Mohon tunggu...
tri samini
tri samini Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Karangdowo

Hobi saya membaca dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.1. Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan sebagai Pemimpin

16 April 2023   14:43 Diperbarui: 16 April 2023   15:04 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Tri Samini,S.Kom.,M.Pd.

CGP Angkatan 7 Kab. Klaten

Sebelum menguraikan materi pengambilan keputusan berbasis nilai -- nilai kebajikan sebagai pemimpin pembelajaran mari kita renungkan kalimat bijak berikut ini : " Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik " (Bob Talbert). Maksud dari kutipan tersebut adalah dalam mengajarkan anak tidak hanya ilmu pengetahuan saja, tetapi ilmu itu merupakan proses yang sistematis dan terencana yang bisa merasuk kedalam kalbu sianak, alam pikiran mereka, sehingga berdampak pada perilaku dan karakter sianak yang beradab selain berilmu. Seorang guru yang baik, harus mampu menjadi teladan bagi muridnya maupun seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan tempat tinggal kita sendiri. Selain itu guru harus mampu berkontribusi bagi peserta didik, setiap keputusan yang diambil haruslah berdasarkan pada nilai -- nilai kebajikan universal, kepentingan murid dan rasa tanggung jawab.

Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran diambil?

Pratap triloka dalam pendidikan sebagai sistem among yang diusung oleh KHD antara lain :

  • Ing ngarsa sung tuladha , maknanya seorang guru adalah pendidik yang harus memberi contoh atau menjadi panutan.
  • Ing madya mangun karsa, maknanya, seorang guru adalah pendidik yang selalu berada di tengah-tengah para muridnya dan terus-menerus membangun semangat dan ide-ide mereka untuk berkarya
  • Tut wuri handayani, yaitu peran guru sebagai Seorang pemimpin apabila berada di belakang harus bisa mendorong yang dipimpin supaya senantiasa lebih maju.

Patrap Triloka ini sangat berpegaruh bagi guru saat mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Ing ngarso sung tulodho berarti setiap keputusan yang diambil oleh guru haruslah mampu diteladani oleh peserta didik, sehingga ketika guru membuat sebuah keputusan ia harus yakin keputusan yang ia buat tidak berdampak buruk bagi muridnya. Keputusan yang diambil harus mampu menjadi acuan bagi peserta didik andai mereka mengalami hal yang serupa pada kehidupan peribadinya. Sekolah adalah 'institusi moral' yang dirancang untuk membentuk karakter para warganya. Seorang pemimpin di sekolah tersebut akan menghadapi situasi di mana mengambil suatu keputusan yang banyak mengandung dilema secara Etika, dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar. Keputusan-keputusan yang diambil di sekolah akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah. Ing madyo mangun karso maksudnya adalah keputusan yang diambil oleh guru harus mampu menginspirasi bagi peserta didik. Dan Tut wuri handayani berarti keputusan yang diambil oleh peserta didik harus mampu menjadi motivasi peserta didik agar menjadi lebih baik. Dengan adanya pratap triloka ini seorang guru kembali disadarkan betapa pentingnya posisinya dimata peserta didik. Setiap keputusan yang ia buat berdampak secara langsung kepada peserta didik. Oleh karena itu setiap guru harus menyadari betul konsep ini agar tidak salah mengambil keputusan jangan sampai karena keputusan yang tidak tepat sehingga menjadi kesalahan yang beruntun. Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu menganalisis kasus yang dihadapi apakah bujukan moral atau dilema etika. Bujukan moral adalah benar lawan salah sedangkan dilemma etika adalah benar lawan benar. Kasus dilema etika harus mampu dianalisis berdasarkan 3 prinsip yaitu hasil akhir, peraturan dan rasa peduli, 4 paradigma yaitu Individu lawan masyarakat, keadilan lawan kesetiaan, peraturan lawan rasa kasihan dan jangka pendek lawan jangka panjang. Lalu yang terakhir melalui 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan yaitu, mengenali nilai-nilai yang bertentangan, menentukan siapa yang terlibat, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, pengujian benar atau salah, pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, investigasi opsi trilemma, buat keputusan lalu refleksikan. Pengambilan keputusan yang tepat akan tentunya akan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, sangat berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan. Ada tiga prinsip yang dapat kita jadikan acuan  dalam pengambilan keputusan yaitu :

  • Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking),
  • Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking), dan
  • Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking).

Prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan tentunya berkaitan dengan nilai- nilai yang tertanam dalam diri kita. Tentunya jika kita menyikapi suatu kasus dengan berpegang teguh pada aturan dan ketentuan secara normatif, proses pengambilan keputusan berdasarkan prinsip berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), jika kita menghadapi kasus karena adanya rasa kasihan, berempati, dan kepedulian ini sesuai dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care- Base- Thinking) dan jika kita melihat keputusan yang diambil berdasarkan  dengan prinsip berpikir hasil akhir untuk kebaikan orang banyak (Ends Based Thinking.)

Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul sebelumnya?

  •  Materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil semakin menambah wawasan dan pengalaman saya tentang materi pengambilan dan pengujian keputusan.
  •  Masih ada pertanyaan dalam diri saya atas pengambilan keputusan tersebut yaitu apakah kesulitan yang dihadapi untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus pada dilemma etika bisa saya laksanakan dengan tepat dengan berdasarkan pada nilai-nilai kebenaran, berpihak pada murid dan bertanggung jawab.
  •  Sebelum mengambil keputusan tentu kita melakukan studi kasus dengan menggunakan metode coaching. Salah satu model coaching adalah model TIRTa (Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung jawab). Model coaching ini, dapat digunakan seorang guru dalam menuntun murid menemukan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat memanfaat cara komunikasi positif melalui pertanyaan yang reflektif, dimana akan menstimulasi murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga akan membantu murid berpikir secara kritis dan mendalam. Sehingga, murid dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Dan murid akan mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Melalui coaching keputusan yang telah diambil dapat dikaji lagi dengan merefleksi kembali apa yang sudah diputuskan. Sebuah keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan karena setiap keputusan yang diambil sebagai pemimpin pembelajaran akan mempengaruhi keberhasilan masa depan murid.

Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosional sangat mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Dalam mengambil keputusan sebagai guru wajib berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan, berpihak kepada murid dan bertanggung jawab. Selain kita dapat membedakan dilemma etika atau bujukan moral. Pengelolaan sosial emosional akan menumbuhkan empati dan simpati bagi kita sebagai pendidik. Dengan simpati dan empati kita dapat merasakan apa yang peserta didik alami, dan kita dapat mengidentifikasi permasalahan dengan bijaksana, sehingga dalam pengambilan keputusan kita dapat menggiring murid menciptakan terobosan yang inovatif dan kreatif sebagai alternatif solusi dalam setiap pengambilan keputusan. Dimana keputusan yang diambil menggunakan 4 paradigma dilema etika juga berpegang pada 3 prinsip pengambilan keputusan serta dipadukan dengan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan.

Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Dilingkungan sekolah tidak terlepas dari masalah -- masalah yang muncul  karena berhadapan dengan orang banyak dan dari latar belakang yang beragam. Seorang guru sangat memerlukan keterampilan dalam menjalin hubungan sosial dan mengambil sebuah keputusan. Oleh karena itu, ketika saya harus menghadapi masalah dan diminta mengambil suatu keputusan maka saya berbegang teguh bahwa keputusan perlu berdasarkan pada nilai-nilai kebajikan universal,kepentingan murid dan rasa tanggung jawab dan saya  akan mengkajinya dengan menelisik nilai-nilai kebajikan mana yang bertentangan, kemudian menelusuri siapa yang terlibat, serta akan melakukan pengujian benar lawan salah, benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi dengan menggunakan 3 prinsip pengambilan keputusan, akan menginvestigasi apakah unsur opsi trilema, baru mengambil keputusan, dan yang terakhir mengujinya dengan melihat lagi dan merefleksi keputusan yang diambil.

Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman?

Pengambilan keputusan yang tepat tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman, pengambilan keputusan yang tepat dapat dilakukan dengan berkolaborasi dengan  warga sekolah dengan tetap  memperhatikan nilai dan norma yang diyakini, dan tetap memperhatikan sembilan langkah dalam pengambilan dan pengujian keputusan, dimana didalamnya terkandung nilai-nilai universal, empat paradigma pengambilan keputusan, serta tiga prinsip pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang diambil segogyanya yang sejalan dengan visi misi sekolah, dan budaya positif yang ada disekolah sehingga akan tercipta kondisi dan lingkungan  yang  positif , kondusif, aman dan nyaman.

Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Pengambilan keputusan terkadang sulit dilakukan adalah karena terbentur dengan perubahan paradigma atau budaya yang berlaku di lingkungan sekolah. Kebiasaan- kebiasaan yang menjadi budaya tidak mudah dilakukan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan ini. Harus dengan kehati-hatian, karena akan menyakiti banyak pihak/ pihak yang terlibat. Tentu disadari atau tidak sebuah keputusan tidak dapat mengakomodir kepentingan semuanya.Pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid tentu belum semua memahaminya. Minimnya kemampuan ini akan mempengaruhi keputusan yang akan kami ambil. Untuk mengatasi hal tersebut yang akan saya lakukan adalah belajar dan selalu berkolaborasi untuk mendapatkan keputusan yang dapat diterima oleh semua pihak.

Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Salah satu Filosofi Pemikiran Kihajar Dewantara yaitu  menghamba pada anak. Sehingga anak memperoleh kemerdekaan dalam proses belajarnya, kita sebagai pendidik bertugas untuk menuntun murid. Perubahan paradigma tentang pendidikan yang menuntun murid tentu mempengaruhi pola pengajaran di kelas. Merdeka belajar intinya belajar yang berpihak pada murid, yang memperhatikan kebutuhan belajar murid. Oleh karena itu, keputusan yang diambil menuntun murid sesuai kemampuan atau kodrat alam maupun zamannya. Kehadiran guru di dalam kelas, mengajak murid menyadari potensinya, menambah kepercayaan dirinya, menjadi temannya, serta menggali potensi terbaiknya. Sehingga, tujuan yang ingin dicapai yaitu keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya dapat tercapai.

Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Setiap pengambilan keputusan yang dilakukan guru secara tepat dan bijak tentu akan mempengaruhi masa depan murid-murid.Seorang guru adalah pemimpin pembelajaran dalam memberikan pembelajaran harus memperhatikan kebutuhan belajarnya dan menuntun murid mengembangkan potensi yang dimilikinya.Jika keputusan yang diambil seorang guru sudah berpihak pada murid, memperhatikan kebutuhan murid, maka dapat menambah rasa percaya diri murid, ketenangan batin murid dalam menuntut ilmu, dan pada akhirnya akan berhasil menghadapi setiap tantangan yang muncul di masa depan, tidak mudah menyerah, bijaksana, serta dapat meraih kesuksesan.

Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Setelah  mempelajari modul ini  tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Saya belajar tentang cara - cara pengambilan keputusan yang tepat. Dimana keputusan yang diambil berpihak pada murid, bertanggung jawab yang sesuai dengan nilai -- nilai kebajikan universal. Setiap kita menghadapi masalah jangan terburu buru dalam memutuskannya hendaknya diperlukan mindfulness, menarik nafas panjang dan menyadarinya. Agar dapat berpikir jernih dan mengkaji berbagai sudut yang dapat dipertimbangkan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal, berdasarkan pada sembilan langkah pengambilan keputusan. Setiap masalah yang muncul akan melatih diri dalam menyelesaikan atau menemukan solusi dari masalah tersebut. Keterampilan coaching dan kecerdasan emosional akan sangat menunjang keberhasilan mengatasi masalah yang dihadapi. Sehingga, keputusan yang diambil akan dapat dipertanggung jawabkan. Hal inipun akan dapat dilakukan apabila paradigma kita sudah sesuai dengan filosofi Ki Hajar Dewantara yang selaku guru dapat menuntun murid sesuai kodratnya..Pada akhirnya akan terwujud generasi yang berkarakter sesuai dengan profil pelajar pancasila.

Kesimpulan yang didapat dari pembelajaran modul ini yang dikaitkan dengan modul-modul sebelumnya adalah : Pengambilan keputusan adalah suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru dan harus berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara yang dikaitkan sebagai pemimpin pembelajaran. Pengambilan keputusan harus berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya menuju profil pelajar pancasila. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar.

Sejauh mana pemahaman anda tentang konsep-konsep yang telah anda pelajari dimodul ini? Yaitu dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah menurut anda hal-hal diluar dugaan?

Pemahaman saya tentang konsep-konsep yang telah saya pelajari dimodul 3.1 ini adalah Ada 4 paradigma pengambilan keputusan yaitu individu lawan masyarakat, kebenaran lawan kesetiaan, keadilan lawan belas kasihan, dan  jangka pendek lawan  jangka panjang.  Ada 3 prinsip mengambil keputusan yaitu berfikir berbasis hasil  akhir,  berfikir berbasis aturan dan berfikir berbasis rasa peduli  Dan juga ada 9 tahapaan pengambilan dan pengujian keputusan yaitu mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan ,menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini, mengumpulkan fakta-fakta yang relevan dalam situasi ini, pengujian benar atau salah (uji legal, uji regulasi, uji intuisi,  uji publikasi, uji panutan/idola) Pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan prinsip resolusi, Investigasi opsi trilema, buat keputusan, meninjau kembali keputusan dan refleksikan. Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya berdasarkan sesuai pemikiran saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Selama ini saya berpikir terlalu cepat sehingga keputusan yang saya ambil perlu ditinjau kembali agar keputusan yang saya buat mengandung nilai --nilai kebajikan universal, berpihak pada murid dan rasa tanggungjawab.

Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Saya  pernah menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema ketika menghadapi kasus siswa jarang berangkat sekolah. Bedanya pada saat saya belum mempelajari modul ini dalam pengambilan keputusan yang saya lakukan tidak menerapkan paradigma dan prinsip pengambilan keputusan. Dengan modul ini saya menjadi lebih paham akan penerapan pengambilan keputusan berbasis nilai kebajikan universal, berpihak pada murid dan rasa tanggung jawab serta memperhatikan  4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan

Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Setelah mempelajari modul 3.1 ini, perubahan yang terjadi pada diri saya yaitu saya merasa lebih mampu dalam mengambil keputusan yang bijak, saya dapat membedakan  masalah apakah termasuk dalam dilemma etika atau bujukan moral. Selain itu, saya harus memiliki kecakapan dalam mengambil suatu keputusan sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid , rasa tanggungjawab dan mampu melakukan tahapan-tahapan pengambilan keputusan yang tepat serta melibatkan pihak-pihak yang berwewenang dalam pengambilan keputusan. Sehingga keputusan yang diambil bisa dipertanggungjawabkan dan tidak salah langkah, serta tidak merugikan orang lain.

Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sangat penting sekali, karena setelah mempelajari modul 3.1 ini saya sangat terbantu dalam pengambilan keputusan pada kasus dilema etika. Modul ini memberikan pengalaman ber makna bagi saya, melalui tugas menganalisis berbagai kasus hingga pengalaman mewawancarai kepala sekolah terkait proses pengambilan keputusan kasus  dilemma etika maupun kasus bujukkan moral. Untuk  kedepannya saya mampu membuat keputusan- keputusan yang  berbasis nilai -- nilai kebajikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun