Mohon tunggu...
Triska Zagoto
Triska Zagoto Mohon Tunggu... Administrasi - Merasakan Pemikiran. Memikirkan Perasaan.

Mengurai rasa. Menenangkan nalar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mendengar dan Menyimak

10 Agustus 2020   16:24 Diperbarui: 10 Agustus 2020   16:39 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!" tegas Sang Guru dari Nazaret. Kalimat ini keluar dari mulutNya, terdengar begitu keras dan tanpa tedeng aling-aling.

Tentu "mendengar"  dalam hal ini menyiratkan bahwa dibutuhkan lebih dari sekadar indera pendengaran. Artinya, bukan asal "mendengar" tetapi menyimak, mengerti dan mentaati.

Sekadar melihat dan mengamati memiliki perbedaan yang besar, begitu juga antara sekadar mendengar dan menyimak.
"...karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti" lagi kataNya.

Mendengar merupakan hal yang paling mudah sekaligus paling sukar.

Mendengarkan itu kelihatannya pasif, tak melakukan (gerakan) apa-apa. Tubuh kita secara kasat mata statis. Namun untuk mendengar dan menyimak dengan baik dibutuhkan fokus dan konsentrasi yang tajam.

Kalau kita mencoba mengingat apa yang kita dengar satu hari yang lalu, sulit bukan?

Bahkan sistem pendidikan dasar kita terbiasa mengajarkan membaca dan menulis dengan porsi yang lebih banyak ketimbang pelajaran mendengar, kan?

Yang sering terjadi kita mendengar, namun tidak memperhatikan.
Kita mendengar, namun tidak menyimak.
Kita mendengar, namun tidak merenung.
Kita mendengar, namun fokus kita membias.

Demikian juga kita yang sudah entah berapa kali diperdengarkan kebenaran, pengajaran dari yang Maha benar dan Maha suci, suaraNya selalu bergema dimana-mana namun tetap saja hati kita menebal dan tidak mengerti dengan benar.

Kiranya kita terus belajar untuk semakin peka dan kritis terhadap apa yang kita dengar, baik itu kata-kata, pengajaran, atau bahkan musik.
Bukan hanya ingin mendengar hal-hal yang menghibur kita semata-mata.

Merefleksikan hati dengan perkataanNya, belajar untuk menaklukkan diri di hadapanNya dan senantiasa mau dengar-dengaran akan perkataanNya serta menjalankanNya.

'Mendengarlah, ya dengarlah ucapNYA, sungguh itu meneduhkan jiwa yang lara. Datanglah padaNYA, dan ingatlah Dia Sang Guru Agung yang Maha Dengar'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun