Dengan demikian, kita paham bahwa membaca adalah pondasi utama dalam menyaring berita. Butuh sikap skeptis untuk berita viral, terlebih di tahun pesta politik.Â
Dengan membaca dan diikuti sejumlah pertanyaan untuk mencari kebenaran berita, selayaknya menjadi budaya masyarakat di Negara Demokrasi. Bukan asal share berita tanpa baca, karena pencetan tombol ini telah melesatkan berita palsu semakin populer dan dipercaya oleh masyarakat. Jika ingin membangun demokrasi sehat, bangun dulu kebiasaan baca dan saring berita.
Lantas, apakah berita viral itu hanya memberikan efek negatif saja? Jelas tidak juga, akhir-akhir ini pun telah terbongkar misteri kasus Ferdy Sambo. Sebuah berita besar yang menghebohkan seluruh masyarakat Indonesia.Â
Hanya bermula sebuah video dari keluarga korban yang sempat viral dan ditambah dugaan-dugaan yang tersebar di media sosial, telah membentuk gelombang besar opini publik. Sehingga, mau tidak mau, kasus ini ditelisik lebih dalam dan serius. Ternyata viral juga merupakan gambaran dari masyarakat dalam mengawasi negara.Â
Sesuatu yang viral jika itu berasal dari netizen yang memiliki literasi tinggi, tentu akan membangun negara Demokrasi yang sehat. Sebaliknya, jika viral tersebut berasal dari netizen yang kurang literasi, akan merusak demokrasi. Terlebih adanya buzzer akan menjadi ancaman bagi Negara Demokrasi. Baik-buruk viral sebuah berita atau konten, tergantung kebijaksanaan jari tangan kita dalam memainkan media sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H