Mohon tunggu...
Tristania Faisa Adam
Tristania Faisa Adam Mohon Tunggu... Mahasiswa - -

-

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Esai Lolos Beasiswa Unggulan Kemdikbud Ristek RI

12 September 2022   13:03 Diperbarui: 12 September 2022   13:09 6319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saya Generasi Unggul Kebanggaan Indonesia

Pembelajar Perubahan, Penakluk Peradaban

Tristania Faisa Adam

“Hidup itu kejam untuk mereka yang berdiam. Sebab itu, bergeraklah dan jadilah unggul untuk hari-hari yang gemilang.”

Menjadi unggul bukan perkara mudah. Hal ini dikarenakan semua orang menginginkannya. Selain itu, dengan adanya rintangan peradaban modern seperti learning loss akibat pandemi Covid-19 sampai cap generasi rebahan membuat optimistis Indonesia Emas 2045 terkikis perlahan-lahan. Meski begitu, tidak ada yang tidak mungkin terjadi jika hal tersebut terus diusahakan.

Unggul erat kaitannya dengan menjadi yang terbaik di antara yang baik. Benjamin Franklin, Bapak Pendiri Amerika Serikat, menyampaikan bahwa “When you're finished changing, you're finished.” Ini artinya, untuk menjadi sosok yang unggul, kita harus bisa hidup dalam perubahan dengan terus mempelajari masa lalu, memperjuangkan masa sekarang, dan menyiapkan masa depan.

Berbicara mengenai hal-hal yang telah saya lakukan untuk menjadi pribadi yang unggul, tentu tidak terlepas dari prinsip saya mengenai pembelajaran perubahan. Selain itu, untuk menjadi unggul, saya juga berusaha seoptimal mungkin mengaplikasikan karakter-karakter yang menjadi titik fokus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dalam Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yaitu karakter religiusitas, nasionalisme, kemandirian, gotong-royong, dan integritas dalam diri saya.

Menjadi pejuang kehidupan yang tumbuh di desa pinggiran membuat saya terbiasa dengan sikap gotong-royong antar sesama. Berkat sikap gotong royong itu pula saya akhirnya bisa menoleransi keterbatasan yang ada. Meskipun begitu, saya bertekad untuk tidak lengah dan tidak menyerah dengan keadan yang ada. Saya ingin membuktikan bahwa si anak perempuan sulung dari keluarga sederhana ini juga bisa meraih mimpinya.

Berangkat dari desa pinggiran yang membuat proses belajar saya penuh keterbatasan menyadarkan saya bahwa berani mencoba adalah kunci utama. Saya juga berprinsip bahwa hidup ini memang untuk belajar kapan pun dan di mana pun kita berada. Oleh karena itu, sejak menginjak Sekolah Dasar, saya sudah mulai melatih kemampuan saya untuk bekerjasama bersama orang lain dengan menjadi aktivis hak anak dan perempuan lewat organisasi binaan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI bernama Forum Anak.

Selama kurang lebih tujuh tahun saya berproses bersama Forum Anak sampai akhirnya diamanahkan untuk menjadi Ketua Forum Anak Nasional 2019-2021, saya mendapat berbagai pengalaman berharga. Salah satu pengalaman paling mengesankan untuk saya adalah ketika saya bersama teman-teman Forum Anak melakukan trauma healing di Kabupaten Pacitan pada tahun 2017 selepas banjir akibat siklon tropis Cempaka. 

Melihat anak-anak yang masih tetap tersenyum walaupun kehilangan harta, benda, dan keluarga membuat saya sadar bahwa saya harus tetap bersyukur apapun yang terjadi. Lewat Forum Anak saya juga jadi mengerti arti bermakna dan berbagi. Karena sejatinya, bahagia itu bukan hanya tentang siapa yang menang, tetapi tentang hadirnya senyuman di wajah orang lain akibat apa yang kita lakukan. 

Forum Anak juga mengajarkan saya arti nasionalisme yang sesungguhnya tentang kita sebagai makhluk sosial yang memang harus mengutamakan kepentingan umum dibanding kepentingan pribadi.

Tidak berhenti sampai di situ, saya juga terus mengembangkan sikap konsisten dan integritas yang harus saya miliki guna menjadi pribadi yang unggul lewat berbagai macam kegiatan. 

Salah satunya, saya pernah dipercaya untuk menjadi Juara 1 #GirlsTakeOver Kementerian Keuangan RI 2019 oleh Kementerian Keuangan RI. Selain itu, di 2018 saya juga mendapat amanah untuk menjadi Duta Kemanusiaan dan Sosial Kemasyarakatan Indonesia Youth Icon IV oleh Yayasan Bangga Jadi Indonesia. 

Di sisi lain, saya juga mendalami bidang kepenulisan dan dipercaya untuk menjadi Perwakilan Indonesia dalam The 16th World Lake Conference dan Kids Lake Forum 2016 oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, International Lake Environment Committee, dan Japan International Cooperation Agency. Saya juga pernah mendapat amanah untuk menerima penghargaan Karya Favorit Kategori Karya Tulis dalam Pemilihan Duta Sanitasi Nasional Jambore Sanitasi 2016 oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat RI.

Mendapat amanah dari berbagai pihak membuat saya merasa harus membagikan ilmu yang saya miliki pada banyak orang khususnya yang ada di sekitar saya. Nyatanya, berbagi ilmu tidak melulu lewat cara-cara konvensional saja. Salah satu cara modern berbagi ilmu yaitu melalui seni seperti ketika saya dipercaya untuk bisa menjadi Pencipta Lagu Sensus Penduduk 2020 oleh Badan Pusat Statistik RI. 

Di sisi lain, saya juga terus berusaha untuk berbagi ilmu lewat sharing session seperti menjadi narasumber Sharing Best Practice on the Implementation of Child Friendly City between Indonesia dan Iran 2020 oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI dan Wakil Presiden Urusan Perempuan dan Keluarga Republik Islam Iran, moderator Talkshow Perempuan Muda di Dunia Olahraga 2020 oleh Unicef Indonesia dan Ureport Indonesia, juri Lomba Kreasi Kalfor 2019 oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, juga berbagai kegiatan lainnya.

Mandiri dan bertanggung jawab atas diri sendiri juga merupakan sikap dan sifat yang diperlukan untuk menjadi generasi unggul. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mulai merantau sejak SMA guna mencari ilmu di tempat yang lebih baik sekaligus melatih kemandirian dan tanggung jawab saya terhadap diri saya sendiri. Semenjak merantau, saya juga merasa memiliki ikatan yang lebih kuat dengan Tuhan YME. Hal ini dikarenakan di tempat merantau saya diharuskan untuk bisa hidup dengan melakukan semua hal sendiri dan hanya kepada Tuhan YME saya bisa bersandar.

Di balik semua hal yang telah saya lalui, kegagalan pun pernah datang menghampiri. Salah satu kegagalan yang sangat berkesan untuk saya adalah ketika saya tidak terpilih untuk mewakili Forum Anak Kabupaten Pacitan menjadi bagian dari Forum Anak Jawa Timur. Perlu saya akui, niat awal saya menjadi bagian dari Forum Anak hanya sekadar untuk mengisi lembar prestasi saya. 

Padahal, bergabung di organisasi sosial seperti Forum Anak harus didasarkan atas niat kemanusiaan yang kuat. Niat awal yang salah itu menghantarkan saya pada kegagalan-kegagalan yang saya alami. Akibat ditampar kegagalan, saya mulai mengevaluasi diri dan berkat itu saya menjadi paham bahwa setiap hal harus diniatkan secara lurus. 

Sejak saat itu, saya benar-benar meluruskan niat saya dalam setiap hal yang saya lakukan dan hasilnya pun benar-benar saya rasakan. Kejutan-kejutan indah dari Tuhan YME datang kepada saya ketika saya benar-benar melakukan semua hal karena niat baik yang saya tujukan untuk banyak orang, bukan hanya untuk keegoisan saya sendiri.

Di samping itu, meskipun kegagalan terasa begitu menyakitkan, karenanya saya bisa tumbuh menjadi manusia yang kuat. Tumbuh kuat bersama kegagalan membuat saya menyadari bahwa sebenarnya gagal adalah awal keberhasilan. Karena kegagalanlah yang membentuk mental juara.

Jatuh bangun yang saya rasakan membuat saya lebih memahami diri saya sendiri dan membuat saya lebih tahu tentang bidang yang ingin saya dalami kedepannya. Bidang yang ingin saya dalami itu adalah program studi Ilmu Hukum di Universitas Airlangga. Lewat program studi Ilmu Hukum saya ingin melanjutkan perjuangan saya menjadi generasi unggul Indonesia.

Bukan tanpa alasan saya memutuskan untuk mendalami Ilmu Hukum. Alasan utamanya yaitu karena sampai saat ini penegakan keadilan yang terjadi di Indonesia masih sangat timpang dan tidak adil untuk seluruh lapisan masyarakat. Salah satu bukti timpangnya penegakan keadilan pernah saya alami sendiri ketika saya sebagai aktivis hak anak dan perempuan membantu teman saya untuk keluar dari paksaan Perkawinan Usia Anak yang dilakukan oleh orang tuanya sendiri. 

Pihak penegak hukum dengan mudahnya memberikan dispensasi perkawinan hanya dengan mendengarkan keterangan dari orang tua tanpa mendengar lebih lanjut pendapat si anak. 

Hal ini juga didukung dengan Laporan Pelaksanaan Kegiatan Mahkamah Agung Tahun 2020 yang menyampaikan terjadinya lonjakan hingga lebih dari 250% yaitu mencapai angka 64.196 permohonan dispensasi perkawinan yang diajukan di seluruh Pengadilan Agama di Indonesia pascadisahkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Selain itu, sebagai aktivis hak anak dan perempuan, saya juga menyoroti isu penegakan keadilan bagi perempuan. Melihat Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual yang tidak kunjung disahkan juga menjadi bukti bahwa regulasi yang ada di Indonesia tidak tanggap dalam melindungi hak perempuan. 

Hal ini diperkuat juga dengan hasil penelitian dari lembaga riset Value Champion dari Singapura yang menyatakan bahwa Indonesia menjadi negara kedua paling berbahaya bagi perempuan dari 14 negara di Asia Pasifik yang menjadi lingkup penelitian.

Di samping itu, saya juga melihat bahwa ketertiban hukum yang ada di Indonesia bukan didasari oleh ketaatan hukum melainkan ketakutan hukum. Hal ini didukung dengan salah satu fenomena tentang maraknya akun-akun info tilangan di media sosial. Fenomena inilah yang juga membuat saya ingin mendalami Ilmu Hukum dan menjadikan hukum sebagai hal yang lebih ramah terhadap semua lapisan masyarakat.

Cara yang akan saya lakukan untuk menjadikan hukum di Indonesia sebagai bentuk keadilan yang lebih mengayomi seluruh masyarakat Indonesia adalah dengan mendirikan proyek sosial #MelekHukum ketika nanti Ilmu Hukum sudah saya dapatkan lewat studi di bangku perkuliahan. 

Proyek sosial #MelekHukum ini akan terfokus pada penyajian pemahaman hukum yang lebih mudah dimengerti oleh masyarakat luas dan mendorong perevisian muatan pelajaran PPKn yang bukan sekadar pengetahuan pasal saja tetapi lebih terfokus pada edukasi pengaplikasiannya. Proyek sosial #MelekHukum ini nantinya juga akan dielaborasik

an dan kolaborasikan dengan proyek sosial berbasis hak anak dan perempuan yang telah dan akan terus saya lakukan. Elaborasi dan kolaborasi ini bertujuan agar generasi muda Indonesia dan perempuan Indonesia yang merupakan kelompok rentan bisa lebih mengetahui hukum guna menghindari ketimpangan penegakan keadilan hukum khususnya bagi mereka.

Kedepannya, tetap dalam tujuan saya ingin menjadi pribadi yang unggul, saya berkeinginan untuk bisa lulus 3,5 tahun dan mendapat predikat summa cum laude sebagai S1 Ilmu Hukum. Saya juga ingin menjadi mahasiswa berprestasi dengan mengikuti berbagai lomba, organisasi, kegiatan, dan magang yang sesuai dengan apa yang menjadi fokus karir saya kedepannya. Fokus karir yang ingin saya jalani yaitu memberikan kontribusi positif bagi Indonesia dengan menjadi jaksa yang jujur dan adil atau menjadi ASN dibidang penegakan hukum di Indonesia. 

Di samping itu, guna mendukung solusi dari permasalahan yang membawa saya menekuni Ilmu Hukum, saya juga ingin mendirikan proyek sosial #MelekHukum seperti apa yang sudah saya sampaikan dan diharapkan proyek sosial #MelekHukum bisa merambah menjadi usaha socio-preneur kedepannya. 

Saya juga ingin terus berkiprah menjadi aktivis hak anak dan perempuan khususunya terfokus pada mudahnya akses hukum bagi mereka. Selain itu, saya juga tetap ingin berbagi melalui kemampuan seni yang saya miliki yaitu seni musik dan seni menulis. Oleh karena itu, saya sangat ingin bisa menjadi penerima Beasiswa Unggulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI 2021 agar bisa menyelesaikan studi saya sampai akhir dan mewujudkan rencana-rencana saya yang tentunya sangat berkaitan dengan studi saya di Ilmu Hukum Universitas Airlangga.

Nyatanya, setiap kita memiliki potensi di bidangnya masing-masing. Tugas kita sekarang yaitu menemukan potensi itu dan berusaha menjadi unggul di bidang kita masing-masing. Selain itu, berkaitan dengan cara-cara menjadi generasi unggul, memiliki sikap dan sifat adaptif terhadap perubahan di bidang yang kita tekuni menjadi hal penting untuk kita kedepannya. 

Di sisi lain, dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, selain ada lima karakter yang menjadi titik fokus Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), ada juga depan belas nilai karakter yang lebih detail yang juga harus dimiliki untuk menjadi pribadi yang unggul. Delapan belas karakter itu adalah religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.

Bagi saya, ingin jadi seperti apa kita di masa mendatang ditentukan oleh apa yang kita investasikan di masa sekarang. Oleh karena itu, dengan apa yang sudah saya investasikan sejak kecil, saya siap untuk menjadi generasi unggulan yang cerdas dan kompetitif sesuai visi dari Beasiswa Unggulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Saya juga berharap semua generasi muda bisa berfikiran sama agar semakin banyak generasi unggul di Indonesia dan bersama-sama kita membangun negeri tercinta. Intinya, lebih baik mulai sekarang daripada menyesal nanti. Selain itu, kalah jaluh lebih baik daripada tidak mencoba sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun