Warung nasi biasanya menjadi pilihan bagi para karyawan pabrik yang akan berangkat bekerja atau saat menjelang istirahat. Itu alasan banyak sekali bermunculan warung nasi di sekitar kawasan industri atau pabrik-pabrik.Â
Alasan menjadi pilihan bagi para karyawan pabrik menyantap di warung nasi daerah ini tidak lain karena simpel dan tidak perlu memasak, karena biasanya mereka tinggal dikontrakan atau kostan yang tak memiliki peralatan lengkap. Selain tentunya dengan harga terjangkau, mereka masih bisa menikmati rasa masakan rumahan seperti di kampung halaman.Â
Sedangkan warung bubur kacang ijo atau biasa disebut warung burjo adalah warung seperti warung nasi, hanya saja dengan luas yang lebih sempit.Â
Menurut cerita, warung burjo ini sudah terkenal berasal dari Kuningan Jawa Barat. Jika pembeli datang pasti selalu bertanya "Pak, asalnya pasti dari Kuningan ya?" Tutur mereka di mana pun ada warung burjo pastilah pemiliknya orang Kuningan.Â
Entah benar atau tidak julukan itu, tapi jika diingat-ingat keluarga besar orang tua merupakan pedagang semua dan pionirnya adalah kakek yang memulai bisnis ini dengan warung burjo, lalu kemudian merambak warung lainnya.Â
Warung burjo biasanya ditunggui 2 orang saja (sesuai kebutuhan). Namun, isinya bukan hanya menjual bubur kacang ijo ketan hitam saja, tapi juga ada seduhan kopi, susu, gorengan, indomie, bahkan juga rokok.Â
Oya, bubur dengan campuran ketan hitam ini menjadi ciri khas burjo Kuningan, karena jika campurannya ketan putih maka itu adalah ciri khas burjo Madura.
Berkaitan dengan warung daerah, ada beberapa hal yang menarik. Di antaranya tentang sistem bagi waktu giliran, bagi modal dan pendapatan.Â
Sistem bagi waktu giliran di warung daerah khususnya asal Kuningan Jawa Barat disebut dengan aplusan. Sistem aplusan yang dimaksud biasanya akan sangat berkaitan dengan bagi modal pada suatu warung.Â
Penentuan berapa lamanya siklus waktu aplusan suatu warung yang modalnya dibagi 2 orang akan berbeda dengan yang dibagi 3 orang. Dan waktu aplusan biasanya 1 atau 2 bulan untuk sekali aplusan, bergantung pada kesepakatan, yang jelas, setiap pemilik modal memiliki durasi waktu yang sama pada setiap gilirannya.Â
Contoh untuk warung yang modalnya dibagi 2 orang dan waktu aplusan 2 bulan untuk setiap aplusannya, maka satu kali siklus waktu aplusan memiliki durasi selama 4 bulan. Artinya pendapatan pemilik modal dalam satu siklus aplusan adalah penghasilan untuk digunakan selama 4 bulan.Â