Menyaksikan Perayaan Tahun Baru Jawa
Pada 6 September 2020 yang lalu saya berkesempatan menyaksikan perayaan tahun baru kalender Jawa di Desa Karangnangka Kecamatan Kedungbanteng Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Kegiatan ini diadakan oleh Keluarga Besar Ki Dalang Nawan Partomihardjo, seorang dalang asli warga Banyumas yang hidup pada tahun 1918 - 1988.
Perayaan ini dilakukan lebih dari dua pekan setelah pergantian tahun baru Jawa pada  tangggal 1 Sura 1954 Ja yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram 1442 H atau tanggal 20 Agustus 2020.
Menurut pengakuan seorang panitia yang juga salah seorang putera dari Ki Dalang Nawan Partomihardjo yaitu Bp. Bambang Barata Aji, kegiatan ini pada awalnya tidak direncanakan sama sekali, mengingat keadaan saat ini yang masih dalam masa pandemi dan juga karena faktor keterbatasan dana.Â
Tapi berkat dorongan dan bantuan dari sahabat-sahabat dan keluarga, setelah bermusyawarah dengan pemerintah daerah setempat mengenai bentuk kegiatan yang sesuai dengan ketentuan protokol pencegahan Covid-19, maka kegiatan ini akhirnya mendapat izin untuk digelar.
Dengan dibantu pengawalan dari aparat keamanan, dan menjaga ketentuan protokol pencegahan Covid-19, kegiatan tersebut berjalan lancar hingga selesai akhir acara.
Rangkaian kegiatan perayaan diawali pada malam hari sebelumnya dengan pembacaan kidung (syair-syair petuah) oleh para sesepuh, ziarah ke makam para leluhur desa, dan dilanjutkan dengan ziarah ke makam Ki Dalang Nawan Partomihardjo dan sesepuh keluarga.
Kemudian pada pagi keesokan harinya, dimulailah acara pembuka berupa gubrak lesung. Dahulu ini adalah kegiatan rutin pagi hari yang dilakukan oleh para isteri petani, yaitu menumbuk padi dengan alu dan lesung. Tumbukan berulang kali itu menimbulkan irama yang lambat laun menjadi semacam pertunjukan musik etnik perkusi.
Seusai gubrak lesung, secara resmi acara dibuka dengan bersama menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, membaca Pancasila, dan sambutan tunggal dari Bp. Bambang Barata Aji selaku perwakilan keluarga.
Dalam sambutannya, dikatakan bahwa untuk menghindari terjadinya kerumunan yang dapat meningkatkan risiko penyebaran virus, maka panitia kali ini tidak membuat undangan atau pengumuman resmi. Kegiatan ini juga dilakukan secara terbatas, hanya untuk warga setempat dan kalangan dekat saja.
Sesuai dengan temanya yaitu Merawat Tradisi Menjaga Asa dalam Pandemi, panitia berharap melalui kegiatan ini para seniman dapat berperan serta membangun harapan, menjaga semangat, membangkitkan daya kreativitas dan menggerakkan masyarakat agar dapat memiliki kekuatan dalam menghadapi pandemi, dan terbebas dari dampak pandemi.