Mohon tunggu...
Trinia Sefti Asih
Trinia Sefti Asih Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Mau jadi penulis yang dicintai pembacanya

Selanjutnya

Tutup

Film

Film Imperfect: Self-Love sebagai Komponen Kunci Kesejahteraan Batin

7 Januari 2024   19:01 Diperbarui: 7 Januari 2024   20:33 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Self-love. Sumber Ilustrasi: Pixabay 

Menurut World Health Organization (WHO) self-care mencakup segala hal yang berkaitan dengan sehat secara fisik dan psikologis, seperti kebersihan, nutrisi, dan perawatan medis jika diperlukan. Meskipun penerapan self-care menjadi hal yang cukup sulit untuk diterapkan karena banyaknya faktor, seperti pekerjaan yang membuat kita menjadi stres, ditambah kecanggihan teknologi yang membuat kita menarik diri dari lingkungan dan aktivitas. Namun, jika terbiasa untuk menerapkan self-care ini tentunya akan memudahkan kita mendapatkan self-acceptance.

Menerima diri sendiri secara utuh baik kelebihan dan kekurangan, menghargai diri sendiri sebagai manusia yang sama berharganya dengan manusia lainnya. Self-love melihat kedalam internal diri daripada melihat ke luar. Diperlukan kelapangan jiwa, dan ketajaman pikiran, serta hati yang bersih dan selalu bersyukur, berikan ruang yang aman untuk diri sendiri berkeluh kesah, merasa sakit, merasa sedih, dan memberikan pelukan hangat untuk diri sendiri.  Tentunya upaya ini membuat kita mudah untuk berpikir positif, karena tanpa disadari kesehatan mental yang tidak baik menyebabkan berbagai gangguan dari segi emosional maupun fungsi fisik tubuh lainnya. Menjaga kesehatan mental menurunkan resiko gangguan psikis dan menciptakan perasaan yang bahagia, penelitain membuktikan perasaan bahagia menurunkan risiko penyakit jantung hingga 22%.

Self-love mengajarkan kita agar memberi cinta serta kasih sayang kepada diri sendiri, hal itulah yang membuat kita menumbuhkan empati tidak hanya kepada diri sendiri melainkan kepada orang lain. Melalui film ini kita belajar arti tentang rasa syukur, bersyukur dengan keadaan fisik yang kita miliki, kita juga belajar mengenai rasa syukur dari orang-orang yang menerima kita apa adanya. Kebahagiaan tidak selamanya ditentukan oleh orang lain, tetapi dari diri kita dengan menikmati dan menerima bagaimanapun kondisi dan bentuk kita.  Pemahaman ini membuat kita menghubungkan diri dengan orang lain, mampu mengenali penderitaan dan menawarkan kebaikan serta pengertian bahwa setiap  kegagalan dan ketidaknyamanan merupakan proses yang akan dialami setiap makhluk hidup. Konsep ini meliputi acceptance, kesadaran untuk memahami daripada menghakimi, melepas daripada menimbun beban, serta memaafkan daripada menyimpan dendam.

Referensi

https://www.infobintaro.com/fenomena-social-comparison-di-media-sosial/ 

https://journal.untar.ac.id/index.php/baktimas/article/view/18501/12394

https://www.kabarbasic.com/2023/04/resensi-film-imperfect-karier-cinta.html 

Salsabila Auliannisa, & Muhammad Ilmi Hatta. (2022). Hubungan Social Comparison dengan Gejala Depresi pada Mahasiswa Pengguna Instagram. Jurnal Riset Psikologi, 1(2), 147--153. https://doi.org/10.29313/jrp.v1i2.561

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun