Mohon tunggu...
Taufik Mahlan
Taufik Mahlan Mohon Tunggu... profesional -

64 th.\r\n

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

LNG untuk Konsumsi Domestik

9 Februari 2018   22:27 Diperbarui: 10 Februari 2018   05:51 1862
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Kedua, aturannya ribet. Pembeli LNG harus mengajukan permohonan untuk mendapatkan alokasi LNG. Lalu Pemerintah akan mengatur produsen gas mana saja yang akan memasok alokasi itu, berapa banyak, berapa lama. Kenyataan bahwa menurut Kontrak Bagi Hasil, 80% gas yang diproduksi dari bumi Indonesia itu milik Pemerintah, tidak membuat pengaturan menjadi mudah.

Ketiga, perilaku LNG memang runyam dibandingkan dengan LPG dan BBM. Kalau anda beli LPG atau BBM, disimpan diwadahnya yang sesuai, dibiarkan bertahun-tahun tidak apa apa. Tidak begitu dengan LNG. Ia akan menguap, sekitar 0.1% per hari. Kalau anda punya LNG 1000 liter, setiap hari 1 liter darinya akan berubah menjadi uap (gas). Padahal satu liter LNG itu bisa menjadi 600 liter gas. Kalau pemuaiannya ditahan, maka tentu tekanannya akan naik. Anda memerlukan sistem pencairan kembali, atau terpaksa gasnya dibuang. Sistem pencairan LNG perlu biaya (energi), kalau tidak, maka gas terpaksa terbuang. Jadi LNG yang stagnan membuat anda rugi (rugi biaya atau rugi gas terbuang). LNG harus selalu mengalir, tidak dapat disimpan lama.

Keempat, belum ada terminal penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran LNG di pulau yang paling banyak memerlukan energi, yaitu pulau Jawa. Yang sudah ada malah di Aceh, yakni konversi Kilang LNG Arun menjadi Terminal Penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran, dan regasifikasi LNG.

Pembangkit listrik Muara Karang mendapat gas dari LNG, tetapi regasifikasinya terjadi 16 km di tengah laut. LNGnya tidak mendarat, tetapi disimpan dan diregasifikasi di kapal FSRU (Floating Storage and Regasification Unit). Di Bali pun begitu, meskipun FSRUnya merapat di dermaga. Tapi LNGnya, dalam kedua kasus, ekslusif punya PLN (alokasi khusus untuk PLN).

Perlukah meng-LNG-kan Jawa?

Dilematis bagi Pertamina. Mempromosikan LNG berarti mengurangi penjualan LPG dan BBM. Sekalipun kedua jenis bahan bakar ini sebagian diimpor, dari sisi keuangan ada keuntungan yang diperoleh.

Sisi non ekonomis jelas memiliki kelebihan, seperti:

  • Mengurangi polusi, karena sisa pembakaran LNG lebih sedikit mengandung racun dan gas rumah kaca.
  • Harga LNG atau hasil regas LNG bisa lebih murah dari harga BBM. Ini mengurangi biaya operasi, memperbaiki efisiensi ekonomi secara keseluruhan.
  • Memperpanjang umur dan periode perawatan peralatan (kompor, pemanas, mesin bensin dan mesin diesel).

Dari sisi harga mungkin LNG tidak dapat bersaing dengan gas pipa, CNG, batubara dan cangkang sawit. Tapi bagi sistem produksi yang mementingkan stabilitas pembakaran dan panas, kebersihan pabrik, dan citra sebagai produsen yang ramah lingkungan, LNG memiliki kesempatan.

Apa yang diperlukan untuk membuat LNG kompetitif di Jawa?

Terminal penerimaan, penyimpanan dan penyaluran LNG di lokasi yang dapat melayani seluruh pulau Jawa dengan ekonomis.

Terminal LNG akan menurunkan harga LNG di Jawa. Makin banyak LNG yang disalurkan setiap harinya, makin rendah harga LNG.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun