Mohon tunggu...
Tri umaryani
Tri umaryani Mohon Tunggu... Administrasi - Penikmat wisata

Penikmat wisata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pesta Sekura, Tradisi Berabad-abad yang Terdampak Virus Corona

26 Mei 2020   12:20 Diperbarui: 26 Mei 2020   12:27 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekura yang memggunakan penutup muka kain dan berpakaian rapi dan bersih di sebut sekura betik atau sekura baik yang  menggambarkan kebaikan. 

Penutup muka dengan memggunakan topeng kayu dengan ekspresi yg lucu dengan dilengkapi berbagai  aksesoris yg lucu dan aaneh digunakan oleh sekura kamak atau sekura kotor. 

Dalam pelaksanan sekura akan diisi dengan berbagai kegiatan seperti tari tarian, pencak silat, pantun, atraksi keliling, jual beli dan diakhiri dengan panjat pinang untuk memperebutkan berbagai hadiah yg ada diatasnya. Kegiatan panjat pinang hanya boleh diikuti sekura kamak, sedangkan sekura betik hanya sebagai penggembira saja. 

Tradisi pesta sekura biasanya dilaksanaakan bergantian antar pekon sebutan desa bagi masyarakat Lampung Barat. Tradisi pesta sekura ini memiliki nilai nilai budaya yang luhur ditengah masyarakat yakni ajaang silaturahmi, kebersamaan, kegotong royongan dan juga nilai religi. Pekon tempat diadakannya pesta sekura menjadi tuan rumah, dan pekon lain akan mengirimkan kontingennya.  

Semua masyarakat berbaur jadi satu, baik yang tua atau yg muda, yg kaya atau yang kurang beruntung tanpa membedakan status sosialnya. Bahkan masyarakat yg telah keluar pekon untuk merantau ke kota akan selalu menanti nantikan pesta sekura ini. Pesta sekura menyatukan masyarakat dan mengabaikan perbedaan.  Semua bergembira turut serta merayakan pesta sekura. Kegiatan ini dapat berlangsung dari pagi hingga sore hari.

Tapi hari ini semua mesti dihentikan, pesta sekura yg selama satu tahun dinantikan harus direlakan untuk ditiadakan.  Para tetua adat menyampaikan petuahnya agar pesta sekura kali ini tidak dihelat.  Tahun ini tahun keprihatinan, tahun dimana semua umat dituntut khusyuk berdoa agar yg Maha Kuasa segera menghilangkan wabah corona pergi dari bumi tercinta. 

Hari raya kali ini pun mesti rela untuk tidak berdharma wisata menghirup segarnya udara negeri kopi di atas awan. Semoga badai corona segera berlalu, tahan dulu rindumu sekuraku. Para penikmatmu akan selalu menunggu. Biarlah sekarang kami halu, mari kita bertemu di kondisi normal yang baru. Yakin pasti semua akan kembali normal seperti dulu, atas kuasaMU.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun