Mohon tunggu...
Try Gunawan Zebua (Trygu)
Try Gunawan Zebua (Trygu) Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Try Gunawan Zebua dilahirkan di Gunungsitoli, Kota Gunungsitoli, Pulau Nias, Sumatera Utara, pada tanggal 11 Juli 1994. Try Gunawan Zebua adalah anak ke-3 dari 3 orang bersaudara, dari pasangan Ayah (Alm) Costantin Theodali Zebua dan Ibu Rosmawati Telaumbanua. Try Gunawan Zebua memiliki nama pena adalah Trygu pada buku solo kedua hingga buku solo kedelapan, sedangkan pada buku solo pertama, kesembilan, kesepuluh, serta pada buku solo kesebelas ini, dan seterusnya memiliki nama pena atau penulis sebagai Try Gunawan Zebua. Riwayat Pendidikan Formal: SD Swasta RK Mutiara Gunungsitoli pada Tahun 2000-2006, SMP Swasta Bunga Mawar Gunungsitoli pada Tahun 2006-2009, Jurusan IPA SMA Swasta Santu Xaverius Gunungsitoli pada Tahun 2009-2012, Jenjang D3 Teknik Mesin Konsentrasi Produksi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) pada Tahun 2012-2015 (A.Md). Pada tahun 2015 sempat kuliah dan diterima di Universitas Negeri Malang (UM) pada Jenjang S1 Pendidikan Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik. Tapi, karena tidak sanggup membayar uang kuliah, kuliah pada Jenjang S1 Pendidikan Matematika Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA) Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Gunungsitoli pada Tahun 2016-2020 (S.Pd). Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Gunungsitoli telah berubah nama sejak tahun 2023 menjadi Universitas Nias, yang masih berkedudukan di Kota Gunungsitoli, Pulau Nias. Pendidikan Nonformal: 1. Taman Kanak-Kanak BNKP Hanna Blindow Gunungsitoli pada tahun 1998-2000 2. Pada tahun 2012 Bimbingan Belajar Medika Setia Budi Medan, dimana pada bimbingan belajar itu bertujuan untuk memasukki Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Prestasi Try Gunawan Zebua (Trygu), yaitu: 1. Lolos Seleksi Abstrak (Semifinalist) pada Sayembara Karya Tulis Ilmiah Ganesha 2017, Himpunan Mahasiswa Elektroteknik, Institut Teknologi Bandung. 2. Peserta (Lolos Seleksi Abstrak) pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Orde Literasi 2018, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Jember, Universitas Jember. 3. Telah menulis 2 buah Jurnal sebagai penulis lepas (Freelance Writer), yaitu: a. Jurnal Pertama berjudul: Studi Literatur Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Motivasi Belajar Matematika Siswa. Vol. 3, No. 1, Edisi Mei 2021, Jurnal Pendidikan Matematika (J-PiMat), Prodi Pendidikan Matematika STKIP Persada Khatulistiwa Sintang. Jurnal tersebut di atas, telah terbit dalam versi Bahasa Inggris Judul: Literature Study of Problem Based Learning Model Against Students Mathematical Motivation (Based on Indonesian Language Book). Vol. 9, No. 2, May, 2020, Pancaran Pendidikan, FKIP Universitas Jember. b. Jurnal Kedua Berjudul: Teori Motivasi Abraham H. Maslow dan Implikasinya dalam kegiatan Belajar Matematika. Vol. 3, No. 1, 2021, RANGE: Jurnal Pendidikan Matematika, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Timor. 4. Telah menulis 11 buah buku solo (termasuk buku ini). 5. Telah Menulis lebih dari 30 buah buku Antologi (Artikel, Quotes, Puisi, dll). 6. Buku ketiga (Studi Literatur Problem Based Learning untuk Masalah Motivasi bagi Siswa dalam Belajar Matematika) telah ada di Google Book dan telah di kutip sebanyak ± 30 kali dengan nama Try Gunawan Zebua atau Trygu yang terlihat di Google dan Google Scholar. 7. Aktif menulis di kompasiana, dengan jumlah tulisan sebanyak 80 buah dan total telah dibaca oleh 22.641 orang, dimana jumlah artikel dengan kategori “pilihan” dari Kompasiana ada 21 buah artikel. 8. Dinyatakan lulus Pelatihan “Mengolah Kata, Data dan Membuat Presentasi bagi Tenaga Administrasi” (melalui Kartu Prakerja) dengan nilai: 85/100. 9. Dinyatakan lulus Pelatihan “Membuat Konten Promosi untuk Profesi Penulis di Era Digital” (melalui Kartu Prakerja) dengan nilai: 65/100. 10. Dinyatakan Lulus Pelatihan “Belajar Mengelola Keuangan untuk Menjadi Perencana Keuangan” (melalui Kartu Prakerja) dengan nilai: 65/100. 11. Juara 1 buku Goresan Tinta Khatulistiwa. 12. Juara Favorit ke-2 buku Rangkai Pena Terucap Makna. 13. Terbaik ke-3 buku Coretan Rasa dalam Kata. 14. Penulis Terunik 3 buku Goresan Tinta Penghubung Rasa. 15. Penulis Terbaik dalam acara lomba Literacy With Muzayyanah Sa’diyah penulisan buku berjudul: “Secanting Aksara”. 16. Best Article Lomba Cipta Artikel Tingkat Nasional dalam buku Antologi Artikel yang berjudul: “Dilema masa Pandemi Covid-19”. Riwayat Organisasi: 1. 2012 : Anggota di PMK UNJ (Persekutuan Mahasiswa Kristen Universitas Negeri Jakarta). 2. 2013 : Pengurus sebagai bidang pembinaan di PMKJ PERKANTAS (Persekutuan Mahasiswa Kristen Jakarta Persekutuan Antar Universitas). 3. 2014 : Pengurus sebagai bidang pembinaan di PMKJ PERKANTAS (Persekutuan Mahasiswa Kristen Jakarta Persekutuan Antar Universitas) 4. 2016 : Anggota Bidang Penalaran dan Keilmuan Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) Pendidikan Matematika IKIP Gunungsitoli. 5. 2017 : Anggota Bidang Penalaran dan Keilmuan Himpunan Mahasiswa Prodi (HMP) Pendidikan Matematika IKIP Gunungsitoli. Penulis aktif dalam mengikuti berbagai seminar atau pelatihan, seperti: Seminar Technopreneur, Seminar Mengembangkan Diri, Seminar Bisnis Rocket Marketing, dan lain-lain sebagainya. Penulis aktif dalam berbagai kegiatan menulis, baik secara individu maupun bersama-sama. Buku karangan individu pertama berjudul Mencegah dan Mengatasi Stress dalam Belajar Matematika (Arieffka Media, 2020), dimana buku pertama ini telah diterbitkan untuk kedua kalinya oleh Anara Publishing House (2020) akibat dari penerbit pertama yang tidak mau melakukan cetak untuk yang kedua kalinya. Buku kedua berjudul Masalah-Masalah dalam Belajar Matematika (Guepedia, 2020). Buku ketiga berjudul Studi Literatur Problem Based Learning untuk Masalah Motivasi bagi Siswa dalam Belajar Matematika (Guepedia, 2020). Buku keempat berjudul Motivasi dalam Belajar Matematika (Guepedia, 2020). Buku kelima berjudul Menggagas Konsep Minat Belajar Matematika (Guepedia, 2021), Buku keenam berjudul Teori Motivasi Abraham H. Maslow dan Implikasinya dalam Belajar Matematika (Guepedia, 2021), Buku ketujuh berjudul Teori Motivasi Abraham H. Maslow dan hubungannya dengan Minat Belajar Matematika Siswa (Guepedia, 2021), Buku kedelapan berjudul Menggagas Konsep Prestasi Belajar Matematika (Guepedia, 2021), Buku kesembilan berjudul Permainan Tradisional Nias dan Matematika (Etnomatematika Nias) (Guepedia, 2022), Buku kesepuluh berjudul Menggagas Konsep Kecemasan Belajar Matematika (Guepedia, 2022), sedangkan buku berjudul Sekedar Solusi Prestasi Belajar Matematika Indonesia ini adalah buku kesebelas. Buku keduabelas, ketigabelas, keempatbelas dan seterusnya masih dalam proses pembuatan. Buku Antologi yang terbit ada banyak, baik itu puisi, cerpen, artikel, maupun quotes. Pada tahun 2020: Buku itu berjudul Sepucuk Surat Untuk Imamku #2 (SIP Publishing, 2020), Menua Bersama (Penerbit Kalana, 2020), Dear Masa Lalu (Elsage Publisher, 2020), Filosofi Renjana (Guepedia, 2020), Keniscayaan Sebuah Perubahan (CV Multimedia Edukasi, 2020), Seuntai Kisah Tentangnya (Guepedia, 2020), Catatan Juang Mahasiswa (Teman Nulis Publishing, 2020), 101 Solusi untuk Generasi Milenial (Sekolah Menulis Indonesia, 2020), Serenade Pemeluk Malam (Bookies Indonesia, 2020), Senyum Nabastala (Haura Publishing, 2020), Gagal? Why Not?! (Sekolah Menulis Indonesia, 2020), Coretan Tinta di Atas Kertas (Medaca Aurora Publisher, 2020), Mengedukasi Negeri bukan Sekadar Antologi (CV. Madani Berkah Abadi, 2020), Lembaran Coretan Pena (CV. Pelita Aksara Gemilang, 2020), My Birthday: “Ini Sebingkis Memori Usang yang Terus Terulang (Guepedia, 2020), Secanting Aksara (Semesta Aksara, 2020). Pada tahun 2021: Menjadi Pribadi Positif (Sekolah Menulis Indonesia, 2021), Pulang (Androcenta Publisher, 2021), Sastra Sejuta Makna (Kimbab Publisher, 2021), Untuk apa saja masa mudamu? Jilid 2 (Sekolah Menulis Indonesia, 2021), Healthy Mind, Happy Life (Sekolah Menulis Indonesia, 2021), Pena Suarakan Luka (DJ Mega Production, 2021), Flying to the sky (Androcenta Publisher, 2021), Menjadi Manusia Limited Edition Jilid 1 (Sekolah Menulis Indonesia, 2021), Belajar Tanpa Stres Jilid 2 (Sekolah Menulis Indonesia, 2021), Literacy, Upgrade Your Mind (Sekolah Menulis Indonesia, 2021), Happy in Difficult Times (KMO Indonesia, 2021), Kejora Aksara (CV Safana Media Loka, 2021), Goresan Tinta Khatulistiwa (CV. Cahaya Pelangi Media, 2021), Cinta Senandung Rindu (ND Media Publishing, 2021), Coretan Rasa Dalam Kata (Lisa Publisher, 2021), Rangkai Pena Terucap Makna (CV. Cahaya Pelangi Terucap Makna, 2021). Pada tahun 2022: Heart of Hurt (CV Insan Paripurna, 2022), Pena Tanpa Arah (EH Publisher, 2022), Dilema Masa Pandemi Covid-19 (Semesta Aksara, 2022), Perjalanan Alunan Cinta (Hally Publisher, 2022), Rampaian Sajak Aksara (CV. Safana Media Loka, 2022), Sajak yang Tertulis (Cahaya Smith Pratama, 2022), Aksara dalam Tarian Pena (CV. Safana Media Loka, 2022), Senandika (Lit Publisher, 2022), Goresan Tinta Penghubung Rasa (Gapura Biru, 2022), Menjadi Generasi Tangguh (Sekolah Menulis Indonesia, 2022), Self Love is not Selfish (Sekolah Menulis Indonesia, 2022), Lawan Malasmu! ((Sekolah Menulis Indonesia, 2022), Bangkit dari Titik Terendah Jilid 1 (Sekolah Menulis Indonesia, 2022), Baca Ini Kalau Kamu Takut Mencoba Jilid 2 (Sekolah Menulis Indonesia, 2022), Aku Bangga Jadi Penulis Jilid 2 (Sekolah Menulis Indonesia, 2022), Tinta Pengembara Mimpi (CV. Cahaya Pelangi Media, 2022), Menjadi Jomblo Produktif (Sekolah Menulis Indonesia, 2022). Penulis dapat dihubungi melalui: SMS/Telepon/WA : 081360781116 / 081285742397, Facebook : Try Gunawan Zebua, Instagram : Try Gunawan Zebua, Twitter : Try Gunawan Zebua, Email : trygunawan@rocketmail.com. trygunawan529@gmail.com. trygunawanzebua65@gmail.com. trygunawanzebua75@gmail.com. Akun Kompasiana : Try Gunawan Zebua (Trygu) Catatan: Versi upload: Rabu, 03 Mei 2023

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Apakah Ada yang Kaku, Baku, dan Pasti itu? Apakah Termasuk Matematika?

29 April 2023   01:56 Diperbarui: 29 April 2023   02:02 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Apakah ada yang kaku, baku dan pasti itu? Apakah termasuk matematika?

Oleh: Try Gunawan Zebua

Gunungsitoli, Sabtu, 29 April 2023

Dalam kehidupan kita sehari-hari, di sekeliling kita dan kita dengar suatu kata, yaitu: kaku, baku dan pasti. Tiga kata tersebut pada intinya bisa disamakan, maupun juga bisa dibedakan. Dibedakan karena kaku kadang lebih diarahkan kepada sesuatu hal berupa ngomong dan sistem yang tidak dapat lagi di otak-atik. Kata pasti lebih digunakan untuk ilmu matematika dan hubungan antara laki-laki dan perempuan. Jika pasti, harus ada bukti dan diikat, terikat atau mengikatkan.

Baku, lebih diarahkan seperti sebuah es yang adalah beku. Pada intinya baku adalah tidak ada kemungkinan B, C, D, dan lain-lain sebagainya, melainkan hanya A saja. Itu dalam konteks yang seolah-olah beda, padahal seharusnya bisa sama. Kaku, baku dan pasti sama-sama dalam hal tidak ada kemungkinan beda atau tidak ada alternatif pilihan yang lain. Jika ya, maka ya saja, tetapi jika tidak, maka tidak saja. Ya atau tidak, bukan ya dan tidak, apalagi ada kemungkinan selain ya atau tidak. Kalau ya, ya saja, kalau tidak, sekaligus tidak saja. Jangan suam-suam kuku, apalagi masih bingung dan ragu.

Kenapa bisa ada yang disebut sebagai kaku, baku dan pasti? Itu karena ada pembatasan. Jika dibatasi ayam misalnya adalah kaki dua, maka jika ada ayam kaki tiga maka bukan ayam. Tapi, apakah mungkin ada ayam kaki tiga? Ya, mungkin saja jika tersesat, disesatkan atau bahasa lainnya yang lebih halus adalah kelainan genetika. Seolah-olah halus, padahal semestinya adalah kasar.

Karena dibatasi seperti itulah sehingga tidak mungkin ada yang lain dan hanya ada satu hal yang akan terjadi, sehingga tidak heran akan muncullah istilah kaku, baku dan pasti. Apakah batasan itu perlu? Kenapa? Perlu supaya terarah atau terfokus. Lantas, apakah harus itu dan mesti kaku? Kenapa? Tidak juga, karena harus fleksibel, dimana harus dewasa dan bijaksana, dalam artian tahu maksud dan tujuan sebenarnya. Sehingga jika dibilang ini dan itu salah, atau malah ini dan itu adalah suatu kebenaran, maka yang bimbang dan ragu (suam-suam kuku) akan tersesat. Pada intinya tahu maksud dan tujuan sebenarnya.

Sebenarnya ini bukan ilmu pengetahuan dari saya, bukan hal yang baru, tetapi yang saya dapatkan dari Yesus. Saya hanya disuruh menuliskan dan saya pun tulis saja. Karena semua pengetahuan dari Yesus berasal. Bukan sok merendah, apalagi bukan sok suci, tapi itulah kenyataan yang benar dan sesungguh-sungguhnya. Kalau perlu dan dirasa perlu boleh diambil, apalagi dinikmati, tetapi jika tidak, silahkan dilewatkan bagai kecepatan angin yang hanya datang dan pergi sekejap saja, apalagi sesuka hati yang penting mendinginkan suasana.

Kembali lagi pada pembatasan, seperti apakah pembatasan itu? Kapan pembatasan dikatakan sesuai dengan maksud dan tujuan sebenarnya?

Misalnya dalam hal darah, dimana darah adalah kehidupan yang membuat orang hidup, tapi tidak bisa hidup selamanya karena Yesus lah sebenarnya sang pemberi hidup itu sendiri, apalagi yang mengaturnya, serta yang diberikan kepercayaan menguasai bumi dan sekaligus surga. Darah disesatkan dan seolah-olah sesat, padahal seharusnya darah adalah kehidupan, bahkan orang yang kekurangan darah merah, memerlukan pendonor darah merah, tetapi sesuai dengan golongan darah atau rhesus juga katanya kalau tidak salah. Perjuangan seolah-olah sama dengan darah, sampai-sampai dikatakan perjuangan karena ada pertumpahan darah, maka darah dan perjuangan adalah satu hal yang sama, memang sama tapi seolah-olah menghilangkan makna sesungguhnya darah adalah kehidupan, tetapi sang pemberi kehidupan dan berkuasa atas hidup adalah Yesus.

Sampai-sampai, lagi-lagi tentang darah yaitu dilarang memakan hewan berdarah panas katanya. Seperti babi dan anjing, yang katanya darahnya panas, sehingga tidak bisa dimakan, padahal kita manusia juga memiliki darah. Darah panas sehingga tidak bisa makan babi dan anjing, karena darah itu jika dikaitkan dengan babi dan anjing adalah darah panas. Itu karena babi dan anjing katanya dan terlihat seolah-olah ganas sekali, terlihat dari suka menggonggong dan babi suka menyeruduk orang. Apakah itu semuanya benar? Tidak juga, toh ada anjing tidak menggonggong, kendatipun anjing yang suka menggonggong itu yang penting kita tidak terlihat takut, maka dia akan tenang sendiri dan tidak akan menerkam kita. Kecuali dan hanya kecuali, jika anjingnya kena rabies (anjing gila).

Sebenarnya anjing yang sesungguhnya galak dan membahayakan itu, tidak menggonggong, kalaupun menggongong hanya sebentar saja atau hanya sekali saja, langsung dia menerkam kita. Terlihat seperti suci atau kudus, dan terlihat seperti seolah-olah buruk, sehingga kita binggung suci atau buruk, karena dia sebenarnya termasuk suci karena dia bagian dari yang suci, tapi pada intinya dia bukan suci, melainkan buruk dan jahat, atau dengan kata lain adalah pendusta atau penyesat, dan penipu.

Anjing darah panas, karena panasnya bukan gonggongannya, melainkan dapat menaikkan darah bagi yang sedang mengalami kekurangan darah atau darah rendah. Itu sebenarnya arti darah panasnya, bukan menggingit dan membunuh manusia. Begitu juga babi yang katanya adalah darah panas, tetapi sebenarnya babi itu darahnya panas karena dia dapat menaikkan tekanan darah, tetapi itupun jika keseringan saja, bukan hanya satu cubitan daging langsung darah tinggi, tidak sama sekali. Apalagi sampai dikait-kaitkan lemak babi bahaya, apakah benar? Tidak juga, toh kita manusia juga punya lemak. Kenapa lemak hanya babi yang berbahaya, sedangkan kita manusia pun punya lemak juga toh. Kemudian ada lagi yang membakar, lemak itu bahaya, atau gendut dan gembul, atau luas sekali itu salah. Ya, memang salah toh, tapi bukan hanya gara-gara satu tetesan lemak dari babi langsung kita gemuk sekali. Tidak juga, hanya kalau lebih itu lah gemuk. Kurang pun juga tidak baik karena kita tidak ada energi, dimana lemak diolah menjadi energi. Kurang itu tidak baik, lebih apalagi tidak baik, melainkan yang baik adalah saat kondisi normal, sesuai dengan maksud dan tujuan sebenarnya.

Jadi pada intinya tidak ada salahnya makan babi dan anjing, bukan masalah mana yang benar apalagi salah, bukan itu sebenarnya masalahnya. Apalagi sampai-sampai dikatakan darah panas dan lemak, segala macam istilah lain. Tetapi pada intinya semua bisa di makan (daging) dan minum (air),  tetapi pada kondisi yang baik, sesuai dengan maksud dan tujuan sebenarnya. Mana mungkin juga kita makan babi dan anjing masih hidup, nanti kita malah diseruduk dan diterkam, melainkan ya memang harus mati dulu dan dimasak dulu sampai matang.

Apalagi saking menyesatkan, ada lagi yang mengatakan karena ada cacing ini dan itu. Padahal di hewan lain yang makan sayur pun ada, apalagi di tubuh kita manusia pasti ada. Begitu juga bukan hanya di hewan saja ada, melainkan pada tumbuhan pun ada. Kok malah di kait-kaitkan cacing sebagai yang menakutkan, padahal ada cacing yang memakan tanah, tumbuhan, atau apapun yang kemudian dia keluarkan untuk menyuburkan tanah. Kok cacing yang jadi korban, kasihannya lah si cacing itu.

Apalagi dikaitkan sama si ular, yang sampai di logika kan tengok tuh ular gesit, lincah dan mematikan. Ya ampun, astaga, kok ular lagi di salahkan jadi korban si pendusta dan penyesat itu. Sampai-sampai tidak berani meminum darah ular karena katanya darah panas, padahal bermanfaat bagi yang berdarah rendah. Ada lagi sampai-sampai bisa tidak boleh digunakan, karena dari ular dan mematikan jika terkena. Padahal untuk menyembuhkan dan mengendalikan bisa, dapat kita gunakan bisa ular itu sendiri toh. Jadi, kenapa coba ular dan selalu ular saja yang disalahkan, bukan apa yang ada di baliknya itu. Bukan dilihat yang sebenarnya dan sesungguhnya benar. Bukan dilihat maksud dan tujuan sebenarnya, tetapi lagi dan lagi ular, ular, dan ular lah si pendosa dan pendusta itu. Padahal ular belum tentu tahu mana dosa dan bukan dosa loh.

Apalagi dan lagi-lagi disesatkan buah di tengah hutan, buah yang memberikan pengetahuan mana yang baik dan buruk disesatkan lagi. Seolah-olah jangan berada dan mengkonsumsi sesuatu yang ditengah, apalagi kalau sampai kita tahu mana yang benar dan salah, disesatkan lagi dan lagi hanya gara-gara si pendusta dan penyesat itu. Pada intinya bukan buah, apalagi buah ditengah, melainkan jika kita tahu suatu kebenaran, maka itulah yang salah itu. Kita tahu mana yang baik dan jahat, dalam artian tahu maksud dan tujuan sebenarnya, maka kita akan tergiring dan terarah pada satu hal, berupa si pendusta dan penipu, apalagi penyesat. Siapakah itu? Eng, ing, eng, dialah si pendusta dan penyesat sebenarnya. Yang mau setara dan sama kedudukannya dengan Yesus, apalagi Allah.

Misalnya dalam hal pernikahan harus sepadan, tetapi pada intinya adalah seolah-olah sepadan, serta semakin sesat katanya bisa tidak sepadan karena harus menginjil dan menobatkan siapapun ke seluruh dunia. Sepadan adalah sama, bukan seolah-olah sama, seakan terlihat sama, tetapi sesungguhnya adalah sama.

Sampai-sampai nafsu dan lagi-lagi si nafsu, sehingga diarahkan seolah-olah nafsu itu adalah kesalahan dan sebuah kesalahan, tetapi sebenarnya tidak, yang salah si pendusta dan penyesat itu, yang adalah dosa dan sumber dosa, dimana sepantasnya dapat upah dosa adalah maut atau dengan kata lain musnah. Jatuh cinta, seorang laki-laki kepada perempuan, apalagi sebaliknya perempuan kepada laki-laki, mesti wajib dan harus hukumnya adalah di dorong nafsu. Tetapi, bukan nafsu dalam artian si pendusta dan penyesat, dimana menawarkan keindahan dunia, pada intinya setara dengan Allah. Seolah dia penguasa dunia, padahal seharusnya manusia yang adalah gambar dan rupa Allah, apalagi Yesus penguasa bumi dan surga, apalagi Allah yang menciptakan semuanya dan paling tinggi diantara semuanya.

Sampai seolah disesatkan lagi isteri atau suami itu boleh lebih dari satu. Gonta-ganti, dengan dalil atau alasan, dah gak cocok lagi, apakah ujung-ujungnya karena nafsu tidak terpuaskan, atau mau menikmati daging dan terikat di daging, bahkan sampai mengalir melalui aliran darah. Belum lagi, katanya harus ditobatkan dan diselamatkan, didukung lagi pergi lah keseluruh dunia dan jadikan semua dunia adalah anak ku, apakah di tulis dengan "ku" huruf k kecil atau "Ku" huruf K besar, atau ditutup semua biar terlihat enak dan nikmat, biar ada anggotanya si pendusta dan penyesat itu. Padahal pada ujungnya yang sampai mencari yang tidak sepadan, harus malah apa bedanya dengan orang yang tidak sepadan, malah menjadi tidak sepadan, berujung pada dosa, dimana ketemu si pendusta adalah dosa, sehingga pasti ujungnya hore hore hore, si pendusta kegirangan ada temannya. Atau gak terlihat kah? Seolah-olah nikmat dan benar, tapi sesat juga seharusnya toh.

Sampai di sesatkan lagi, sampai-sampai ada perjuangan dan para pejuang katanya harus setara antara adam dan hawa. Padahal hawa hanya satu bagian berupa satu tulang rusuk dari si Adam. Tapi, dengan dalil harus setara, sampai diciptakam ahli pemikir, atau malah si ahli penyesatnya si pendusta toh sebenarnya. Sudah disetarakan, memang seharusnya adalah setara, tapi bukan setara itu loh.

Saking sesatnya lagi, sampai-sampai sudah setara, lagi dan lagi datang lagi bapak segala dusta disesatkan lagi, dan pasti ada lagi yang tersesat. Sampai-sampai yang seharusnya hawa dan hanya hawa, tiba-tiba bahkan nikmati kesetaraan, tanpa mengetahui kodrat dan aslinya hawa, hingga berujung ada bahkan suatu negara katanya penduduknya mati tua, tapi generasi akan dipastikan musnah, apalagi jika tidak sadar juga.

Tak heran sampai-sampai ada tuh, kayaknya buku atau apalah itu. Seolah-olah laki-laki tidak mengerti sama sekali seperti apa dan bagaimana perempuan itu. Padahal itu akarnya si pendusta dan penyesat yang sesungguhnga harus musnah itu, tetapi dia mau toh punya teman yang sama-sama musnah juga dengan dia.

Misalnya lagi dalam hal dosa, dimana seolah-olah ini dan itu adalah sesuatu yang bisa dikatakan adalah dosa. Tapi, pada ujungnya si pendosa adalah si pendusta, yang mana seharusnya mati dan musnah selamanya.

Sampai-sampai dikatakan, ini loh yang benar dan aku loh yang benar. Saking sesatnya, kamu itu si penyesat dan sudah sesat. Lagi dan lagi, si pendusta yang adalah dosa, tertawa girang dan terbahak-bahak. Hore hore hore, katanya karena ada temannya yang terima maut atau musnah bersamanya juga, atau ada toh temannya gak bakalan sendiri, apalagi gak bakalan sedih.

Sampai-sampai angka pun disalahkan, ada itu katanya dan sampai dilabeli jika angka 6 muncul dan tertulis 3 kali adalah sesat, belum lagi sampai-sampai angka ganjil 1, 3, 5, 7, atau mungkin adalah hal yang lain adalah sesat. Lagi lagi dan lagi si pendusta tertawa terbahak-bahak, dan kegirangan, jika ingin bersuara, yei saya pemenangnya.

