Apa Sih Fear of Missing Out?
Fear of Missing Out (FoMO) merupakan sindrom kecemasan sosial yang memiliki karakteristik untuk ingin selalu terkoneksi dan mengetahui apa yang orang lain lakukan melalui sarana media sosial (Przybylski, 2013).Â
Orang-orang yang mengalami FoMO akan merasa gelisah, cemas, takut apabila melewatkan informasi terkini. Berdasarkan hasil riset oleh Australian Psychological Society pada tahun 2015, didapatkan hasil bahwa 50% anak remaja memiliki kecenderungan FoMO ini.
Perkembangan teknologi yang pesat membantu memudahkan kegiatan manusia, terutama dalam hal komunikasi. Saat ini komunikasi tidak hanya dapat dilakukan secara tatap muka, melainkan dapat dilakukan komunikasi secara daring tanpa harus bertatap muka dan bertemu langsung.Â
Apalagi beberapa waktu lalu pandemi menyerang dunia, sehingga dengan terpaksa kita harus mengurangi kontak secara langsung dengan sesama.Â
Hal ini menjadi salah satu faktor yang mengintensifkan penggunaan media sosial. Baik pada remaja maupun dewasa, sangat bergantung pada media sosial untuk berkomunikasi selama pandemi ini.Â
Penggunaan media sosial yang intens dapat menyebabkan adiksi (kecanduan) internet. Dimana adiksi internet berperan sebagai mediator FoMO pada mahasiswa sarjana (Metin-Orta, 2020).
 FoMO didemonstrasikan sebagai faktor penyebab adiksi internet dan dikonfirmasi memberi efek negatif kepada kesejahteraan psikologis manusia (Baker et al., 2016; Milyavskaya et al., 2018). Maka, adiksi internet berhubungan dengan FoMO dimana FoMO dapat menyebabkan adiksi internet.
Fear of Missing Out, Kenapa Bisa Terjadi?
1. Harga Diri
Faktor motivasional yang krusial pada remaja adalah harga diri. Harga diri didefinisikan sebagai seberapa besar seseorang menghargai dirinya sendiri dalam evaluasi terhadap dirinya (Baumeister, Campbell, Krueger, & Vohs, 2003). Penilaian seberapa baik atau buruk dirinya (self-liking) dan penilaian terhadap kompetensi (self-competence) dirinya.Â
Dari hasil penelitian oleh Siddik dkk (2020), didapatkan hasil bahwa harga diri berkorelasi negatif dengan FoMO. Dimana ketika individu memiliki harga diri yang rendah, maka kecenderungan dirinya mengalami FoMO akan meningkat. Begitu pula sebaliknya semakin tinggi harga diri individu, semakin rendah tingkat kecenderungan FoMO.Â
Hal ini dikarenakan harga diri yang rendah pada individu menyebabkan rasa keraguan dan keyakinan bahwa lingkungan di sekitarnya tidak menyukai dirinya (Richter, 2018).Â
Dikarenakan individu merasa bahwa dirinya ditolak oleh lingkungan sosialnya, ia mencari kompensasi dengan berinteraksi secara online melalui hubungan dunia maya. Dimana individu yang memiliki harga diri rendah sangat bergantung dengan hubungannya di dunia maya.Â
Oleh karena itu, kecenderungan FoMO pada individu dengan harga diri rendah meningkat.Â
2. Deprivasi Relatif
Faktor lain yang dapat mempengaruhi Fear of Missing Out adalah kondisi deprivasi relatif pada individu. Deprivasi relatif adalah persepsi individu bahwa dirinya selalu kekurangan apabila dibandingkan dengan orang lain (Myers, 2019).Â
Kondisi yang dimaksud adalah neurotisme, kecanduan internet, dan stimulus yang banyak untuk mendapatkan informasi (JWT Intelligence, 2012).Â
Neurotisme didefinisikan sebagai perubahan pada individu yang awalnya memiliki kestabilan emosi dan kemampuan beradaptasi menjadi ketidakstabilan emosi dan ketidakmampuan beradaptasi (McCrae & Costa, 2006).Â
Dari hasil penelitian oleh Umam dan Rengganis (2021), menunjukkan adanya hubungan positif antara neurotisme dengan FoMO. Dimana semakin tinggi neurotisme pada individu, semakin tinggi FoMO, begitupun sebaliknya.Â
Individu neurotisme tidak dapat mengendalikan emosi dan dorongan dalam dirinya, sehingga ketika tidak terlibat dalam suatu aktivitas akan muncul perasaan negatif yang tidak mampu dikendalikannya.Â
Maka, mengecek aktivitas orang lain secara berkala menjadi solusi untuk menghindari perasaan negatif tersebut. Hal ini yang meningkatkan FoMO pada individu neurotisme.Â
3. Locus of Control
Locus of Control (LoC) merupakan sebuah konstruk yang mengkategorisasikan orientasi motivasi dasar seseorang dan persepsinya mengenai sejauh mana dirinya memiliki kontrol terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada dirinya.Â
LoC dibagi menjadi 2 tipe, yaitu internal dan eksternal. Tipe individu dengan Internal Locus of Control merasa bahwa dirinya memegang kendali atas segala peristiwa yang terjadi pada dirinya.Â
Sebaliknya tipe individu dengan External Locus of Control merasa bahwa orang lain/suatu hal lain lah yang memegang kendali atas segala peristiwa yang terjadi pada dirinya.Â
Menurut penelitian oleh Jacob (2020), dikemukakan bahwa Locus of Control secara positif memprediksi perilaku adiktif terhadap internet. Locus of Control mencerminkan kontrol aktif individu atas penggunaan internet. Dimana individu dengan Internal Locus of Control dapat secara aktif mengontrol dirinya dalam penggunaan waktu dan tujuan mengakses internet.Â
Sebaliknya, individu dengan External Locus of Control tidak dapat mengontrol dirinya dalam penggunaan waktu dan tujuan mengakses internet. Maka dari itu, individu dengan Internal Locus of Control memiliki kecenderungan mengalami adiksi internet dan FoMO lebih rendah daripada individu dengan External Locus of Control karena individu dengan Internal Locus of Control memiliki kendali atas dirinya sendiri.Â
Jadi dapat disimpulkan bahwa Fear of Missing Out (FoMO) merupakan sindrom kecemasan sosial yang memiliki karakteristik untuk ingin selalu terkoneksi dan mengetahui apa yang orang lain lakukan melalui sarana media sosial (Przybylski, 2013). Dimana fenomena FoMO dapat dijelaskan melalui tingkat harga diri individu, deprivasi relatif individu, dan tipe Locus of Control yang dimiliki individu.
 Semoga bermanfaat, sampai jumpa di kesempatan lain Kompasiana Readers!
Daftar Pustaka
Baker, Z. G., Krieger, H., & LeRoy, A. S. (2016). Fear of missing out: Relationships with depression, mindfulness, and physical symptoms. Translational Issues in Psychological Science, 2(3), 275-282.
Jacob, J. (2020). Internet Addiction, Locus of Control and Resilience. Artha Journal of Social Sciences, 19(1), 27-45.Â
Metin-Orta, I. (2020). Fear of missing out, internet addiction and their relationship to psychological symptoms. Addicta: The Turkish Journal on Addictions, 7(1), 67-73.Â
Milyavskaya, M., Saffran, M., Hope, N., & Koestner, R. (2018). Fear of missing out: Prevalence, dynamics, and consequences of experiencing FOMO. Motivation and Emotion, 42, 725-737
Siddik, S., Mafaza, M., & Sembiring, L. S. (2020). Peran Harga Diri terhadap Fear of Missing Out pada Remaja Pengguna Situs Jejaring Sosial. Jurnal Psikologi Teori dan Terapan, 10(2): 127-138. https://doi.org/10.26740/jptt.v10n2.p127-138 Â
Umam, N., & Rengganis, D. R. P. (2021). Harga Diri, Neurotisme & Kecanduan Internet Sebagai Prediktor Fear Of Missing Out Pada Mahasiswa. Proceedings of Mempersiapkan Generasi Digital Yang Berwatak Sociopreneur: Kreatif, Inisiatif, dan Peduli di Era Society 5.0. Diakses dari http://ejurnal.mercubuana-yogya.ac.id/index.php/ProsidingSemNasPsikologi/article/view/2004 Â
Myers, D. G., & Twenge, J. M. (2019). Social Psychology (Thirteenth Edition). McGraw-Hill Education.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H