Mohon tunggu...
Tri Mulyati
Tri Mulyati Mohon Tunggu... Guru - senang berpikir dan menulis

tak pernah berhenti berpikir. Memiliki lansekap imajinasi yang kaya. Senang mengamati kehidupan. Introvert yang kadang berpura-pura menjadi ekstrovert...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bisnis Warung (Kelontong) Daerah

26 November 2022   23:28 Diperbarui: 27 November 2022   19:00 1234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar by Kreasindo.id

Atau bisa kita simpulkan juga untuk satu kali siklus aplusan si pemilik modal mengalami 2 bulan kerja dan 2 bulan menganggur. Bisa dibayangkan jika modal dibagi 3 orang, maka durasi siklus waktu aplusan bisa mencapai 6 bulan atau 4 bulan menganggur.

Ini tentunya akan berpengaruh pada berapa jumlah penghasilan yang didapat setiap pemiliki modal dari warung tersebut. Oleh karenanya, biasanya seseorang tidak akan menanam modal di satu warung saja. Minimal 2 warung yang bisa ia tunggui secara bergantian.

Artinya, setiap bulan bisa terisi dan tetap menghasilkan. jika demikian, si pemodal harus pintar-pintar mencari buruh aplusan dadakan jika ia ingin sesekali istirahat pulang kampung karena warung yang tidak dapat ditinggalkan. 

Berbicara pendapatan, nyatanya pendapatan warung-warung daerah dapat bersaing dengan warung-warung berkelas lainnya. 

Dulu sesekali, saya ikut orang tua berdagang di warung lang rokok-nya, rata-rata pendapatan harian kisaran lebih dari 1 juta rupiah, lalu kemudian sebagian dialokasikan untuk belanja esok harinya. Jadi setidaknya kisaran minimal Rp 300.000 rupiah didapat untuk penghasilan bersih harian. 

Sehingga jika dikalikan 2 bulan, maka setidaknya akan membawa sekitar Rp 18.000.000 saat aplusan. Tentunya sudah dipastikan menyisihkan untuk pembayaran kontrakan tanah/lokasi dan barang-barang dagangan sudah terpenuhi semua seperti awal memulai dagang. Tapi ingat, pendapatan itu harus dihitung untuk 4 bulan ke depannya.

Dari sistem aplusan yang diterapkan warung-warung daerah inilah lalu muncullah bisnis warung daerah, di mana seorang pemodal tidak akan cukup hanya memiliki 1 warung saja. Minimalnya 2 warung untuk satu orang pemodal. Bahkan bila ada lebihan uang dan ada kesempatan lokasi baru yang ditemukan dan cocok untuk dipakai berdagang, maka tidak lepas kemungkinan akan menambah warung lagi. 

Begitu seterusnya hingga seseorang dapat memiliki banyak warung di perantauan dengan sistem aplusan. Jika ia sudah tak cukup waktu lagi untuk menunggui, maka ia akan mencari karyawan untuk menggantikannya dengan sistem bagi hasil antara pemilik dan karyawan.

Namun, karena yang namanya berdagang pastinya akan mengalami naik dan turun, menyebabkan adanya pembelian dan penjualan modal warung. 

Jika si pemodal merasa gulung tikar dan ingin menyudahi aplusannya, maka modal bagiannya bisa dijual ke pemodal satunya atau kepada orang lain.

Nah, karena inilah terkadang seseorang yang sedang berjaya dapat memiliki warung banyak di mana-mana. Mengembangkan bisnisnya dari awalnya 1 warung berdua menjadi 5 warung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun