Mohon tunggu...
Hj ErliesErviena
Hj ErliesErviena Mohon Tunggu... Penulis - penulis

senang menulis artikel apa saja ttg agama , umum, pengalaman, cerpen. Pernah menulis bbrp artikel ttg ekonomi di "Buletin Ekonomi Bapindo", artikel di beberapa konten Islami maupun umum, menerbitkan buku islami berjudul "Kepemimpinan Perempuan dalam Al-Qur'an ( Reinterpretasi Pemikiran M. Quraish Shihab Tentang Konsep Al- Qawwàmah dengan Perspektif Qirà'ah Mubàdalah). Hobi lainnya: traveling & musik ( guru piano klasik & pop).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sikap Cuek dan Asertif: Anti Baper!

4 Februari 2023   10:24 Diperbarui: 4 Februari 2023   10:28 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Point satu misalnya, ada teman yang menyelenggarakan pernikahan anaknya, lalu kita tidak diundang dan kita marah dan kesal karena merasa tidak dianggap sebagai teman. Padahal, kalau kita berpikir positif, mungkin ada banyak alasan sehingga teman itu tidak mengundang kita, mungkin karena keterbatasan tempat, biaya dan lainnya, sehingga kita harus bisa memakluminya.

Poin dua dan tiga, sering terjadi kebaperan gara-gara tidak dilibatkan kehadirannya dalam suatu acara atau pertemuan. Atau 'last minute' baru dikabari, sehingga menganggap yang mengundamg hanya sekedar basa-basi.

Poin empat, nah ini yang harus dihindari, karena banyak orang ngak suka kalau diminta-mintai. Selain menjadi bahan perbincangan, tentunya akan dijauhi oleh lingkungan.

Dalam pergaulan seringkali ada yg miscom atau hal yang nga nyambung. Terkadang kita menganggap sudah bergaul puluhan tahun dengan teman, sehingga kita bisa berprilaku seenaknya. Padahal, manusia sering mengalami 'up and down'. Mungkin disaat perasaannya sedang tidak oke, lantas seseorang membuat candaan yang belum tentu ditujukan padanya, tapi hatinya sudah tersentuh dan jadi sensi. 

Seringkali dijumpai di banyak grup what's up , beberapa teman left grup karena merasa tidak sepandangan. Terlebih lagi jika sedang pilpres, masing-masing memuji keunggulan calonnya dan berusaha menjatuhkan saingannya dengan cara yang tidak sehat dan kurang terpuji.

Sementara, jika orang lain mendiskreditkan calon atau pilihannya, ia malah marah dan menyerang balik. Akhirnya timbul konflik, hubungan pertemanan terganggu. Sementara calon yg diunggulkan setelah terpilih malah bersatu dalam damai, tinggal pendukung yang gigit jari dan terlanjur merusak jalinan pertemanan yang sudah dibina puluhan tahun gara-gara terlalu baperan.

kalau kita bicara tentang"Baper" adalah kependekan dari "Bawa Perasaan".  Kata ini muncul dari kamus bahasa generasi milenial, yang menandakan seseorang terlalu sensitif dan berlebihan dalam menanggapi suatu. 

Di dunia psikologi, istilah untuk orang baperan itu adalah Highly Sensitive Person (HSP).
Orang baper adalah orang yang memang memiliki sensitifitas lebih dari segi emosionalnya.
Orang yang baperan mudah tersinggung, irritable, mood menjadi sangat tidak stabil, akibatnya hubungan dengan teman ataupun keluarga menjadi renggang, karena tidak mampu berpikir rasional.

Baper, 11/12 dengan sensitif. Namun sensitif lebih terasa netral dan general. Seseorang yang sensitif akan lebih intuitif, pun mampu berempati dengan orang lain.  Mungkin kita bisa lebih asertif dan berani bertindak jika yang dihadapi adalah sebaya. Namun jika itu atasan, orangtua, atau senior, mungkin kita akan berpikir dua kali saat ingin merespon segala sesuatu perkataan atau tindakan yang melukai perasaan kita.

Terkadang, kita perlu menjelaskan bahwa kita tidak nyaman dan kata-kata atau tindakannya yang berlebihan itu melukai perasaan kita.

Keberatan dan ketidaknyamanan yang dirasakan jika candaan terlalu mengarah kepada pribadi/fisik,  maka berusahalah  tetap rileks dan peka terhadap situasi serta memahami  karakter orang lain. Cobalah belajar jadi pribadi yang lebih asertif dalam mengontrol emosi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun