"Apa kak?" tanya duri kepada mawar.
"Kau yakin ingin mendengar penjelasanku?" jawab mawar.
"Tapi, jangan marah lo ya kalau aku berkata jujur tentang kekuranganmu." jawab mawar.
"Tentu saja kak. Aku tak akan marah." jawab Duri.
"Aku ingin meluruskan kebiasaanmu yang tidak wajar. Kau terkenal seorang pengeluh di antara teman-temanmu." "Anehnya, kau nyaman-nyaman saja." "Setiap ada masalah kau selalu mengeluh." "Kau melampiaskan ke mana-mana. Kau juga posting masalah di mana-mana. Status whatsapp, story instagram." "Bahkan bangun tidur sekalipun." "Kau posting masalah hidupmu." jawab Mawar.
"Bayangkan, orang yang membacanya." "Kira-kira, mereka juga ikut bersedih bukan ketika membaca keluh kesahmu?" "Bahkan, temanmu saja tidak peduli dengan deritamu." "Yang ada malah menjauhimu." "Sebab kau berhawa negatif." "Menguras energi." "Itulah salah satu sebab kenapa kau merasa bersedih." "Sebab hatimu gelap sebab kau buat meratapi masalah-masalah kehidupanmu." jawab kak mawar dengan serius.
"Dengan wajah menunduk duri menjawab, "iya kak."
"Aku mengakuinya. " "Tapi, tidak bolehkah aku mengeluh?"
"Boleh saja, asal sewajarnya." Tidak harus juga kau posting di mana-mana." "Terkesan kau paling menderita sendiri."
"Lihatlah orang di bawahmu dek." "Agar kamu bisa bersyukur dan tidak mudah mengeluh."Â
"Terus apa yang harus aku lakukan kak?" tanya duri kepada Mawar.
 "Benahi sikapmu, kebiasaanmu. Kalau memang mau mengeluhkan masalahmu. Keluhkan pada orang yang sekiranya bisa memberimu saran dan arahan. Yang bisa menjaga rahasiamu.  Bukan orang yang suka mengumbar masalah yang kau ceritakan." kata Mawar kepada Duri.