Mohon tunggu...
Tri Suci
Tri Suci Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Single simply mom dengan dua anak yang menginjak usia remaja. Penyuka suasana hening dan tenang. Lebih suka gunung daripada pantai, tapi lebih memilih pantai daripada mall...

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menilik Kehidupan Kesultanan Cirebon di Keraton Kasepuhan

19 September 2022   12:30 Diperbarui: 21 September 2022   10:45 1353
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Demi membunuh waktu, saya berselancar di berbagai media sosial mencari tempat mana yang terdekat dari tempat saya menginap dan teraman. Maklum itu kali pertama saya berkunjung ke Cirebon seorang diri.

Keraton Kasepuhan menjadi pilihan utama saya setelah menyelesaikan wisata belanja di kawasan Batik Trusmi. Sebelum itu mampir dulu ke hotel untuk solat zuhur dan meletakkan barang bawaan yang sekiranya menyusahkan.

Sebenarnya selain Kasepuhan, Cirebon punya tiga keraton lainnya. Yaitu Kanoman, Kacirebonan dan Keprabonan.

Menumpang ojek online, 10 menit kemudian saya diturunkan di depan gapura terdepan. Sempat terlihat di sudut jalan sebuah papan betuliskan Jl. Lemahwungkuk. 

Berarti tak salah alamat. Harus berjalan sedikit menuju pintu masuk keraton melewati sisian alun-alun. Saya tak protes pada kang ojol yang seharusnya bisa menurunkan penumpangnya ini tepat di pintu depan Keraton. 

Selain karena memang saya senang berjalan selama itu tak terlalu jauh, karena itu juga saya jadi tau kalau di seberang alun-alun ada sebuah Masjid Agung. Saya berencana tak melewatkan solat disitu selesai berkelana di Keraton Ashar nanti.

Foto: Dokumentasi Pribadi
Foto: Dokumentasi Pribadi

Keraton Kasepuhan

Kesan pertama melihat pelataran keraton itu sama dengan kesan pertama masuk kota Cirebon. Maaf, kotor dan berantakan sekali!

Ada semacam pasar mini yang bertebaran disekitar pintu utama keraton. Penjual makanan, minuman, sovenir, baju bahkan tukang becak memenuhi pelataran alun-alun yang membuatnya jauh dari teratur. Bikin pemandangan karaton menjadi semakin semrawut.

Semakin penasaran seperti apa rupa dalamnya, saya membayar sepuluh ribu untuk bisa masuk ke komplek. Berbelok ke kanan dimana ada beberapa pengunjung sedang berswafoto pada pelataran bertanah agak tinggi. Saya ikut mengambil beberapa gambar dan berkeliling melihat-lihat keadaan. Tak ada yang begitu istimewa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun