Mohon tunggu...
Trinia Sefti Asih
Trinia Sefti Asih Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Mau jadi penulis yang dicintai pembacanya

Selanjutnya

Tutup

Film

Film Imperfect: Self-Love sebagai Komponen Kunci Kesejahteraan Batin

7 Januari 2024   19:01 Diperbarui: 7 Januari 2024   20:33 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Self-love. Sumber Ilustrasi: Pixabay 

Pernahkah kamu berada di posisi seperti tidak pantas dicintai, merasa rendah akan diri sendiri, merasa tidak pantas mendapat kebahagiaan, dan cenderung berada pada fase monoton negatif setiap harinya. Sadarkah kamu hal tersebut menjadi penghalang serta penghambat dalam menjalani kehidupan sehari-hari, kecenderungan negativitiy bias ini diperparah lagi dengan banyaknya tuntutan sosial yang berasal dari keluarga, pekerjaan, pertemanan maupun pasangan. Seperti pada film "Imperfect" yang menceritakan tentang seorang wanita berumur 27 tahun dengan perawakan gemuk, kulit berwarna coklat gelap, dan rambut yang keriting. Bentuk tubuh Rara ini berbanding terbalik dengan adiknya yang kurus, putih, dan langsing yang sering membuat Rara di banding-bandingkan dengan adiknya. Body shaming dan perkataan kurang mengenakan sering dilontarkan kepada Rara, tuntutan dan standar sosial yang mengharuskan Rara cepat merubah penampilan dan fisiknya ini membuat Rara sering insecure dan overthinking. 

Permasalahn social comparison dan negativity bias ini tentunya memberikan tekanan tersendiri bagi setiap individu, beban yang seolah hadir terus-menerus membuat kita dipaksa untuk menutupi semua kekurangan dalam segala aspek kehidupan. Belum lagi social comparison yang sering kita temui di sosial media seperti Instagram, Tiktok dan platform media sosial lainnya yang memicu rasa cemburu dan iri yang bahkan berujung pada sikap membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Pola yang menjadikan kita terlalu fokus pada kekurangan diri hingga merasa tidak pantas mendapat apresiasi dan cinta terhadap diri sendiri. 

Rara berjuang keras dalam merubah penampilannya dengan sering melakukan olahraga dan diet ketat, yang kerap kali membuat dirinya pingsan saat bekerja. Hal ini membuat Rara kewalahan dan membuat semuanya berantakan, Rara tertekan dan lupa dengan identitas dirinya sendiri. Persoalan yang dialami Rara berlaku pada semua kalangan usia, terutama pada remaja fase ini membuat mereka tertekan, mudah marah, stres, cemas yang mengakibatkan permasalahan psikologis seperti gangguan suasana perasaan yang kita kenal sebagai depresi. Dilansir dari Laman Kompas.com, Teddy Hidayat dokter spesialis kedokteran jiwa Indonesia mengungkapkan, setiap tahunnya 800 ribu orang di dunia meninggal akibat bunuh diri, yang dimana 80 sampai 90 persen diantaranya disebabkan oleh gangguan mental emosional, terutama depresi. Korban yang pada umumnya adalah remaja dengan usia 15-19 tahun. 

Melihat perjuangan besar Rara yang dituntut menjadi sempurna namun berakhir gagal ini diperlukan penerapan rasa cinta yang utuh terhadap diri sendiri. Self-love atau yang biasa dikenal dengan mencintai diri ini merupakan proses dalam memprioritaskan diri dan berhenti sesaat untuk membandingkan diri dengan orang lain. Menurut Khoshaba (2012) self-love adalah kondisi ketika kita dapat menghargai diri sendiri dengan cara mengapresiasi diri saat kita mampu mengambil keputusan dalam perkembangan spiritual, fisik, dan juga psikologi. Self-love bukan berarti egois karena hanya memikirkan diri sendiri, namun memperlakukan serta menerima diri sendiri dengan baik apa adanya. Dengan menerapkan self-love kita akan lebih sehat secara mental karena self-love menggunakkan nalar dan rasionalitas untuk mengontrol dirinya ketika dihadapkan dalam keadaan yang sulit, membuat fondasi dan bersikap tegas dengan diri sendiri tentunya bermanfaat untuk membantu kita merasa tenang dalam menjalani hidup. 

Rara akhirnya berdamai dengan dirinya sendiri dan memilih versi terbaiknya dengan tidak menghiraukan pendapat orang lain dan menerima bentuk fisiknya seutuhnya. Lantas bagaimana menerapkan konsep mencintai diri seperti yang dilakukan Rara dalam kehidupannya?

Memaafkan diri sendiri

Memaafkan diri sendiri dari kerasnya tuntutan yang sering dihadapi membuat kita sering menyalahkan diri sendiri. Psikoterapis Beverly Engel mengatakan, dampak yang ditimbulkan dari sulitnya memaafkan diri sendiri adalah menelantarkan atau tidak mementingkan diri, cenderung melakukan hal-hal yang berbahaya, dan kerap merasa bersalah dan merasa malu. Menyadari kesalahan yang telah kita perbuat adalah langkah awal yang baik untuk memaafkan diri sendiri. Dengan itu, kita paham bagian mana dalam diri kita yang perlu diperbaiki, sehingga kita memiliki ruang untuk mengevaluasi perilaku kita selama ini. Dengan memaafkan diri sendiri, kita juga belajar mengenai arti ikhlas, mengikhlaskan kesalahan yang pernah terjadi tentu membuat kita lebih mudah untuk memaafkan. Kita akan lebih mengenal dan mencintai diri sendiri serta percaya diri. 

Jangan khawatirkan pendapat orang lain 

Biarkan orang lainn untuk menilai dirimu seperti apa yang mereka mau. Jangan bersikap rentan karena hanya membuatmu kesulitan dalam mengekspresikan diri. Setiap orang yang kamu temui setiap harinya pasti memiliki pendapat dan perspektifnya masing-masing, fokus pada dirimu sendiri dalam mengembangkan kemampuan dalam mengekspresikan berbagai emosi. Terapkan self-worth sebagai prinsip dimana kita menghargai diri sendiri dan tidak perlu mengikuti standar penilaian orang lain.  

Terapkan Self-care

Menurut World Health Organization (WHO) self-care mencakup segala hal yang berkaitan dengan sehat secara fisik dan psikologis, seperti kebersihan, nutrisi, dan perawatan medis jika diperlukan. Meskipun penerapan self-care menjadi hal yang cukup sulit untuk diterapkan karena banyaknya faktor, seperti pekerjaan yang membuat kita menjadi stres, ditambah kecanggihan teknologi yang membuat kita menarik diri dari lingkungan dan aktivitas. Namun, jika terbiasa untuk menerapkan self-care ini tentunya akan memudahkan kita mendapatkan self-acceptance.

Menerima diri sendiri secara utuh baik kelebihan dan kekurangan, menghargai diri sendiri sebagai manusia yang sama berharganya dengan manusia lainnya. Self-love melihat kedalam internal diri daripada melihat ke luar. Diperlukan kelapangan jiwa, dan ketajaman pikiran, serta hati yang bersih dan selalu bersyukur, berikan ruang yang aman untuk diri sendiri berkeluh kesah, merasa sakit, merasa sedih, dan memberikan pelukan hangat untuk diri sendiri.  Tentunya upaya ini membuat kita mudah untuk berpikir positif, karena tanpa disadari kesehatan mental yang tidak baik menyebabkan berbagai gangguan dari segi emosional maupun fungsi fisik tubuh lainnya. Menjaga kesehatan mental menurunkan resiko gangguan psikis dan menciptakan perasaan yang bahagia, penelitain membuktikan perasaan bahagia menurunkan risiko penyakit jantung hingga 22%.

Self-love mengajarkan kita agar memberi cinta serta kasih sayang kepada diri sendiri, hal itulah yang membuat kita menumbuhkan empati tidak hanya kepada diri sendiri melainkan kepada orang lain. Melalui film ini kita belajar arti tentang rasa syukur, bersyukur dengan keadaan fisik yang kita miliki, kita juga belajar mengenai rasa syukur dari orang-orang yang menerima kita apa adanya. Kebahagiaan tidak selamanya ditentukan oleh orang lain, tetapi dari diri kita dengan menikmati dan menerima bagaimanapun kondisi dan bentuk kita.  Pemahaman ini membuat kita menghubungkan diri dengan orang lain, mampu mengenali penderitaan dan menawarkan kebaikan serta pengertian bahwa setiap  kegagalan dan ketidaknyamanan merupakan proses yang akan dialami setiap makhluk hidup. Konsep ini meliputi acceptance, kesadaran untuk memahami daripada menghakimi, melepas daripada menimbun beban, serta memaafkan daripada menyimpan dendam.

Referensi

https://www.infobintaro.com/fenomena-social-comparison-di-media-sosial/ 

https://journal.untar.ac.id/index.php/baktimas/article/view/18501/12394

https://www.kabarbasic.com/2023/04/resensi-film-imperfect-karier-cinta.html 

Salsabila Auliannisa, & Muhammad Ilmi Hatta. (2022). Hubungan Social Comparison dengan Gejala Depresi pada Mahasiswa Pengguna Instagram. Jurnal Riset Psikologi, 1(2), 147--153. https://doi.org/10.29313/jrp.v1i2.561

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun