Ama Gusti Aziz, Nama ini begitu populer di telinga civitas akademika MAN 4 Jakarta. Dia adalah seorang guru seni budaya (seni musik). Ketika menyebut namanya, yang terbayang adalah karya, karya dan karya. Ya, karya yang selalu diberikan untuk civitas akademika dari segala jerih kerja kerasnya.Â
Tidak ada yang dapat mengurungkan niatnya jika seorang Ama Gusti Aziz ini sudah berkehendak dan berkeinginan. Aral merintang tidak menjadi tantangan. Keterbatasan tidak menjadi alasan.Â
Konsekuensi lelah pun, dihiraukan. Demi tersaji karya abadi yang menjadi ciri bagi seorang Ama Gusti. Salah satu buktinya adalah lagu "Guruku" yang diciptakan sebagai bentuk kecintaan dan apresiasi terhadap dunia pendidikan.
Era pandemi tidak membuat seorang Ama Gusti berdiam diri. Dia berkelit melawan kondisi. Karyanya tidak berhenti. Kolosal secara online pun tersaji, menuai decak dan puji dengan riuh tepuk tangan penanda apresiasi. (lihat "Mengenang Karya Seni Era Covid 19 - Guru Seni Budaya MAN 4 Jakarta" melalui link: https://www.youtube.com/watch?v=e_ J2VznAhPo).
Bulan September -- Oktober tahun ini, seorang Ama Gusti sudah menunjukkan jati dirinya sebagai guru seni tingkat tinggi. Tugas musik kontemporer pun tersaji. Keunikan -- keunikan suara pun terdengar dari ritme dinamisasi bunyi yang tidak terprediksi. Orang awam pun seketika menjadi pecinta seni musik sejati. Anak -- anak pun seketika dihipnotisnya menjadi seniman yang menghasilkan kreasi.
Ama Gusti tidak akan tinggal diam menghadapi ketiadaan. Dirinya terus bergerak berkreasi dan menunjukkan nilai diri. Di tengah kesibukannya sebagai guru seni, dia diamanahi sebagai staff kesiswaan dengan produktivitas tinggi. Itulah yang menjadi alasan bagi civitas akademika untuk selalu mengapresiasi hasil kerja dari seorang Ama Gusti.
Bulan November, Ama Gusti kian menjadi jadi. Dia menginisiasi proyek karya kolosal seorang diri. Karyanya selalu dinanti dan dapat dinikmati. Entah prosedur kerja yang seperti apa yang dilakukannya. Menggerakkan sekian ratus peserta didik, mengharmonisasi pelbagai bentuk kreasi seni, dari musik, tari, teaterikal bahkan bela diri.
Bagi seorang Ama Gusti, diamnya adalah kreasi, geraknya adalah karya, inisiatifnya adalah juara. Ama Gusti terus menginspirasi. Ama Gusti terus berkreasi. Ama Gusti akan terus dihormati sebagai seorang seniman sejati yang memiliki kedudukan tinggi di hati para siswa/i sebagai guru teladan yang terus menginspirasi.
Selamat, Ama Gusti. Karya kolosalnya sukses tersaji. Kebanggaan -- kebanggaan itu kini sedang kau nikmati, apresiasi datang tiada henti. Nikmatilah kawan, hasil kerja kerasmu diterima dan diapreasiasi. Selamat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H