Masa depan profesionalisme keperawatan terletak pada keseimbangan kompetensi teknis dan komunikasi empatis. Profesionalisme dalam komunikasi empatis akan semakin menjadi kompetensi inti yang tidak bisa ditawar dalam praktik keperawatan. Hubungan yang humanistik antara perawat dan pasien menjadi fondasi penting dalam memberikan perawatan kesehatan yang holistik (Taylor et al., 2011). Dukungan psikologis tidak lagi bisa dianggap sebagai “tambahan” dalam pelayanan kesehatan, melainkan menjadi komponen integral yang sama pentingnya dengan perawatan fisik. Pengembangan kompetensi komunikasi empatis memerlukan komitmen berkelanjutan dari seluruh pemangku kepentingan. Standar pelayanan keperawatan modern menuntut integrasi aspek teknis dan humanis (Wilson et al., 2022).
Peningkatan kualitas pelayanan keperawatan memerlukan investasi berkelanjutan dalam pengembangan kompetensi komunikasi empatis (Nursing and Midwifery Council, 2023). Untuk itu, mari kita tingkatkan apresiasi terhadap peran vital para perawat dalam situasi-situasi sulit ini serta bersama-sama mendukung pengembangan kompetensi ini demi pelayanan kesehatan yang lebih baik. Empati dan ketulusan memiliki kekuatan untuk membantu proses penyembuhan pasien. Profesionalisme dalam komunikasi empatis tidak hanya tentang apa yang dikatakan, tetapi juga tentang bagaimana kita hadir sepenuhnya untuk mereka yang membutuhkan dukungan kita (Baumann, 2007). Integrasi aspek teknis dan humanis menjadi kunci keberhasilan pelayanan keperawatan (Rodriguez et al., 2022). Berita buruk mungkin sulit disampaikan, tetapi empati dan ketulusan selalu memiliki kekuatan untuk menyembuhkan jiwa.
Sebagai mahasiswa keperawatan, saya melihat pentingnya mengintegrasikan pelatihan komunikasi empatis dan dukungan psikologis ke dalam kurikulum pendidikan keperawatan sejak dini. Pengalaman praktik klinik menunjukkan bahwa kemampuan untuk berkomunikasi dengan empati sama pentingnya dengan keterampilan teknis dalam memberikan perawatan yang berkualitas (Chang et al., 2023). Pembelajaran tentang protokol SPIKES dan teknik komunikasi terapeutik perlu diperkuat dengan simulasi dan role-play untuk mempersiapkan calon perawat menghadapi situasi nyata di lapangan.
Tantangan dalam era digital juga menuntut adaptasi dalam cara kita berkomunikasi dengan pasien dan keluarga. Penggunaan telemedicine dan konsultasi virtual tidak mengurangi pentingnya komunikasi empatis, justru membutuhkan keterampilan tambahan untuk dapat menyampaikan empati melalui media digital (Wilson et al., 2022). Sebagai generasi yang akan meneruskan profesi keperawatan, kita perlu terus mengembangkan diri dan beradaptasi dengan perubahan ini sambil tetap memegang teguh nilai-nilai dasar keperawatan yang berpusat pada manusia.
Daftar Pustaka
Alligood, M. R. (2014). Nursing theorists and their work (Eighth ed). St. Louis: Elsevier Inc.
American Nurses Association (2015). Nursing: Scope and standards of practice nursing (3rd Ed.). Georgia: Nursesbooks.org
Baile, W. F., Buckman, R., & Lenzi, R. (2020). SPIKES—A six-step protocol for delivering bad news: Application to the patient with cancer. The Oncologist, 25(2), e1-e10.
Baumann, A (2007). Healthy work environments best practice guidelines: Professionalism in nursing. Ontario: Registered Nurses Association of Ontario (RNAO)
Berman, A. T., Snyder, S., & Frandsen, G. (2022). Kozier & erb’s fundamentals of nursing, global edition (11th ed.). Pearson Education.
Chang, L., Zhang, P., & Li, Y. (2023). The importance of empathetic communication in nursing education: A systematic review. Nurse Education Today, 120, 105598.