Kata siapa belajar di sekolah harus memiliki gedung sendiri? SMAN 3 Toboali salah satu contoh sekolah negeri, belum memiliki gedung, namun tetap belajar dan mengukir prestasi. Loh, kok bisa? Begini ceritanya...
Semua berawal pada tahun 2020 lahirlah Sekolah baru yang berada di Desa Jeriji, Bangka Selatan.
 Sekolah ini ajaib, karena bisa berdiri tanpa bangunan, bisa beraktivitas tanpa jam normal, dan dapat bersaing tanpa fasilitas.
SMA ini pun untuk sementara meminjam gedung milik SMP yang lebih dulu berdiri di desa yang sama. SMP pun harus merelakan jam belajarnya dipotong agar bisa berbagi jam belajar dengan kakak kelasnya.
Pembagian jam ini terhitung dari jam 7 pagi hingga 12 siang merupakan jam belajar untuk siswa SMP. Dilanjutkan jam 12.30 siang hingga jam 4 sore giliran siswa SMA yang belajar.
Jam tersebut tidak ideal sebetulnya, karena umumnya untuk jam belajar di tiap sekolah dari jam 7 pagi hingga jam 4 sore.Â
Menariknya, dari kekurangan jam belajar itu pula yang menjadikan sekolah ini bisa berkembang tanpa bangunan.
Di tahun pertama belajar, para guru yang merancang pembelajaran sebenarnya kewalahan. Karena guru disini dituntut agar bisa menyampaikan materi dengan porsi yang sama dengan sekolah lain yang fullday school.
Terpaksa para guru saling bahu membahu dan menyiasati agar pembagian jam belajar dapat dimaksimalkan. Salah satunya jumlah jam yang dirampingkan. Kalau di sekolah fullday school 1 jam pelajaran berjumlah 45 menit, di SMA ini 1 jam pelajaran hanya 22 menit saja.
Nah, itu baru jam belajarnya. Lalu untuk cara menyampaikan dan memadatkan materi bagaimana?
Salah satu guru yang bernama Rismiyati menjelaskan beberapa kali mengajar seperti dikejar-kejar hewan buas. Artinya penyampaian materinya secepat dan sepadat itu. Karena dalam mengajar, guru juga memiliki target dan pegangan berupa silabus selama 1 semester berjalan.