Mohon tunggu...
Tyan Raka Pratyastama
Tyan Raka Pratyastama Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa yang sedang berusaha berdikari

Masih belajar meriset dan menuangkan opini

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

TikTok sebagai Budaya Populer

30 Juni 2020   10:47 Diperbarui: 8 April 2021   10:16 2431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Budaya populer awalnya hanya diidentifikasikan menjadi dua pengertian, yakni jenis karya inferior atau karya yang sengaja dibuat untuk disukai orang. Sementara dalam versi definisi yang lebih mutakhir, budaya populer dimaknai sebagai kebudayaan yang dibuat oleh orang-orang untuk kepentingan mereka sendiri. Namun, di antara dua rentang pemikiran itu terdapat banyak pergelutan mahzab yang satu sama lain bisa kita pinjam untuk menganalisa entitas-entitas dalam wilayah budaya populer. 

Menurut Dominic Strinati, budaya populer atau budaya massa berkembang, terutama sejak dasawarsa 1920-an dan 1930-an, bisa dipandang sebagai salah satu sumber historis dari tema-tema maupun perspektif-perspektif yang berkenaan dengan budaya populer. Perkembangan ini ditandai dengan munculnya sinema dan radio, produksi massal dan konsumsi kebudayaan, bangkitnya fasisme dan kematangan demokrasi liberal di sejumlah negara Barat.

Budaya populer menurut John Fiske dengan sederhana memberikan definisi tentang populer sebagai sesuatu yang diproduksi ’demi rakyat kebanyakan’. Artinya sebuah produk atau karya apapun yang diciptakan untuk kalangan kebanyakan akan sangat tergantung sepenuhnya kepada pemaknaan yang diberikan oleh mereka sehingga tidak semua produk masif industri bisa menjadi bagian dari budaya populer.

Tiktok yang merupakan sebuah aplikasi video pendek yang memungkinkan penggunanya membuat video pendek disertai musik, filter dan beberapa fitur kreatif lainnya. Aplikasi tiktok pada tahun ini juga meraih kesuksesannya. Dimana pengguna tiktok di Indonesia sendiri banyak. Dan merupakan aplikasi populer sekarang.

Adanya tiktok pun dapat mencetak nama-nama terkenal seperti Bowo dan Cimoy yang merupakan artis tiktok yang pernah diundang di stasiun tv swasta. Bahkan tiktok pun merambah ke dunia artis, banyak artis-artis yang bermain tiktok karena memang fitur yang ditawarkan menarik.

Tiktok adalah salah satu budaya populer yang ada di dunia sekarang. Pengguna tiktok pun pada tahun 2019 lebih dari 700 juta pengguna Hal ini membuat tiktok populer bahkan mengalahkan unduhan dari Facebook inc ( Kompas.com ). Penggunanya pun beragam mulai dari anak kecil hingga lansia juga masih eksis dengan aplikasi ini. 

Baca Juga: Ramainya Pengguna Aplikasi TikTok di Masa Pandemi

Banyaknya influenzer-influenzer dan artis yang membuat video tiktok membuat penggunanya semakin bertambah juga. Sebagai budaya populer tiktok pun dapat dijadikan konten agar dilihat oleh masyarkat yang menjadi sasaran penikmatnya. Dimana hal itu sudah menjadi konsumsi publik karena memang budaya populer tidak pernah keluar dari kerangka selera massa, kondisi masyarakatlah yang akan membentuk produk kebudayaan populer.

Kebudayaan populer melalui komunikasi massa tidak bisa terlepas dari kaitannya dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya aplikasi tiktok ini.

Trend seperti tiktok ini sebelumnya sudah ada dengan platform “Musical.ly” sehingga julukan bagi para pengguna tiktok dengan musical.ly sama Namanya yaitu “muser”. Hal ini juga membuat seluruh dunia pun menjadi penikmat aplikasi tersebut karena memang tidak dipungut biaya dalam pengunduhannya serta tidak ada pembatasan umur dalam aplikasi tersebut hal ini yang melatarbelakangi tiktok mulai berkembang di era sekarang.

Tiktok yang merupakan budaya luar masuk dengan mudah ke Indonesia. Dikarenakan semakin majunya teknologi serta cakupan media sosial yang luas. Adanya challenge-challenge yang diviralkan melalui media sosial akan ramai diikuti oleh fans-fans atau orang-orang yang melihat postingan tersebut. Tiktok yang merupakan kapitalisme mengajak orang-orang untuk melakukan challenge-challenge yang diberikan. Hal ini juga mengakibatkan pemasukan bagi sejumlah orang yang terlibat karena mempromosikan aplikasi tersebut. 

Dan adanya tiktok sendiri sudah menjadi komoditas dimana sebelumnya tiktok bertujuan untuk senang-senang namun sekarang dapat di komersilkan dan sasarannya adalah anak-anak dan remaja. Mereka yang melihat video tersebut akan merasa kagum dan terpesona dengan orang tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun