Mohon tunggu...
Tripviana Hagnese
Tripviana Hagnese Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bisnis, Penulis, Baker

Saya seorang istri, ibu rumah tangga, yang juga mengelola bisnis, ada bakery, laundry, dan parfum.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cinta yang Hampir Hilang (#2/5)

14 Desember 2024   15:04 Diperbarui: 19 Desember 2024   11:19 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Episode 2: Cinta dalam Kekacauan

Di rumah orang tuanya, Sarah duduk sendirian di balkon, menatap langit malam yang kelam. Hujan deras mengguyur, menciptakan suasana hati yang muram. Ia merasa kosong. Seperti ada bagian dari dirinya yang hilang, tertinggal di rumah yang kini terasa asing. Setiap kali Fandi menghubunginya, hatinya terombang-ambing. Ia ingin marah, namun ia juga masih mencintai pria itu. Sarah berusaha mencari ketenangan. Tapi pikirannya terus dikejar oleh pertanyaan yang tak terjawab. Mengapa Fandi melakukan ini? Apakah ia pernah benar-benar mencintainya? 

Sementara itu, di rumah, Fandi menghadapi tekanan dari dua sisi. Mira menuntut pertanggungjawaban, sementara perasaan bersalah pada Sarah membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Dia masih teringat jelas kata-kata Sarah tadi malam. Rasa bersalahnya semakin menggerogoti. Tanpa Sarah, rumahnya terasa kosong, bahkan hening. Di tengah kekacauan itu, rahasia lain terungkap. Fandi ternyata memiliki kekasih lain, Sheila, seorang wanita yang ia kenal melalui rekan kerja.

Ironisnya, hubungan Fandi dengan Sheila juga tidak berjalan mulus. Tanpa sepengetahuan Fandi, Sheila berselingkuh dengan pria lain. Ketika kebenaran ini terungkap, Fandi merasa dunia berbalik melawannya. 

Fandi duduk di kursi ruang tamu rumahnya, tatapannya kosong. Di depan meja, ada foto Sarah di hari pernikahan mereka. "Kenapa aku bodoh?" pikirnya. "Kenapa aku menyakiti wanita yang selama ini setia padaku?"

Fandi memutuskan hubungannya dengan Sheila. Namun, Sheila tidak terima akan hal itu, sudah mulai merencanakan sesuatu. "Aku tidak akan biarkan Fandi pergi begitu saja," ucapnya dalam hati, dengan rasa sakit yang membakar. Sheila merasa dikhianati, meskipun dia sendiri juga memiliki perselingkuhan.

Setelah berhari-hari penuh kebingungan dan kesedihan, Fandi akhirnya memutuskan untuk menemui Sarah untuk mengungkapkan segalanya. "Sarah, aku butuh kamu. Aku benar-benar menyesal," katanya dengan suara serak, berdiri di depan rumah orang tua Sarah dengan wajah penuh penyesalan.

Sarah menatapnya dengan tatapan penuh kebingungan dan kemarahan. "Apa yang ingin kau katakan, Fandi? Kau sudah mengkhianatiku dengan wanita lain, dan sekarang kau meminta maaf? Apa yang aku lakukan dengan semua ini?"

"Sarah, tolong dengarkan aku," kata Fandi dengan suara serak. "Aku tahu aku telah menyakitimu, tapi aku benar-benar mencintaimu. Aku janji akan berubah."

Fandi menyentuh wajahnya, matanya penuh penyesalan. "Aku tahu aku salah. Tapi aku tidak bisa hidup tanpamu, Sarah. Aku mencintaimu."

Sarah menatap Fandi dengan tatapan tajam. "Cinta? Kamu pikir hanya kata-kata bisa mengubah semuanya, Fandi?" Suaranya penuh kebencian. "Kau telah menghancurkan kepercayaanku. Bagaimana aku bisa mempercayaimu lagi?"

Fandi terdiam, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Namun, hatinya penuh penyesalan. "Aku tahu, aku sudah bodoh. Tapi aku ingin memperbaiki semuanya. Aku akan berubah, Sarah. Aku berjanji."

Sarah menatapnya dalam-dalam. "Janji? Kamu pikir janji itu cukup untuk menghapus semua luka ini? Kamu salah, Fandi. Aku... aku butuh waktu."

Sarah menghela napas dalam-dalam. Ia merasa kebingungannya semakin dalam. "Aku tidak tahu lagi, Fandi. Aku ingin percaya padamu, tapi... hatiku terlalu terluka."

Dengan penuh penyesalan, Fandi mengaku dan berjanji akan berubah. "Maafkan aku, Sarah. Aku memang salah. Tapi aku mencintaimu, sungguh," ucapnya dengan suara serak. 

Sarah hanya diam. Hatiku ingin percaya, tapi luka itu masih begitu dalam. 

Namun, Fandi tidak menyerah. "Aku akan berubah, Sarah. Aku janji. Biarkan aku membuktikan bahwa aku bisa menjadi suami yang lebih baik."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun