Â
Papua adalah wilayah di timur Indonesia yang kaya akan budaya dan sumber daya alam. Selama berabad-abad, masyarakat Papua hidup dalam berbagai kelompok etnis yang tersebar di pegunungan, lembah, dan pesisir. Setiap kelompok memiliki budaya, bahasa, dan tradisi unik. Salah satu yang terkenal adalah keberadaan alat musik tradisional seperti tifa dan berbagai bentuk seni lainnya. Secara politis, Papua menjadi bagian Indonesia melalui Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) pada 1969, setelah sebelumnya berada di bawah kolonial Belanda. Selain itu, Papua memiliki kekayaan alam yang melimpah, seperti tambang mineral dan hutan tropis, serta memainkan peran penting dalam sejarah dan perkembangan Indonesia.Â
SISTEM PENGETAHUANÂ
Sistem pengetahuan merupakan salah satu unsur universal kebudayaan yang menjadi isi pokok kebudayaan di dunia. Dalam perspektif sejarah kebudayaan, sistem pengetahuan dapat memberikan pemahaman mengenai tingkat kecerdasan suatu masyarakat dalam konteks ruang dan waktunya.
Sistem pengetahuan masyarakat Papua meliputi pengetahuan tentang :
- Membidik, memanah, dan menombak
- Penggunaan api unggun sebagai alat penerang dan penghangat
Bahasa Papua merupakan istilah untuk menyebut bahasa-bahasa non-Austronesia yang dituturkan di Papua Nugini dan pulau-pulau sekitarnya. Bahasa-bahasa ini terbagi menjadi beberapa lusin rumpun bahasa yang berbeda. Beberapa bahasa di Papua, di antaranya : Bahasa Airoran, Bahasa Alamblak, Bahasa Ambai, Bahasa Anasi, Bahasa Ansus, Bahasa Arguni, Bahasa Awera, Bahasa Awyi. Bahasa Melayu dialek Papua merupakan salah satu bahasa daerah yang umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Papua. Beberapa ciri khas bahasa Papua, di antaranya :
- Kebanyakan dialek Papua disingkat-singkat, seperti "Saya" = "Sa", "Kamu" = "Ko", "Pergi" = "Pi".
- Kata ganti kepunyaan selalu terpisah dengan Subjek dan Subjek yang diucapkan terlebih dahulu sebelum kata ganti kepunyaan.
- "Waa Waa" merupakan kalimat dalam bahasa daerah Papua yang artinya "terima kasih". Kalimat ini biasanya diucapkan dengan senyuman dan sedikit gerakan kepala.
Papua menggunakan bahasa non-Austronesia atau bahasa Papua karena bahasa-bahasa tersebut tidak membentuk satu keluarga bahasa yang bersatu secara genetik. Bahasa Papua diorganisasikan ke dalam beberapa lusin keluarga bahasa yang berbeda. Di Papua, bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi, sementara bahasa Melayu Papua digunakan sebagai bahasa basantara. Bahasa-bahasa lain yang digunakan di Papua, antara lain Tobati, Biak, Sentani, dan Yapen.
KESENIANÂ
Papua memiliki berbagai macam kesenian, selain berupa alat musik Tifa ada juga beberapa tarian yag menjadi simbol kesenian di Papua, yang hingga saat ini masih digunakan saat menyambut para turis yang datang, yaitu Tari Selamat Datang khas Papua.
Tari Selamat Datang adalah tarian tradisional Papua yang digunakan untuk menyambut tamu kehormatan atau tamu penting. Tarian ini merupakan simbol penghormatan dan ungkapan rasa syukur serta kebahagiaan masyarakat Papua dalam menyambut tamu. Selain itu tarian ini juga mengandung makna ungkapan rasa hormat, rasa syukur, dan kebahagiaan masyarakat dalam menyambut tamu. Tari Selamat Datang atau Tari Nanini yang artinya "Kemari, kemari bersama" yang dimana penampilan yang ditampilkan harus dilakukan dengan penuh keceriaan, tidak ada penari yang menampilkan muka murung dan bergoyang tanpa tenaga.
Tarian ini juga memiliki ciri ciri yaitu penari pria dan wanita bergoyang dan bernyanyi diiringi musik tradisional seperti ukulele, tifa, dan stem bass.
Tifa Papua adalah alat musik tradisional yang berasal dari Papua dan Maluku. Alat musik ini berbentuk tabung memanjang, terbuat dari kayu, dengan salah satu ujungnya dilapisi kulit hewan, seperti kulit kambing atau kulit biawak, dan menggunakan darah manusia yang awalnya melukai bagian tubuh lalu dicampur dengan kulit siput dan kapur. Tifa berfungsi sebagai membran untuk menghasilkan bunyi.
UPACARA
Salah satu upacara yang terkenal di Papua yaitu Upacara Kematian Suku Asmat, yang dikenal cukup mengerikan dimana Suku Asmat percaya bahwa kematian bukanlah suatu hal yang alamiah. Melainkan sebagai penanda adanya roh jahat yang mengganggu.
- Mbis, merupakan upcara pemahatan patung leluhur atau kerabat yang telah meninggal. Untuk mengenang kerabat yang telah meninggal.
- Â Membiarkan jenazah membusuk, jenazah diletakan diatas anyaman bambu, diluar kampung dan dibiarkan hingga membusuk. Setelah menjadi tulang-belulang, dikumpulkan dan disimpan di atas pohon dan bagian tengkorak kepala digunakan sebagai bantal kepala.
- Membawa jenazah ke laut, jenazah diletakkan di perahu lesung panjang dan dilepaskan ke sungai. Perahu tersebut akan terbawa arus ke laut dan menjadi peristirahatan terakhir roh-roh.
- Mengubur jenazah sembarangan, masyarakat Suku Asmat juga mengubur jenazah di hutan, di pinggir sungai, atau di semak-semak. Jenazah laki-laki biasanya dikubur tanpa pakaian, sedangkan jenazah perempuan dikubur dengan pakaian.
ADAT ISTIADAT
Papua memiliki keragaman adat istiadat yang mencerminkan kehidupan sosial, spiritualitas, dan hubungan erat dengan alam. Beberapa adat istiadat yang penting antara lain :
- Sistem Kepemimpinan: Papua menganut sistem "Big Man" atau kepala suku, di mana pemimpin dihormati karena kebijaksanaan, kekuatan, atau kekayaannya, bukan karena posisi formal.
- Upacara Bakar Batu: Tradisi memasak bersama menggunakan batu panas, melambangkan kebersamaan dan digunakan untuk berbagai acara penting seperti kelahiran, kematian, atau penyelesaian konflik.
- Tarian dan Musik Tradisional: Seperti Tari Perang dan alat musik Tifa yang sering digunakan dalam upacara adat, merayakan keberanian, kebersamaan, dan menyambut tamu.
- Ritual Inisiasi: Beberapa suku, seperti Suku Dani, menjalankan ritual inisiasi bagi pemuda sebagai tanda kedewasaan dan kemandirian.
Adat-istiadat Papua berfungsi sebagai penghubung antara manusia, alam, dan leluhur, serta memperkuat ikatan sosial dalam komunitas.
SISTEM ORGANISASI ADAT
Sistem organisasi adat di Papua meliputi :
 1. Kepala Suku : Pemimpin yang mengambil keputusan untuk komunitas.
 2. Dewan Adat : Penasihat yang membantu kepala suku.
 3. Hukum Adat : Aturan yang mengatur kehidupan dan menyelesaikan sengketa.
 4. Masyarakat Keluarga : Keluarga inti dan besar yang saling mendukung.
 5. Ritual : Upacara adat yang memperkuat kohesi sosial.
 6. Pembagian Tugas : Peran berdasarkan gender, usia, dan keterampilan.
 7. Kepemilikan Tanah : Tanah dikelola secara komunal sesuai tradisi.
Sistem ini penting untuk kestabilan sosial dan budaya masyarakat Papua.
KEARIFAN LOKAL WISATA
Beberapa kearifan lokal yang dapat dikelola di Papua meliputi :
 1. Sistem Pertanian Lahan Huma : Teknik pertanian ramah lingkungan.
 2. Pengelolaan Sumber Daya Hutan : Praktik menjaga hasil hutan secara berkelanjutan.
 3. Noken : Anyaman tradisional yang dapat dikembangkan sebagai produk ekonomi kreatif
 4. Obat-obatan Tradisional : Pemanfaatan tumbuhan herbal lokal untuk industri herbal.
 5. Ritual Adat dan Seni Budaya : Pengelolaan kesenian dan tradisi untuk pariwisata.
 6. Pengelolaan Sagu : Meningkatkan produk turunan sagu untuk perekonomian lokal.
Kearifan lokal ini mendukung pelestarian tradisi dan pembangunan ekonomi berkelanjutan di Papua.
NORMA YANG ADAÂ
Norma adalah aturan sosial atau patokan perilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Norma di setiap daerah di Indonesia berbeda-beda karena adanya perbedaan budaya, suku, adat istiadat, kepercayaan, dan kebiasaan. Norma dan nilai adat istiadat berfungsi sebagai pedoman perilaku, menjaga keharmonisan sosial, dan memperkuat solidaritas antar anggota komunitas.
Di Papua, pengadilan adat diakui sebagai lembaga peradilan perdamaian antara warga masyarakat hukum adat. Pengadilan adat disusun berdasarkan ketentuan hukum adat masyarakat hukum adat yang bersangkutan. Adapun norma yang terkenal dengan ciri khasnya Papua yaitu :
- Tradisi Ikipalin, yaitu pemotongan jari sebagai bentuk ungkapan duka atas meninggalnya anggota keluarga.
- Pembakaran rumah ibadah dianggap melanggar norma adat Papua. Konsekuensinya, pelaku bisa jatuh sakit, anggota keluarganya meninggal dunia secara tiba-tiba, atau kampungnya dilanda bencana.
MAKANAN KHAS
Papua memiliki banyak makanan khas, di antaranya:
- Papeda : Makanan pokok masyarakat Papua yang terbuat dari tepung sagu, berbentuk bubur berwarna putih bening, dan bertekstur lengket. Papeda biasanya disantap dengan ikan kuah kuning.
- Ikan Bakar Manokwari : Ikan bakar khas Papua Barat yang memiliki rasa khas dan menggunakan saus sambal khas Papua.
- Udang Selingkuh : Udang air tawar yang memiliki bentuk tubuh udang tapi capit seperti kepiting. Udang ini memiliki daging yang berserat dan rasa manis mirip seperti daging lobster.
- Sate Ulat : Makanan yang diyakini di Papua dapat menambah energi. Sate Ulat memiliki rasa manis dan asin, serta tekstur keras di luar dan lunak di dalamnya.
- Norohombi : Makanan khas Papua yang terbuat dari tepung sagu, kelapa parut, dan bia atau kerang kering.
- Sagu Lempeng : Camilan berbentuk lempengan persegi panjang yang terbuat dari tepung sagu lalu dibakar. Sagu lempeng bisa dimakan langsung atau dicelupkan pada teh panas, kopi, dan kuah ikan.
Â
- Kue Bagea Sagu : Kue khas Papua yang dibuat dari tepung sagu dan tepung kenari.
Â
- Keripik Keladi : Camilan berbahan dasar talas atau ubi jalar yang dicampur dengan cabai rawit, bawang putih, dan garam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI