milenial ini, seorang leader dihadapkan pada sebuah keadaan yang sangat kompleks. Salah satunya yaitu situasi angkatan kerja yang terdapat begitu banyak generasi yang berinteraksi didalam satu kelompok yang sama. Seperti halnya generasi baby boomer, X, Y, Z dan sebentar lagi generasi Alpha akan memasuki dunia kerja.Â
Seperti yang kita ketahui di eraPada tahun 2014, generasi milenial juga sudah mendominasi perusahaan. Tidak hanya itu saja, saat ini dunia bisnis juga semakin kompleks akibat persaingan liar yang tidak lagi linier. Maka, untuk sukses sebagai leader di era ini kamu wajib memiliki sifat Agile atau mampu bergerak dengan cepat dan lincah dalam segala hal baik lincah dalam bergerak secara fisik maupun lincah dalam berfikir.
Nah, oleh sebab itu kali ini saya akan membahas mengenai gaya kepemimpinan yang tepat dan harus dimiliki oleh seorang leader agar sukses dalam memimpin organisasi.
Apa itu Leadership?
"Leadership atau kepemimpinan adalah seni mengajak orang lain untuk melakukan sesuatu yang Anda inginkan karena ia juga menginginkannya." Dwight D. Eisenhower
"Orang-orang terhebat adalah mengelola diri sendiri dan tidak perlu diatur. Begitu mereka tahu apa yang harus dilakukan, mereka akan mencari tahu bagaimana melakukannya. Yang mereka butuhkan adalah visi bersama. Itulah yang dimaksud dengan kepemimpinan yaitu memiliki visi dan mampu mengartikulasikannya sehingga orang-orang di sekitar Anda dapat memahaminya dan mendapatkan konsensus tentang visi bersama." Steve Jobs
Jadi, leadership atau kepemimpinan merupakan kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk menyelesaikan tugas-tugas yang telah direncanakan guna meraih tujuan bersama didalam sebuah organisasi.
Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2020 yang dilansir dari laman (Badan Pusat Statistik), ternyata jumlah generasi Z merupakan jumlah paling banyak diantara generasi lainnya yaitu 75,49% juta jiwa dan generasi milenial mencapai 69,90 juta jiwa.Â
Jadi, saat ini para milenial dan generasi Z mendominasi perusahaan bahkan tidak sedikit dari mereka yang menjadi leader. Meskipun usia mereka bisa dibilang masih muda, tetapi kebanyakan para milenials berhasil menduduki jabatan tertinggi di perusahaan. Selain itu, mereka juga dapat membawa perubahan dalam organisasi atau perusahaan..
Gaya atau Tipe Kepemimpinan Seorang Leader
Gaya kepemimpinan disebuah perusahaan sangatlah beragam mulai dari otoriter, demokratis, afiliasi, transformasional, transaksional, dan situasional. Nah, untuk pembahasan kali ini akan dibahas sedikit mengenai kepemimpinan otoriter dan demokratis. Namun, fokusnya tetap pada gaya kepemimpinan situasional karena tipe kepemimpinan tersebut sangat menarik.
1. Otoriter
Tipe otoriter merupakan tipe dimana seorang leader memimpin dengan mengutamakan sikap dominasi yang dimiliki. Kalau kalian pernah mendengar nama Adolf Hitler, Muhammad Khadafi, dan Saddam Hussein, mereka merupakan seorang pemimpin yang dikenal sebagai tipe pemimpin diktator.Â
Tipe pemimpin tersebut cenderung melakukan pemaksaan terhadap kelompoknya dimana mereka diwajibkan untuk ikut dan menjalankan semua perintah yang diberikan oleh pemimpin. Dalam kepemimpinan yang diktaktor/otoriter, segala keputusan dibuat sendiri oleh pemimpin dan tidak boleh ada saran maupun koreksi dari para karyawannya.Â
Namun, disisi lain tipe kepemimpinan ini memiliki kelebihan yaitu dalam hal pengambilan keputusan. Jadi, keputusan dapat diambil dengan cepat tanpa ada bantahan dari siapapun. Artinya ketika ada dalam situasi yang mendesak, maka pemimpin dapat langsung mengambil keputusan dan langsung dieksekusi.
2. Demokratis
Tipe demokratis melibatkan anggota tim dalam mengambil dan melaksanakan keputusan. Pemimpin yang memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk berpendapat akan membuat mereka bisa ikut andil dalam menyampaikan aspirasinya. Keterlibatan anggota tim dalam pengambilan keputusan membuat mereka merasa dihargai.
Tipe kepemimpinan ini juga memiliki kelebihan yaitu bisa menciptakan hubungan yang harmonis dan tidak kaku antar anggota tim. Untuk kelemahannya seperti dalam proses pengambilan keputusan berlangsung lama karena  terdapat perbedaan pendapat dari masing-masing anggota tim. Selain itu, saat harus memutuskan pendapat mana yang harus diikuti, maka ada pendapat lainnya yang harus disingkirkan/tidak diikuti sehingga hal tersebut berpotensi memicu timbulnya konflik. Adapun contoh pemimpin demokratis seperti Mahatma Gandhi, B.J. Habibie, dan John F Kennedy.
3. Situasional
Mengapa disebut sebagai tipe pemimpin yang situasional? Tentunya karena tipe pemimpin ini menggunakan metafora "lain ladang lain belalang" yang artinya beda orang tentunya harus berbeda juga cara menghadapinya.
Tipe pemimpin yang situasional diperkenalkan oleh Paul Hersey dan Ken Blanchard dimana mereka meyakini bahwa kita perlu melakukan pendekatan berbeda saat kita berhadapan maupun berkomunikasi dengan orang-orang yang berbeda pula.Â
Sederhananya, kita perlu melakukan pendekatan yang situasional sesuai dengan situasi atau kondisi yang ada. Jadi, inti dari kepemimpinan situasional ini yaitu gaya kepemimpinan yang digunakan akan berbeda-beda tergantung pada tingkat kesiapan anggota tim. Adapun gaya kepemimpinan situasional meliputi directing (mengarahkan), coaching (melatih), supporting (mendukung) dan delegating (mendelegasi).
Leadership Practice
Leadership Practice merupakan praktek atau tindakan yang dilakukan secara konsisten oleh para leader dalam membantu anggota timnya untuk menjadi lebih baik dan bertumbuh. Adapun contoh Leadership Practice yaitu menerapkan gaya kepemimpinan yang mendorong anggota tim untuk maju, melakukan coaching, dan memberikan inspirasi untuk menjadi lebih baik kepada anggota tim.Â
Dalam ulasan kali ini akan dibahas mengenai praktek dalam memilih gaya kepemimpinan. Ketepatan memilih gaya kepemimpinan menentukan keberhasilan para leader dalam membangun sebuah tim. Jadi, jangan terpaku pada satu gaya kepemimpinan, menyamaratakan kebutuhan kepemimpinan anggota tim bahkan memilih gaya kepemimpinan tanpa disertai analisa.
Adapun pertanyaan sederhana yang sering ditanyakan oleh setiap individu.
Apa saja yang menjadi tantangan dalam memimpin tim?
Jika kita cari tahu jawabannya, tentu saja sangat beragam. Tetapi alih-alih terdapat jawaban yang cukup sering saya dapatkan yaitu:
Salah satu tantangan kepemimpinan adalah memahami karakter anggota tim.
Menurut saya, hal tersebut benar dan memang sesuatu yang menantang karena sangat tidak mudah bahkan tidak banyak orang yang benar-benar memahami karakter anggota tim.
Disisi lain, katakanlah jika kita sudah benar-benar memahami karakter anggota tim. Tetapi apakah sikap kepemimpinan kita kepada anggota tim menyesuaikan dengan karakter mereka? Atau mungkin kita harus mengubah karakter mereka jika ada yang kurang pas menurut kita? Jawabannya tidak bisa juga. Jadi, alih-alih memahami karakter anggota tim, kita memerlukan sesuatu yang lebih sederhana dalam menentukan sikap atau gaya kepemimpinan. Tetapi, yang terpenting kita bisa follow up kapabilitas mereka dalam menjalankan tugas, pekerjaan atau proyek tertentu.Â
Kapabilitas merupakan gabungan dari dua aspek yaitu komitmen dan kompetensi. Komitmen adalah kemauan seseorang untuk menerapkan kemampuan dan energinya dalam melaksanakan pekerjaan tertentu. Sementara kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan pekerjaan tertentu sesuai standar yang tinggi. Jadi, kapabilitas merupakan perpaduan antara mau dan mampu. Mau tetapi tidak mampu pasti hasilnya tidak akan sesuai harapan. Sebaliknya mampu tetapi tidak mau, maka tidak akan jalan juga. Maka, jika dikaitkan dengan gaya kepemimpinan, tugas kita ialah menyesuaikan gaya dengan tingkat kapabilitas masing-masing anggota tim. Dengan menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat, tidak hanya memastikan hasil kerja anggota tim sesuai harapan tetapi juga mendorong mereka untuk memiliki tingkat kapabilitas yang lebih baik.
Lantas, Bagaimana Mengukur Kapabilitas Anggota Tim?
Berikut ini cara mengukur kapabilitas yang terdiri dari (komitmen dan kompetensi) anggota tim.
Dalam menilai komitmen, kita dapat menggunakan dan menganalisa dari adanya pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut.
- Seberapa besar keinginan yang bersangkutan untuk mengambil tanggung jawab dan memperlihatkan inisiatif yang tinggi?
- Apakah yang bersangkutan memberikan saran-saran perbaikan?
- Apakah orang ini bekerja dengan memanfaatkan seluruh potensinya?
- Apakah orang ini memperlihatkan usaha ekstra ketika menghadapi masalah?
Sedangkan untuk pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan dalam menilai kompetensi yaitu sebagai berikut.
- Apakah yang bersangkutan memiliki pengalaman di bidang pekerjaan yang ditugaskan atau bahkan sudah mendapatkan pendidikan maupun pelatihan terkait bidang pekerjaan ini?
- Apakah yang bersangkutan memiliki fleksibilitas dalam menangani pekerjaan yang tidak rutin?
- Apakah yang bersangkutan memberikan kualitas hasil pekerjaan yang tinggi?
Dari pertanyaan-pertanyaan diatas, kita bisa menyimpulkan apakah komitmen anggota tim untuk pekerjaan tertentu berada pada tingkat rendah, sedang atau tinggi.
Dengan menggunakan hasil penilaian terhadap tingkat kapabilitas yang berupa komitmen dan kompetensi, jadi kita bisa menentukan apakah akan menggunakan gaya kepemimpinan dengan:
- Intervensi Tinggi yang berupa mengajari, memberi tahu atau memberi instruksi mengenai apa yang harus dilakukan. Â
- Intervensi Sedang yang berupa melibatkan orang yang bersangkutan untuk diskusi mengenai apa yang sebaiknya dilakukan.
- Intervensi Minimal berupa pendelegasian sepenuhnya. Artinya seorang leader mampu mendelegasikan sepenuhnya tugas kepada bawahannya guna mengembangkan dan meningkatkan kualitas anggota tim.
Jadi, semakin tinggi tingkat kapabilitas anggota tim maka akan semakin rendah tingkat intervensi seorang atasan. Begitupun sebaliknya, semakin rendah tingkat kapabilitas anggota tim maka akan semakin tinggi tingkat intervensi seorang atasan. Dengan memilih gaya kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kapabilitas anggota tim, maka seorang leader dapat dikatakan telah menerapkan prinsip Situational Leadership atau Kepemimpinan Situasional. Artinya kepemimpinan situasional tidak hanya sekedar mengandalkan intuisi atau kecenderungan, tetapi melibatkan analisa maupun pertimbangan berdasarkan kapabilitas anggota tim. Oleh sebab itu, memilih gaya kepemimpinan yang tepat adalah salah satu keterampilan dalam Leadership Practice disamping keterampilan menginspirasi dan melakukan percakapan coaching.
"Mengasah leadership practice tidak hanya meningkatkan kualitas kepemimpinan, tetapi juga semakin memberikan nilai lebih kepada anggota tim dan kinerja organisasi dimana mereka bekerja."Â Priyanto Sutopo-
Jadi, dari berbagai macam gaya kepemimpinan pasti terdapat kelebihan dan juga kekurangan. Oleh sebab itu, seorang leader membutuhkan fleksibilitas dan harus mampu beradaptasi dalam kondisi maupun situasi apapun. Inilah alasannya mengapa seorang leader harus menguasai berbagai tipe kepemimpinan khususnya Situational Leadership Skill Atau Kepemimpinan Situasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H