Sampai-sampai dan lagi-lagi disesatkan lagi dan lagi, seolah-olah orang yang dilabelin berdosa tidak pantas didekati. Malu lah, toh kudus harus berbuat baik dan suci dulu, atau malah seolah-olah terlihat baik dan suci, bukan si pendusta toh ujungnga. Seolah-olah hanya dan hanya Yesus lah si suci, dan tujuannya datang untuk orang suci, apakah benar suci atau si pendosa, biar terlihat baik dan keren dilabeli si suci, padahal seharusnya si pendosa. Tapi, pendosa kok bisa selamat, lagi dan lagi disesatkan lagi, dan memang tersesat, harus berbuat baik dulu dan harus melakukan katanya 10 ya perintah Allah. Sampai dikaitkan dan dipotong-potong, apalagi ditambahin bumbu ini dan itu, supaya terlihat menarik dan sedap, atau malah berujung pada si pendusta yang makin bersorak dengan suara lantang, ye ye ye ye akulah pemenangnya dan akulah penguasa. Ye ye ye, la la la, huhuhu.

Sampai-sampai lagi dan lagi disesatkan, ye ye ye, berujung juga disesatkan. Ada yang mengatakan ayat dan kitab ini yang benar, apalagi hanya manusia ini yang tahu. Kemudian tersesat dan disesatkan lagi, katanya jangan mengandalkan manusia dan diri sendiri, tetapi yang semesti dan seharusnya adalah Yesus itu sendiri, dimana awal (alfa) dan hingga sampai kapankah berakhir atau omega. Ye ye ye ye ye.

Oke, tercium dan terasa hawa semakin panas. Hawa isteri adam atau tulang rusuk adam, atau hawa yang adalah panas. Atau panas dalam artian hawa itu panas sekali seolah-olah merugikan atau bahaya. Biarlah Yesus yang jawab saja.

Masuk kita, pada inti pembahasan, apakah termasuk matematika yang kaku, baku dan pasti? Matematika yang dikaitkan dengan tiga kata itu, yang lebih sering diarahkan pada matematika adalah kata pasti. Dimana sampai ada defenisi bahwa matematika adalah ilmu pasti yang tidak ada kemungkinan salah dan tidak ada jalan lain, atau bukan pada maksud dan tujuan sebenarnya

Apakah benar matematika adalah ilmu pasti? Saya atau adakah penyesat, atau dibaliknya si pendusta intinya. Matematika bukan ilmu pasti, melainkan matematika adalah ilmu kesepakatan. Kesepakatan ada, bukan dalam artian yang penting bapak senang, tetapi pada ujungnya lagi dan lagi si penyesat dan pendusta kegirangan. Hore hore hore katanya, dia ada temannya.

Sehingga tidak heran jika di tuliskan dan dinilai guru, 1 + 1 = 2 (benar), tetapi 1 + 1 = 10 (salah katanya). Manakah yang benar dan pasti benar, antara 1 + 1 itu sama dengan atau adalah, mirip dengan dan seharusnya adalah sama 1 atau 10? 10 dalam artian gabungan 1 dan 0, atau 10 dalam artian jumlah lebih banyak dari 0 dan 1 apalagi lebih banyak dari angka 9 kah? Manakah yang benar itu?

Pada dunia matematika, ada yang disebut dan itu baru satu dari sekian banyaknya matematika, dimana matematika adalah bilangan. Bilangan itu ada lagi jenisnya, tetapi seolah-olah hanya 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9 dimana pada intinya 0 sampai 9 (jumlah bilangannya ada 10 atau kata lain basis 10). Lantas, bagaimana jika hanya 0 (nol) saja, bisakah disebut bilangan dan adakah nilainya, atau malah harus ada 1,2, sampai 9 kah? Tidak juga, melainkan 0 (nol) itu ada nilainya dan memang bernilai. Jika tidak bernilai itu adalah kosong, sama sekali tidak ada atau kosong, tetapi bukan 0 (nol), dimana dalam himpunan dilambangkan atau dituliskan dengan "{ }."

Kalau begitu bagaimana dengan 0 (nol) dan 1 (satu) saja, maka itu disebut sebagai basis dua karena jumlah bilangannya ada dua. Lah, kok dari tadi cuma nol dan 1 sampai 9 (bilangan positif), kok gak ada disinggung sama sekali negatif? Itu karena terkesan negatif adalah sesuatu yang buruk, merusak dan tidak menguntungkan sama sekali.

Terus bagaimana dong penyesat, kok mutar-mutar dan membingungkan sih. Kamu tahu gak atau malah sebenarnya tidak. Kasih tahu lah, sok pintar atau malah sebenarnya bodoh, atau menyesatkan sih kamu itu? Lagi dan lagi si pendusta dan penyesat kegirangan, ye ye ye ada teman ku dan ada kawan ku yang ikutan musnah.

Langsung saja, 1 + 1 itu adalah 2 atau 10, atau malah bagaimana sebenarnya? Atau 1 + 1 = 2 sebenarnya kah? Oke, baiklah, bisa 2 dan 10, bahkan bisa 0 (nol) saja satu buah cukup di tulis. Loh, dasar kau si penyesat dan buat sesat orang. Ye ye ye, si pendusta makin kegirangan.

Baiklah, 1 + 1 = 2 benar jika ada bilangan 2 (0,1,2 atau basis 3), apalagi jika sampai 9 (0,1,2,3,dst 9, atau basis 10), maka itu benar dan pada seharusnya adalah benar. Terus bagaimana dong kalau saya hanya mau dan kasih angka 0 (nol) dan 1 (satu) saja, gak mau ada angka 2 (dua) itu. Ya, bisa saja gak salah, berarti jika kasusnya begitu 1 + 1 = 2 adalah suatu kesalahan dan pasti salah karena tidak mau ada angka 2 (dua) tertulis, melainkan hanya angka 0 (nol) dan 1 (satu) saja toh. Eh, eh, eh, sambil geleng-geleng, garuk-garuk kepala, apalagi kalau ada alkohol, atau malah sebenarnya si pendusta dan penyesat itu sumbernya toh. Nampakkah taringnya? Ye ye ye, la la la, hore hore hore.

1 + 1 = 10 (basis 2 angka nol dan satu saja, atau ada yang menyebut dengan nama bilangan biner), dimana 10 dalam artian satu dan nol, bukan jumlah sepuluh. Itu karena, 1 itu ditambahkan lagi 1, maka maksimal di bilangan biner atau basis 2 adalah 1, tetapi tidak mungkin hanya satu dan tidak bisa dituliskan 11 ( 1 dan 1, dimana ada 2 kali muncul angka 1, bukan dalam artian sebelas), tetapi 1 kemudian beralih kepada angka selanjutnya (2, dst) tidak mungkin karena paling tinggi angka 1, maka kembali ke awal atau kiri yang adalah 0 (nol), maka 1 + 1 = 10 ( sesuatu yang benar dan pasti benar karena hanya boleh muncul angka 1 dan 0 saja, tidak bisa muncul angka 2,3,4, dst sampai 9).

Terus, bagaimana dong kalau saya hanya punya angka 0 (nol) saja. Gak ada angka 1 (satu), apalagi angka 2 (dua), dan seterusnya sampai 9 yang adalah basis 10 atau bilangan desimal ya katanya. Bagaimana dong kakak? Bantu dong.

Bisa kok, 1 + 1 = 0 (itulah jawabannya kak). Dasar penyesat dan penipu, lagi dan lagi kamu sesatkan aku, ya ampun, tolong tuan dan baim ya ulloh. Bisa lah, kan paling tinggi adalah nol, maka 2 (dua) adalah 0 (nol) juga toh. Gitu aja kok repot toh.

Iseng-iseng nih, jangan marah ya. Janji ya jangan marah, apalagi ngamuk. Bisa gak
1 (aku) + 1 (kamu) = 1 (kita). Bisa gak itu? Dimana misalnya aku adalah laki-laki, maka kamu adalah perempuan, tapi kok masih tetap satu yang adalah kita? Berang, berang, makin berang, ye ye ye yes. Bisa lah, toh kita tadi adalah satu, dimana kamu yang adalah perempuan (hawa) diambil dari aku yang adalah laki-laki (adam), dimana berupa 1 (satu) tulang rusuk dari sekian banyak tulang rusuk. Ye ye ye ye, makin berang, makin galak, taringnya keluar. Ye ye ye

Lalu, bisa gak?
1 (aku) + 1 (kamu) = 0 (Yesus)
Makin panas tuh suhunya, ye ye ye ye ye, hu hu hu, syalalala.

Sabar, sabar, kalem toh. Tarik nafas pelan-pelan dan terus buang. Lah, kok bisa gitu? Bisa dong, dimana aku adalah laki-laki (adam) dan kamu adalah perempuan (hawa), dimana jika kamu dan aku bersatu, tanpa Yesus adalah 0 (nol) atau dengan kata lain tidak ada apa-apanya. Apalagi sebenarnya yang pantasnya dalam matematika bukan 0 (nol) karena nol ada nilainya, melainkan himpunan kosong atau sama sekali tidak bernilai, dimana dilambangkan dengan "{ }" dan sekian dulu ya terimakasih. Ya'ahowu. Salam sehat dan salam waras, serta salam kebenaran. Tuhan Yesus Memberkati. Syalom.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun