Episode 2: Cinta dalam Kekacauan
Di rumah orang tuanya, Sarah duduk sendirian di balkon, menatap langit malam yang kelam. Hujan deras mengguyur, menciptakan suasana hati yang muram. Ia merasa kosong. Seperti ada bagian dari dirinya yang hilang, tertinggal di rumah yang kini terasa asing. Setiap kali Fandi menghubunginya, hatinya terombang-ambing. Ia ingin marah, namun ia juga masih mencintai pria itu. Sarah berusaha mencari ketenangan. Tapi pikirannya terus dikejar oleh pertanyaan yang tak terjawab. Mengapa Fandi melakukan ini? Apakah ia pernah benar-benar mencintainya?Â
Sementara itu, di rumah, Fandi menghadapi tekanan dari dua sisi. Mira menuntut pertanggungjawaban, sementara perasaan bersalah pada Sarah membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Dia masih teringat jelas kata-kata Sarah tadi malam. Rasa bersalahnya semakin menggerogoti. Tanpa Sarah, rumahnya terasa kosong, bahkan hening. Di tengah kekacauan itu, rahasia lain terungkap. Fandi ternyata memiliki kekasih lain, Sheila, seorang wanita yang ia kenal melalui rekan kerja.
Ironisnya, hubungan Fandi dengan Sheila juga tidak berjalan mulus. Tanpa sepengetahuan Fandi, Sheila berselingkuh dengan pria lain. Ketika kebenaran ini terungkap, Fandi merasa dunia berbalik melawannya.Â
Fandi duduk di kursi ruang tamu rumahnya, tatapannya kosong. Di depan meja, ada foto Sarah di hari pernikahan mereka. "Kenapa aku bodoh?" pikirnya. "Kenapa aku menyakiti wanita yang selama ini setia padaku?"
Fandi memutuskan hubungannya dengan Sheila. Namun, Sheila tidak terima akan hal itu, sudah mulai merencanakan sesuatu. "Aku tidak akan biarkan Fandi pergi begitu saja," ucapnya dalam hati, dengan rasa sakit yang membakar. Sheila merasa dikhianati, meskipun dia sendiri juga memiliki perselingkuhan.
Setelah berhari-hari penuh kebingungan dan kesedihan, Fandi akhirnya memutuskan untuk menemui Sarah untuk mengungkapkan segalanya. "Sarah, aku butuh kamu. Aku benar-benar menyesal," katanya dengan suara serak, berdiri di depan rumah orang tua Sarah dengan wajah penuh penyesalan.
Sarah menatapnya dengan tatapan penuh kebingungan dan kemarahan. "Apa yang ingin kau katakan, Fandi? Kau sudah mengkhianatiku dengan wanita lain, dan sekarang kau meminta maaf? Apa yang aku lakukan dengan semua ini?"
"Sarah, tolong dengarkan aku," kata Fandi dengan suara serak. "Aku tahu aku telah menyakitimu, tapi aku benar-benar mencintaimu. Aku janji akan berubah."
Fandi menyentuh wajahnya, matanya penuh penyesalan. "Aku tahu aku salah. Tapi aku tidak bisa hidup tanpamu, Sarah. Aku mencintaimu."
Sarah menatap Fandi dengan tatapan tajam. "Cinta? Kamu pikir hanya kata-kata bisa mengubah semuanya, Fandi?" Suaranya penuh kebencian. "Kau telah menghancurkan kepercayaanku. Bagaimana aku bisa mempercayaimu lagi?"