Emosi negatif, yang dikatakan negatif karena buruk dan merusak, misalnya marah, dendam, iri, cemburu, membunuh, mengejek, membuli, tekanan, tuntutan, khawatir, takut, dan lain-lain sebagainya. Dimana seharusnya berdampak buruk dan membahayakan, di satu sisi bisa berdampak baik kelihatannya, tapi sebaiknya seharusnya dihindari.
Kenapa emosi negatif harus dihindari, sedangkan biarpun dikatakan berdampak buruk dan merusak, bisa menjadi baik atau ada makna positif dibaliknya? Kenapa? Karena jika tidak ada tekanan katanya hidup tidak menggairahkan, tidak ada kekhawatiran katanya tidak ada alarm untuk berhati-hati, bahkan jika sepasang lawan jenis katanya jika tidak cemburu maka tidak normal katanya, dan lain-lain sebagainya, terus kenapa harus dihindari? Misalnya dalam hal tekanan, sebenarnya tekanan itu berbahaya, karena sifatnya yang menekan. Dimana-mana katanya kalau menekan ya tidak akan baik hasilnya ke depan.
Coba kita tekan sebuah balon yang penuh angin dan besar sekali, pasti akan menimbulkan ledakan. Orang yang bahkan tidak tahu saat kita tekan balon tersebut sampai menimbulkan ledakan, akan bisa jadi dan kemungkinan besar mengalami serangan jantung. Bagi kita biasa dan menyenangkan, tetapi bagi oranglain mematikan.
Apalagi jika tidak dapat dikendalikan dan pada tempat yang tidak tepat. Sedangkan jika kekhawatiran melanda, bisa baik jika diarahkan kepada hanya sekedar sebagai alarm saja. Tapi, jika orang yang bahkan keseringan bisa menimbulkan trauma, apalagi jika tidak dapat diatasi karena dianggap biasa, bisa jadi akan menyebabkan sesuatu yang disebut sebagai gila, atau masuk rumah sakit jiwa, bahkan sampai parahnya bisa berujung pada kegiatan mengkonsumsi narkoba, mabuk dan bahkan sampai meminum racun yang berujung pada yang disebut sebagai meninggal dunia.
Begitu juga kecemburuan yang dikatakan sebagai hal yang wajar, katanya baik karena harus. Itu katanya wajar sebagai bukti katanya cinta dan kesetiaan. Tetapi, apa haruskah cemburu itu? Apa mesti harus cemburu? Tanpa di tes pun seseorang yang begitu cinta, dapat dilihat saat dia ada di waktu bukan hanya senang saja, melainkan di saat sedih sekalipun, itu sebenarnya sudah cukup membuktikannya. Belum lagi di saat yang sebenarnya kita lapar dan tidak memberitahukannya, tetapi tiba-tiba pasangan datang tanpa di duga membawa sejumlah makanan apalagi yang begitu kita sukai, apakah itu juga masih kurang membuktikan. Begitu juga jika yang lain dia berani lawan dan terlihat ganas, tetapi kepada yang ini malah cenderung mengalah dan bisa diatur. Apakah masih kurang?
Dari situ saja masih kurang puas, sampai-sampai harus berkelahi dan membunuh oranglain kah untuk membuktikannya? Terlihat sepertinya orang tersebut tidak tahu arti cinta yang sesungguhnya dari hal-hal yang bahkan bersifat kecil dan baik, malah dianggap masih kurang. Apakah orang tersebut sebenarnya kamu cintai, atau malah sebenarnya tidak, masih kurang puas, atau malah mau mencari oranglain sebenarnya. Masih tidak merasa aman, nyaman dan menyenangkan kah? Itu kayaknya terlihat konyol dan menyedihkan sekali. Tapi, kembali pada penilaian bagi setiap orang yang membacanya. Silahkan bebas berargumen, saya tidak akan melarang. Toh, negara kita adalah negara demokrasi.
Baiklah, masuk kita pada pembahasan selanjutnya, emosi positif yang dikatakan positif karena berdampak baik bagi siapapun. Emosi positif tersebut, misalnya tenang, santai, rileks, ketawa, senyum, bahagia, dan lain-lain sebagainya. Hal tersebut adalah hal yang baik dan menguntungkan dibandingkan dengan emosi negatif. Bahkan banyak kita lihat temuan dan tertulis di Alkitab orang Kristen, dimana hati kita yang senang, gembira, bahagia, dan sebagainya (emosi negatif) adalah sesuatu yang dapat menjadi obat dari berbagai dan bahkan semua jenis penyakit.
Hati yang gembira adalah obat yang paling manjur katanya. Jadi, jika kita bahagia, senang, tertawa, dan sebagainya (emosi positif), kalaupun kita sakit dan butuh pengobatan, maka itu sebenarnya tidak perlu. Tidak perlu lagi kita ke dokter, psikolog, psikiater, dan bahkan pada seoarng konselor sekalipun.
Asalkan itu benar-benar dan pasti itu adalah kita dalam keadaan senang, bahagia, gembira, dan sebagainya (emosi positif), bukan sebuah hanya sekedar perkataan atau hal yang dibuat-buat saja. Bahkan bisa jadi kita akan memiliki umur yang panjang, dan bahkan hal sekecil apapun, misalnya nasi yang kita makan hanya satu butir saja dan air yang kita minum hanya satu tetes saja, itu dapat dan mesti kita syukuri, di bandingkan mereka yang di tempat-tempat mewah dan berkelas bintang yang bahkan 100 bintang sekalipun jika ada, dimana belum tentu dia disana karena memang hal yang wajar dan hasil keringatnya sendiri dari usahanya.
Begitu juga biarpun kita sakit dan lalu datang berobat ke dokter, psikiater, psikolog, konselor, atau mungkin ada yang lain, saat mungkin bagian pendaftaran yang cemberut tidak ramah, kayak sedang marah-marah, waktu menunggu berobat yang lama sekali karena harus menunggu antrian, dan bahkan begitu nyampai dengan orang yang katanya memberikan solusi kepada kita, tetapi pengobatannya bagi kita biasa saja, maka bukannya sembuh atau berkurang sedikit, yang ada malah kita emosinya meningkat dan bahkan makin parah penyakit yang kita alami itu.
Begitu juga yang katanya sekalipun ahli penyembuh dan kesehatan, berpengalaman, bersertifikat dan jam terbang tinggi, bisa jadi dapat membuat kita tidak sembuh. Bisa jadi penyakit kita yang berupa jantung, dengan kita hanya senyum dan tertawa, apalagi dengan meminum air putih biasa, tapi hati kita sangat bersyukur dan bahagia, akan dapat menurunkan sedikit, dan bahkan sampai dapat menyembuhkan dengan biaya yang bahkan gratis.