Pada era sekarang ini dimana internet semaki mempermudah segala persoalan. Dengan adanya kemudahan internet ini membuat masyarakat dengan mudah untuk mendapatkan informasi serta menyebarkan informasi dengan cepat.Â
Banyaknya informasi yang dapat diperoleh melalui internet adakalanya dapat memberikan manfaat bagi kebutuhan manusia. Salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari internet yaitu informasi mengenai kesehatan.
Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi semua orang, sehingga orang-orang berusaha mencari informasi mengenai kesehatan. Hal ini dilakukan karena masyarakat merasa dengan melalui internet maka akan lebih simpel dan mudah karena tak perlu repot-repot harus mengunjungi dokter.Â
Mereka memanfaatkan media internet untuk mencari informasi kesehatan tersebut dengan melakukan diagnosis terhadap dirinya sendiri dengan cara mencocokan gejala yang dialaminya dengan informasi yang berada di internet. Fenomena ini lah yang disebut dengan Self diagnosis.
Apa itu yang dimaksud self diagnosis? Self diagnosis adalah usaha yang dilakukan seseorang untuk  mendiagnosis diri sendiri dengan cara mencocokan gejala yang timbul pada dirinya dengan informasi yang diperolehnya dari sumber yang belum dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, salah satunya yaitu internet.
Self diagnosis atau mendiagnosis dirinya sendiri ini biasanya marak dilakukan oleh kalangan remaja. Karena kaum remaja lebih mengetahui bagaimana internet dapat dimanfaatkan ketimbang kaum tua, sehingga tak jarang kegiatan ini mayoritas dilakukan oleh remaja.Â
Tujuan dari dilakukannya kegiatan ini yaitu untuk mengetahui penyebab, jenis penyakit, serta bagaimana cara untuk meringankan atau bahkan untuk mengobati gejala atau penyakit yang dialaminya tanpa harus repot-repot datang ke dokter.
Salah satu fenomena self diagnosis yang dilakukan oleh remaja yaitu berhubungan dengan kesehatan mental. Banyaknya informasi mengenai kesehatan mental yang tersebar luas pada dunia maya menyebabkan remaja merasa tertarik dan mempelajari hal-hal yang berkenaan dengan kesehatan mental tersebut, hingga akhirnya remaja mulai melakukan diagnosis terhadap dirinya terkait dengan kesehatan mentalnya.Â
Kurangnya pemahaman serta minimnya pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya fenomena self diagnosis ini.
Kendala biaya serta terbatasnya waktu menyebabkan seseorang melakukan kegiatan self diagnosis ini. Selain itu, maraknya tren yang menyebar luas pada media sosial mengenai self diagnosis juga menjadi pemicu remaja untuk ikut melakukan kegiatan self diagnosis.
Akibat dari kegiatan tersebut tak sedikit dari remaja yang menyatakan jika dirinya mengalami masalah terhadap kesehatan mentalnya yang mana hal tersebut diperolehnya dari informasi yang belum tentu kebenarannya serta tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenaran informasi tersebut.
Selain itu, diketahui jika pada usia tersebut remaja sedang berusaha untuk mencari jati dirinya serta adanya rasa keingintahuan terhadap sesuatu yang baru atau dikenal dengan masa labil. Pada masa ini pula remaja akan dengan mudah terpengaruh terhadap informasi baru atau pola perilaku baru.Â
Sehingga, bagi remaja melakukan self diagnosis sangat berbahaya karena kurangnya kemampuan kontrol diri. kurangnya pengalaman serta minimnya pengetahuan.
Tanpa disadari kegiatan mendiagnosis diri sendiri ini memberikan dampak yang kurang baik bagi diri sendiri dan orang lain karena dapat menyebabkan salah diagnosis. Dalam hal ini bagi dirinya sendiri akan menyebabkan pemikiran-pemikiran serta perasaan yang dapat membuat dirinya diliputi perasaan was-was dan gelisah, sehingga dapat menjerumus kearah yang berbau negatif.Â
Selain itu, melakukan diagnosis diri sendiri terkait dengan gangguan mental dapat menyebabkan hubungan antara suatu individu dengan individu lannya atau kelompok masyarakat menjadi renggang bahkan dapat rusak.
Kegiatan ini tentunya dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kesehatan mental remaja, karena seringkali terdapat fakta bahwa sebenarnya seseorang tersebut memiliki mental yang sehat, namun karena melakukan self diagnosis seseorang tersebut terus-menerus kepikiran yang dapat menyebabkan gangguan tidur atau insomnia yang justru memberikan dampak yang buruk terhadap Kesehatan psikis maupun fisiknya.Â
Selain itu, kegiatan ini dapat menyebabkan remaja tersebut mengalami gangguan kesehatan mental yang nyata bahkan dapat menimbulkan gangguan mental yang lebih parah.
Setelah memperoleh informasi yang telah ia butuhkan maka seseorang akan berusaha untuk cara atau obat untuk meringankan gejala tersebut. Jika, pada awalnya seseorang tersebut telah mendapatkan informasi yang salah maka besar kemungkinan jika pengobatannya pun salah.Â
Resiko dari mengonsumsi obat yang salah sangatlah besar karena mengonsumsi obat yang keliru tidak akan menyebabkan gejala menjadi ringan. Hal tersebut justru menyebabkan adanya ketergantungan terhadap obat-obatan tertentu.
Mendiagnosis diri sendiri ini hanya menimbulkan kepanikan secara berlebihan terhadap diri sendiri mengenai sesuatu yang kenyataanya belum memiliki kebenaran yang pasti. Self diagnosis ini menyebabkan menumpuknya berbagai macam pikiran-pikiran negatif dalam pikiran seseorang yang dapat merusak kesehatan diri sendiri maupun memburuknya hubungan dengan orang lain.
Oleh karena itu, hindarilah melakukan diagnosis diri sendiri. Apabila mengalami keluhan, alangkah baiknya jika berkonsultasi dengan Dokter yang merupakan ahli kesehatan jiwa atau psikolog.Â
Dengan melakukan konsultasi langsung dengan psikolog atau psikiater maka akan memperoleh kejelasan terhadap gejala yang dialaminya serta bagaimana pengobatan yang harus dijalaninya.Â
Memberikan pemahaman bahwa melakukan diagnosis pada diri sendiri dapat memberikan dampak buruk bagi diri sendiri maupun lingkungan sekitarnya perlu dilakukan. Hal ini dapat meminimalisir terjadinya fenomena self diagnosis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H