Bagaimanakah cara bersatu dengan Tuhan Yesus?
Oleh: Try Gunawan Zebua
Gunungsitoli, 27 Juni 2022
Sebenarnya tulisan ini adalah tulisan yang saya rencanakan untuk tulisan yang diberikan atau dituliskan pada buku antologi yang sedang berlangsung dengan tema: "Bersatu denganmu".
Namun saat pengumpulan bahan dengan mewawancarai beberapa orang di kontak wa saya, saya pun memutuskan untuk tidak menulis ini di buku antologi tersebut.
Hal tersebut lebih-lebih terjadi karena berdasarkan hasil wawancara tersebut ada dikatakan bahwa hal yang saya singgung ini adalah terkait dengan agama dan saya bukan ahli dalam bidang tersebut.
Sensitif karena terkait dengan agama adalah suatu hal yang wajar saja terjadi, dimana agama dapat membuat terjadi permusuhan maupun perdebatan tertentu antara sang penulis dan pembacanya, bahkan pada kasus yang parahnya dapat terjadi peristiwa pembunuhan hanya gara-gara perbedaan dari segi pendapat atau pandangan tersebut.
Agama tersebut dipandang sebagai sesuatu yang tergantung dari iman atau kepercayaan seseorang, yang berarti bahwa kemungkinan besar berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Itulah yang menjadi pertimbangan utama saya dalam hal membatalkan untuk tulisan ini disodorkan atau dijadikan buku pada antologi tersebut.
Alasan kedua dan terakhir sebenarnya sempat membuat saya terpancing emosi, dimana dikatakan bahwa saya tidak ahli dengan hal tersebut.
Seolah-olah jika ingin menulis tentang dokter maka harus menjadi dokter dulu, jika ingin menulis tentang teknik maka harus menjadi Sarjana, Magister, atau bahkan Doktor dan Prof teknik dulu.
Padahal segala sesuatu itu sebenarnya bisa dipelajari. Bagaimana cara mempelajarinya? Dapat dilakukan dengan membeli buku atau mendownload jurnal, bahkan dengan mengklik tema yang akan kita pelajari melalui mesin pencari yang biasanya dipakai disebut sebagai Google.
Pernyataan harus ahli dulu ibaratnya bisa dikatakan bahwa harus sampai mati dulu dalam hal mencoba naik sepeda atau memulai bisnis baru, dengan kata lain sekolah dulu pada pendidikan formal, seolah-olah meniadakan istilah belajar otodidak dan belajar di rumah (homeschooling).
Seolah disuap-suap di sekolah, padahal di sekolah pun pada Kurikulum 2013 ini siswa atau pelajar yang secara mandiri mencari tahu sendiri pelajaran di sekolah.
Judul tulisan ini saya munculkan karena ini merupakan suatu hal yang penting atau wajib untuk diketahui, lebih-lebih oleh para generasi muda kristen sebagai bahan tambahan referensi atau bacaan.
Hal tersebut terjadi karena Bersatu dan Tuhan Yesus adalah suatu hal yang penting, dimana kita harus bersatu dengan Tuhan Yesus, salah satu manfaat bersatu adalah kita mempelajari seperti apa dan bagaimana Yesus karena adalah satu.
Memang hal yang saya bahas ini bukan merupakan suatu hal yang baru atau dengan kata lain dari dulu belum pernah ada yang menulis.
Hal yang saya tulis ini berdasarkan pencarian saya pada mesin pencari google telah dituliskan dan dibahas pada tulisan tahun-tahun sebelumnya. Jadi ini bukan menciptakan teori atau pemikiran baru, tetapi mempelajari dan lalu menuliskannya dengan versi saya sendiri. Dari berbagai pertimbangan di wawancara wa dan mesin pencari google.
Sebelum masuk pada pembahasan tulisan ini alangkah lebih baik jika kita mengetahui terlebih dahulu seperti apa dan bagaimana itu satu. Itu terjadi karena kata "bersatu" memiliki kata dasar "satu" kemudian ditambahkan imbuhan di awal kalimat berupa imbuhan "ber-."
Jika kita melihat atau memandang dari segi kalimat yang mengandung kata "satu", misalnya: "saya pesan satu porsi saja ya kak," "kayaknya satu lebih dari cukup deh," "satu saja jangan lebih dari itu," dan berbagai kata lain, dimana dapat kita simpulkan bahwa satu adalah suatu hal yang jumlah atau dari segi kuantitas itu hanya satu saja, bukan dua, tiga, empat, maupun jumlah yang lainnya.
Jika kita melihat atau memandang dari segi matematika, kata "satu" diberikan simbol sebagai "1" dalam wujud atau angka tersebut, dimana yang dipakai atau diterapkan di bangsa kita hingga saat ini, selain angka Romawi I.
Angka satu dalam penulisannya berada diantara angka "0" atau nol dan "2" atau dua, dimana angka satu bukan merupakan suatu hal yang kosong atau tidak ada sama sekali, tetapi merupakan suatu hal yang ada dalam bentuk tunggal, tetapi tidak banyak atau lebih dari satu (dua).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata satu memiliki arti sebagai: 1). bilangan yang dilambangkan dengan angka 1 (Arab) atau I (Romawi), 2). Nama bagi lambang bilangan asli 1 (angka Arab) atau I (angka Romawi), 3). Urutan pertama sebelum ke-2, 4). bilangan asli terkecil sesudah 0.
Sehingga dapat kita ambil kesimpulan bahwa 1 atau satu adalah suatu angka yang dituliskan dalam bentuk 1 (Arab) atau I (Romawi), dimana ada wujud atau bentuknya (bukan nol), dan bahkan tidak lebih atau tidak banyak (dua, dan seterusnya).
Lanjut pada pembahasan selanjutnya setelah kita memahami seperti apa dan bagaimana satu tersebut, yaitu: apakah kita (manusia) dan Tuhan Yesus adalah satu atau bersatu menjadi satu? Menurut St. Cyrilus: "Dia yang menerima Tubuh dan Darah Kristus bersatu dengan Dia sehingga dia ditemukan di dalam Kristus dan Kristus ditemukan di dalam dia" (Hendrikus Jomi, S.Ag., pada website: https://kemenag.go.id/read/bersatu-dengan-kristus-zmo4e, diakses pada 27 Juni 2022).
Dari pendapat St. Cyrilus dapat disimpulkan bahwa saat kita menerima Tubuh dan Darah Yesus (Tuhan) saat perjamuan kudus, kita telah bersatu dengan Yesus, dimana Yesus ada di dalam kita dan kita ada di dalam Yesus. Menjadi suatu kesatuan atau menjadi bersatu, dari yang tadinya Yesus dan kita (manusia) menjadi satu.
Menurut pendapat Made Teling pada artikelnya di kompasiana (https://www.kompasiana.com/madeteling/550d6ecd813311502cb1e385/cara-mengenal-dan-menyatu-dengan-tuhan, diakses pada 27 Juni 2022), kesatuan dengan Tuhan terjadi Jika anda sudah bisa mencapai alam kesadaran murni, dengan sendirinya anda merasakan bersatu dengan Tuhan ,seluruh alam semesta berada dalam diri anda, tetapi jangan mengatakan diri anda sebagai Tuhan, karena anda hanya satu sel dari milyaran sel dalam tubuh Tuhan.
Dari pendapat Made Teling itu dapat kita simpulkan bahwa kita (manusia) adalah satu dengan Tuhan saat kita sudah bisa mencapai alam kesadaran murni, dimana kita adalah bagian dari Tuhan tetapi kita bukanlah Tuhan. Kita bukanlah Tuhan adalah suatu hal yang benar, dimana kita (manusia) tidak sama dengan Tuhan karena kita ini hanyalah sebagai suatu ciptaan saja dari Tuhan. Hanya merupakan bagian terkecil dari Tuhan.
Sama halnya dengan sebuah rumah. Rumah adalah suatu hal dimana terdiri dari pasir, semen, batu, jendela, ventilasi, dan berbagai bagian lagi dari rumah, dimana misalnya jendela itu hanya merupakan bagian terkecil dari sebuah rumah. Rumah baru dikatakan sebagai rumah jika bagian terkecil berupa jendela tersebut ada.
Begitu juga dalam hal misalnya dadu. Dadu baru dikatakan sebagai sebuah dadu jika berbentuk kubus dan memiliki lubang mulai dari jumlahnya satu, dua, tiga, empat, lima dan bahkan enam. Lantas, apakah jika dadu tersebut lubang lima hilang apakah dikatakan sebagai suatu dadu?
Pasti tidak, karena pada umumnya sebuah dadu tersebut harus memiliki lubang satu sampai enam. Begitu juga jika ada dadu berbentuk seperti sebuah segitiga, maka kita tidak akan menyebutkannya sebagai sebuah dadu karena dadu berbentuk kubus dan memiliki enam sisi.
Teolog Anthony Hoekema berkata, "karena Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa kita hanya dapat menerima karya penyelamatan kristus ini bagi kita, dan yang karenanya kita dibenarkan, HANYA DALAM CARA YANG PERSONAL MELALUI KESATUAN YANG HIDUP DENGAN-NYA." (https://goodnewsldp.wordpress.com/2019/10/20/bersatu-dengan-tuhan-1-0/, diakses pada 27 Juni 2022).
Kemudian pada https://goodnewsldp.wordpress.com/2019/10/20/bersatu-dengan-tuhan-1-0/, dikatakan bahwa dari pendapat Teolog Anthony Hoekema, ayat Alkitab yang terbayang kepadanya adalah Yohanes 17:21, yaitu: supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.
Selain Yohanes 17:21, ada lagi yaitu Galatia 2:20 :"namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku."
Masuk kita sekarang pada inti judulnya. Bagaimanakah cara bersatu dengan Tuhan Yesus? Menurut Nelson Sembiring, S.Pd., (https://www.academia.edu/17388317/BERSATU_DALAM_KRISTUS), bersatu dengan Yesus itu kita harus rendah hati, perkataan yang lemah lembut, sabar, saling mengasihi, ramah, saling mengampuni, dan tidak ada dusta diantara kita.
Menurut FX Rickoloes Pricorianto (https://www.sesawi.net/renungan-tetap-bersatu-dalam-tuhan/, diakses pada 27 Juni 2022), dikatakan bahwa cara untuk menjadi satu dengan Yesus adalah saling mengasihi, dimana Yesus itu sendiri adalah kasih. Menurut Yulius Hariyadi (http://www.parokiparung.org/bersatu-dengan-tuhan/, diakses pada 27 Juni 2022), dikatakan bahwa supaya kita bersatu dengan Tuhan, maka kita harus hidup dalam pertobatan.
Bersatu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: 1). Berkumpul atau bergabung menjadi satu, dan 2). sepakat atau seia sekata. Dari pendapat Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut dapat kita simpulkan bahwa bersatu dengan Yesus itu kita harus berkumpul atau bergabung dengan Yesus, dengan cara ikut ibadah atau persekutuan, komunikasi melalui doa (doa rutin atau teratur), melakukan firman dan meneladani Yesus.
Kemudian cara bersatu dengan Yesus dengan sepakat atau seia sekata adalah dengan cara kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, dimana kita sepakat bahwa Yesus itu adalah Tuhan dan Juruselamat kita yang telah menebus segala dosa kita di atas kayu salib.
Selain itu, sepakat atau seia sekata adalah saat kita setuju dengan apa pun yang dikatakan oleh Tuhan Yesus dengan iman yang teguh atau tidak mudah goyah, bukan dengan usaha amal perbuatan baik kita kepada sesama saja. Begitu juga Yesus adalah kudus, maka kita juga harus kudus.
Jadi, dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa cara bersatu dengan Tuhan Yesus adalah dengan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, Pertobatan, Meneladani Yesus, berdoa, mendengarkan dan merenungkan firman, pelaku firman dan bahkan hidup kudus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H