Sebagai catatan tambahan, kesenian ebeg dikenal juga sebagai kuda lumping. Kesenian ini sudah berusia ratusan tahun. Dari berbagai catatan yang penulis pelajari, kesenian ebeg diduga muncul pertama kali sebagai bentuk kegiatan untuk mengenang peristiwa tragis yang disebut dalam catatan sejarah sebagai mahapralaya Medang, yaitu tewasnya Raja Dharmawangsa penguasa Kerajaan Medang Kamulan serta para bangsawan dan pejabat tingginya sehingga menjadi akhir dari masa Kerajaan Mataram Kuno.
Raja Dharmawangsa tewas oleh serangan dari Kerajaan Wurawari pada saat sang raja mengadakan pesta perrnikahan puterinya yaitu Galuh Sekar dengan Airlangga pada tahun 928 Saka atau sekitar tahun 1006-1007 Masehi, dan tercatat dalam prasasti Pucangan. (Sumber: Sindonews)
Pada akhirnya Raja Wurawari pun tewas setelah Airlangga beberapa tahun kemudian menyerang balik untuk membalas dendam atas kematian mertuanya. Â
Di Banyumas, kesenian ini selanjutnya berkembang lebih menarik karena datangnya pengaruh seni reog yang dibawa oleh para prajurit Demak yang berasal dari Ponorogo. Mereka datang ke Banyumas untuk tugas militer kerajaan.Â
Demikian semoga tulisan ini bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H