasi yang mudah dimengerti karena penggunaan bahasa yang tidak kaku disertai dengan plot dan pendalaman karakter yang bisa memikat pembaca.
Menurut Reynold (2006:20) yang dikutip dalam Kurniawan (2017) novel sejarah atau fiksi sejarah dapat digunakan untuk meningkatkan budaya narasi dan literasi. Fiksi sejarah juga bisa menumbuhkan dan rasa empati yang lebih para pembaca dalam memahami pengalaman orang-orang yang terlibat serta dampak yang disebabkan peristiwa besar seperti penjajahan, revolusi sosial, perang, dan lainnya. Selain itu, membaca fiksi sejarah bisa melatih untuk berpikir kritis karena pembaca bukan hanya membaca tetapi menganalisis juga mempertanyakan berbagai persfektif dalam peristiwa yang terjadi.
Meskipun demikian kita tidak bisa bergantung sepenuhnya kepada fiksi sejarah dalam mempelajari sejarah, tetap harus didampingi dengan informasi yang faktual untuk mendukung dan melengkapi apa yang kita dapatkan dalam fiksi sejarah. Sejarah dan fiksi Sejarah tentu saja memang berbeda, tapi keduanya memiliki keterkaitan yang kuat. Menurut Cohen (2004:317) yang dikutip dari Kurniawan (2017) sejarah tidak akan pernah bisa ditulis tanpa bantuan imajinasi. Karena itulah fiksi sejarah dapat menjadi alternatif yang efektif untuk memperkenalkan sejarah kepada masyarakat luas, selain buku teks sejarah.
Kesimpulan
Fiksi sejarah memiliki peran yang signifikan dalam menceritakan kembali masa lalu dengan cara yang lebih hidup, emosional, dan mudah dipahami. Melalui penggabungan fakta sejarah dengan elemen imajinatif, fiksi sejarah memungkinkan pembaca untuk merasakan peristiwa sejarah secara lebih mendalam, serta membuka perspektif baru yang sering terlewatkan dalam catatan sejarah resmi. Fiksi sejarah juga berfungsi sebagai sarana pendidikan yang menarik, memudahkan pembaca untuk memahami sejarah dan menumbuhkan empati terhadap pengalaman orang-orang yang terlibat dalam peristiwa besar. Meskipun demikian, fiksi sejarah perlu dilengkapi dengan informasi faktual agar pemahaman sejarah menjadi lebih akurat. Sebagai alternatif dalam mempelajari sejarah, fiksi sejarah dapat memperkenalkan masa lalu dengan cara yang menyentuh, sekaligus melatih pembaca untuk berpikir kritis dan reflektif.
Sumber Gambar: Pinterest
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI