Mohon tunggu...
SINTA SANTISALINDRI
SINTA SANTISALINDRI Mohon Tunggu... Guru - Wanita karir yang juga menjadi ibu rumah tangga

Ibu dari seorang gadis kecil yang ingin tahu banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Graffiti, Ungkapan Jiwa yang Memperindah Kota

21 Januari 2020   09:15 Diperbarui: 21 Januari 2020   09:24 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KORBAN VANDALISME: Tugu Jam Pasar Gede, yang masuk bangunan cagar budaya (BCB) Kota Solo menjadi korban aksi vandalisme. Bangunan merupakan peninggalan zaman PB X tersebut menjadi salah satu ikon Kota Solo hingga saat ini. (suarabaru.id/lbc)

Seminggu  yang lalu warga Surakarta dikejutkan dengan kemunculan coretan di Tugu Jam Pasar Gedhe yang sangat merusak keindahan tugu. Coretan tangan yang tidak diketahui siapa pembuatnya diketahui sejenak setelah penyalaan lampion pada tanggal 14 Januari 2020. 

Selain itu, di Kota Rembang juga ditemukan aksi coretan yang sangat meresahkan warga karena merusak fasilitas umum pada tanggal 2 Januari 2020 warga menemukan coretan di Tugu Pasar kota Rembang. 

Masyarakat pun segera memberi komentar yang beragam. Ada yang beranggapan graffiti dan mural mengganggu kebersihan atau kurang kerjaan mencorat-coret tembok. Salah satunya ditunjukkan pada ungkapan Anita penikmat lampion yang berasal dari Madiun. Dia menyatakan bahwa "graffiti hanyalah kegiatan yang merusak keindahan kota." ungkapnya. 

Tetapi jika kita lihat lebih teliti, sebenarnya graffiti dan mural itu mengandung sebuah pesan sebagai penghubung antara masyarakat  dengan pemerintah seperti yang diungkapkan oleh Bapak  ST. Sunardi yang menyatakan "Kita tidak boleh cepat-cepat mengambil penilaian, karena  graffiti dan mural sebagai suara masyarakat dan merupakan bagian dari dinamika sosial." tutur nya. 

Hal ini juga didukung oleh pendapat yang dituturkan oleh Pak Samuel yang sudah menggeluti bidang mural ini Juga menyampaikan beberapa fungsi graffiti. Antara lain sebagai bahasa rahasia kelompok tertentu, sarana ekspresi ketidak puasan terhadap keadaan sosial, sarana pemberontakan dan sarana ekspresi ketakutan terhadap kondisi politik dan sosial yang terjadi pada saat ini. Bahkan sebuah graffiti dapat dipakai untuk memotivasi seseorang, misalnya seperti graffiti "Mari membaca" dan "Jaga Kerukunan Antar Umat beragama".

Dampak positif yang terjadi dikalangan remaja yaitu para remaja yang tergabung didalam sebuah sebuah komunitas akan tersalurkan bakat dan imajinasinya untuk membuat sebuah graffiti ataupun mural. Bahkan dari situlah bakat mereka akan diasah. 

Di Yogyakarta terdapat komunitas mural yang didirikan oleh Pak Samuel pada awal tahun 2006 yang terkenal dengan sebutan JMF ( Jogja Mural Forum ) anggota-anggotanya terdiri dari para pemerhati, seniman, maupun para anak muda yang tertarik dengan seni mural.

 JMF yang juga memiliki visi yaitu menjadikan seni mural sebagai sarana pendidikan seni kepada publik kota. Pendidikan seni ini tidak hanya terbatas pada teknik seni visual, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana warga kota bisa menggali permasalahan di sekitarnya dan mengemasnya menjadi sebuah pesan-pesan visual yang menarik. 

Adapun prinsip-prinsip yang menjadi dasar bagi komunitas JMF adalah memposisikan seni ruang publik sebagai cara warga masyarakat mengekspresikan gagasannya. Dengan prinsip dasar seperti itu mural dapat dibuat untuk mewakili apa yang sedang dirasakan oleh masyarakat sekitar.

Peran graffiti yang lainnya, seperti yang diungkapkan oleh salah satu anggota FAT yaitu Aris. Dia mengungkapkan bahwa komunitas membuat graffiti dan mural memiliki tujuan untuk mewarnai kota, karena sangat sayang sekali kalau tembok-tembok yang sangat strategis letaknya itu rusak akibat ditumbuhi oleh lumut, jadi lebih baik di beri warna agar lebih menarik. 

Ungkapan senada juga disampaikan oleh Joko " Ya, lumayan untuk menambah pemandangan. Daripada nglihat tembok putih yang kosong, kan mending nglihat tembok yang di graffiti atau mural, kan ada nilai seninya." kata mahasiswa Rekam Medis UGM ini.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun