Virus corona bukan saja menjadikan seorang anak kehilangan orang tuanya, seorang ibu kehilangan anaknya, seorang suami kehilangan istrinya atau sebaliknya seorang istri kehilangan suaminya. Corona juga melahirkan kerinduan yg mendalam akan indahnya silaturahmi secara fisik.Â
Corona juga akhirnya mampu menghentikan pesta sekura, sebuah pesta rakyat yang telah ratusan tahun bahkan berabad yang lalu selalu terpelihara dan dilestarikan masyarakat di negeri skala bekhak, negeri kopi di atas awan, negerinya topeng sekura berasal, negeri Lampung Barat.Â
Sebuah Kabupaten di paling Barat Lampung yang terkenal dengan kopi dan keindahan alam dan budayanya dan disenangi para traveller yang menyukai tantangan dan bosan dengan wisata mainstream. Â Negeri yang memiliki slogan pariwisata "The Origin Of Lampung"
Tepat di tanggal 2 syawal 1441 H atau hari kedua perayaan hari raya idul fitri adalah waktu dimulainya perhelatan pesta sekura yang berlangsung hingga 10 syawal.Â
Tradisi Pesta sekura merupakan ungkapan kegembiraan bagi masyarakat lampung barat yg telah dilaksanakan secara turun temurun atas kemenangan dalam memerangi hawa nafsu selama menjalankan ibadah puasa dibulan ramadhan selama satu bulan penuh.Â
Sekura berasal dari bahasa Lampung yaitu SEKUKHA yang berarti penutup muka. Penutup muka dapat menggunakan kain khas lampung barat yang disebut selendang miwang.Â
Sekura yang memggunakan penutup muka kain dan berpakaian rapi dan bersih di sebut sekura betik atau sekura baik yang  menggambarkan kebaikan.Â
Penutup muka dengan memggunakan topeng kayu dengan ekspresi yg lucu dengan dilengkapi berbagai  aksesoris yg lucu dan aaneh digunakan oleh sekura kamak atau sekura kotor.Â
Dalam pelaksanan sekura akan diisi dengan berbagai kegiatan seperti tari tarian, pencak silat, pantun, atraksi keliling, jual beli dan diakhiri dengan panjat pinang untuk memperebutkan berbagai hadiah yg ada diatasnya. Kegiatan panjat pinang hanya boleh diikuti sekura kamak, sedangkan sekura betik hanya sebagai penggembira saja.Â
Tradisi pesta sekura biasanya dilaksanaakan bergantian antar pekon sebutan desa bagi masyarakat Lampung Barat. Tradisi pesta sekura ini memiliki nilai nilai budaya yang luhur ditengah masyarakat yakni ajaang silaturahmi, kebersamaan, kegotong royongan dan juga nilai religi. Pekon tempat diadakannya pesta sekura menjadi tuan rumah, dan pekon lain akan mengirimkan kontingennya. Â
Semua masyarakat berbaur jadi satu, baik yang tua atau yg muda, yg kaya atau yang kurang beruntung tanpa membedakan status sosialnya. Bahkan masyarakat yg telah keluar pekon untuk merantau ke kota akan selalu menanti nantikan pesta sekura ini. Pesta sekura menyatukan masyarakat dan mengabaikan perbedaan. Â Semua bergembira turut serta merayakan pesta sekura. Kegiatan ini dapat berlangsung dari pagi hingga sore hari.
Tapi hari ini semua mesti dihentikan, pesta sekura yg selama satu tahun dinantikan harus direlakan untuk ditiadakan. Â Para tetua adat menyampaikan petuahnya agar pesta sekura kali ini tidak dihelat. Â Tahun ini tahun keprihatinan, tahun dimana semua umat dituntut khusyuk berdoa agar yg Maha Kuasa segera menghilangkan wabah corona pergi dari bumi tercinta.Â
Hari raya kali ini pun mesti rela untuk tidak berdharma wisata menghirup segarnya udara negeri kopi di atas awan. Semoga badai corona segera berlalu, tahan dulu rindumu sekuraku. Para penikmatmu akan selalu menunggu. Biarlah sekarang kami halu, mari kita bertemu di kondisi normal yang baru. Yakin pasti semua akan kembali normal seperti dulu, atas kuasaMU.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H