Merajuk merela tak kuasa menerpa telinga kian nyaring tak terdengar
Tak jujur terus melantur menyibak sepi yang hingar bingar
Malam sembunyikan panggilan sayang yang tak lekang ditelan usia
Sayangku.. Cintaku.. Sayangnya aku.. Cintanya aku.. Manisku.. Kekasihku.. Pujaanku..
Yang biasa sayup terdengar rajuk redam manja dipelukanku..
Jika pagi masih saja terasa kau selimuti pundakku agar dingin tak membangunkanku..
Walau kopi pahit sedikit manis dengan aroma cinta tetap jasa menusuk hidungku dan membangunkanku..
Tak kan ku lupa jika senja menghampiri..Â
Kau duduk tersipu malu memandangku yang datang setelah seharian berkutat dengan kejamnya dunia..
Tak pernah mengeluh dengan semua yang terjadi, yang ku tahu hanya senyummu membuat lelahku sirna..
Belum lagi tawamu yang terpingkal-pingkal walau hanya sedikit saja mendengarkan gurauanku, membuat aku satu-satunya lelaki yang layak menetap diseluruh bagian hatimu..
Bisikanmu yang membuat aku terpana disetiap malamku adalah melulu tentang kau bersyukur menjadi wanita terlama yang ada di pelukan dan doaku..
Kata mu, tak akan pernah ada jarak diantara kita..
Kata mu, tak akan mampu jika kau tak bersamaku walau satu malam pun terpisah..
Kata mu, tak akan sanggup jika kau tidur tanpa belaianku menemani lelap meredup mata mu..
Wahai wanita dengan kata-kata yang menyihir kehidupanku setelah ku ikrarkan akad di hadapan ayahmu dan Sang Penguasa hidup..
Sudah lupakah akan janji setia mu itu..
Lupakah kamu jika ingin selalu di bawah payung yang sama ketika hujan turun..
Apakah kamu berani melupakan pelukanku tempat yang kau sebut rumah manjamu..
Baiklah.. akan ku antar esok kau dengan payung kesayangan kita..
Baiklah.. esok akan ku relakan kau manja di pelukan Sang Pemilik Hidup..
Baiklah.. janji mu pada ku sudah ku anggap usai menemani raga ku..
Tenanglah..
Aku ikhlas..
#triyanti_sakata_230123
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H