Mohon tunggu...
Tri Mulyati
Tri Mulyati Mohon Tunggu... Guru - senang berpikir dan menulis

tak pernah berhenti berpikir. Memiliki lansekap imajinasi yang kaya. Senang mengamati kehidupan. Introvert yang kadang berpura-pura menjadi ekstrovert...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tersesat di Gunung Ciremai

23 Oktober 2022   01:12 Diperbarui: 23 Oktober 2022   06:52 1394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mundur beberapa langkah, dan tiba-tiba saja Aku mulai merasakan pusing yang tak tertahankan di kepalaku. Rasanya pandanganku sedikit berputar, Aku mencoba menoleh ke berbagai arah dengan kedua tangan memegang kepala. Tak lama tiba-tiba semua bunyi alam terdengar jelas olehku. Suasana terasa gelap dan cahaya senter di bawah pun hilang. Setelah sekian lama Aku merasa tak mendengar apapun kecuali sunyi dan suara diriku sendiri. Seketika tubuhku mulai bergetar, Aku merasakan ketakutan yang luar biasa. Aku menangis, merasa takut karena tiba-tiba Aku merasa sedang sendirian berada di belantara hutan di tengah malam. Aku tak paham dan tak menghiraukan lagi perasaan optimisku yang ku rasakan sepanjang perjalanan tadi. Padahal mungkin sudah berjam-jam Aku memang berjalan sendirian di tengah hutan ini. 

Tak lama saat Aku tengah menangis ketakutan, "gresek...gresek, drap, drap, darap!" terdengar olehku suara langkah kaki seseorang yang sedang berlari di kejauhan. Ku tajamkan pendengaran, terdengar suara itu semakin mendekat di susul dengan teriakan bersahut-sahutan "Nisa....Nisa...Nisa...!" Suaranya terdengar jauh dan bergema. Aku tersentak ternyata suara itu memanggil namaku, dan aku hafal salah satu suara itu adalah suara guruku, salah satu pembina ekskul pecinta alam. Tanpa menunggu Aku pun langsung berteriak "Bapak....Nisa disini..., tolong Nisa!!" ucapku diulang-ulang dengan suara sekuat tenaga. Aku merasa mendapatkan harapan besar yang membuatku antara ingin berjuang selamat dan takut bahwa ini hanya sebuah halusinasi dari rasa takutku. 

Namun, tak lama derap suara langkah berlarian itu semakin jelas ku dengar, tiba-tiba "Nisa...!!" Aku kaget menoleh ke arah kanan dan ku lihat kakak panitia yang ku kenal berdiri tak jauh dari tempatku berdiri. Aku berlari menghampirinya, dan ku lihat di belakangnya datang lagi satu kakak panitia bersama guruku yang tadi suaranya ku kenal. Aku langsung dipeluk oleh kakak panitia, Aku menangis sesegukan sambil dipapah langsung meninggalkan tempat tadi menuju ke lapangan kemah atas yang diperintahkan. 

Sesampainya di lapangan kemah atas yang tadi Aku lewati begitu saja, Aku melihat semua peserta ada di sana. Lapangan yang tadi saat aku kesini tak satupun orang ku lihat. Terdengar riuh suara mereka yang penasaran melihat kedatangan kami. Aku disambut oleh semua peserta. Teman-teman sekelompokku khususnya Ani terlihat menangis kejar menghampiriku. Kami semua terlarut dalam suasana haru, semua menangis. Sampai akhirnya panitia mengkondisikan kami kembali, "Peserta semua, kita bersyukur karena bisa berkumpul bersama lagi di sini dengan lengkap. Alhamdulillah Nisa bisa ditemukan. Saat ini sudah menunjukan pukul 04.00 dini hari, sebaiknya kita mengambil wudu dan persiapan sholat subuh berjamaah". Semua peserta bergerak mengambil wudhu, dan kembali ke lapangan lagi dan sholat subuh. Ku lihat semua peralatan sudah berada di lapangan ini lagi, mungkin selama Aku pergi mereka memindahkan kembali barang-barang ke lapangan ini. Sungguh waktu yang lama, ku hitung setidaknya 4 jam Aku meninggalkan mereka. 

Selepas melaksanakan sholat berjamaah, kami diperbolehkan beristirahat sebentar untuk membuat minuman hangat. Aku pun duduk berkumpul bersama teman-teman sekelompokku mengitari tumpukan barang-barang kami. Sambil menyalakan kompor dan menunggu air mendidih, kami pun mengobrol. "Nis, Aku penasaran kenapa kamu tadi malam malah pergi gitu aja sih? ke arah sana sendirian lagi. Emangnya kamu mau kemana?mau ngapain malam-malam sendirian?" tanya Ani serius kepadaku. Aku melihat temanku yang lain mulai tertarik dan menyimak dengan serius. Lalu Aku pun menceritakan kejadiannya, tentang kondisi lapangan yang kosong, tentang sosok panitia misterius, lalu tentang cahaya senter, jalan cagak dan medan bebatuan dengan pohon asem. Sesekali mereka bergumam ketakutan, sesekali mereka bertanya menimpali. Namun, sempat mereka semua bercerita bahwa ketika aku sampai di lapangan atas ini, tepat di ujung lapangan Aku berdiri itu sebenarnya mereka semua melihatku, Aku yang berdiri mematung lama sekali. 

Dan Ani sempat menghampiriku dan memanggil-manggil aku dari jarak yang tak terlalu jauh. Hanya saja saat itu semua peserta diperintahkan untuk berbaris rapi sesuai kedatangan. Kata Ani saat itu lapangan tidak sepi, malah terasa ramai karena semua peserta sudah sampai ke lapang ini dan Aku ternyata adalah peserta terakhir yang dibangunkan, sebelumku adalah Ani. Saat Ani memanggil-manggil, Ani juga merasa heran karena Aku tak menoleh sama sekali. Malah terus berjalan maju ke arah timur, sedangkan saat itu Aku benar-benar tidak melihat satu orang pun disini dan tak ada suara apapun yang Aku dengar. Seketika kami pun mulai merinding ketakutan lagi. 

"Priiiiitt....!" Suara peluit kakak panitia membuyarkan cerita kami. "Semua peserta berkumpul di tengah lapangan!". Maka kami pun bergegas menuju lapangan. Kegiatan pun dilanjutkan dengan pemberian materi tentang tata cara survive di alam. Mulai dari pemberian contoh mengenal bau-bauan, lalu kemudian mengenal suara, mendeteksi bunyi dan beberapa contoh jenis tumbuhan yang boleh dan tidak boleh dimakan. Selesai materi, acara dilanjutkan dengan membuat sarapan per kelompok. Kami membuat mie instan dan bubur nasi. Sudah tidak memandang selaras atau tidak, yang penting kenyang,begitulah semboyan berkemah. haha.

Selesai sarapan, kami diperintahkan berkemas dan bersiap untuk jalan kaki kembali hiking menuju sekolah kami. Ditengah perjalanan, Aku sangat diperhatikan oleh teman- teman dan juga panitia. Kata mereka, Nisa harus dijaga di posisikan di tengah tidak boleh dibelakang. Dan semua peserta dihimbau agar saling menjaga dan berjalan saling berdekatan. 

Ada cerita yang membuatku terperangah lagi, saat pulang menuruni gunung ini memang kembali menyusuri jalan yang tadi malam aku tersesat. Hanya saja, saat hampir dekat ke medan bebatuan pohon asem itu, seharusnya rutenya menuju arah kiri berbelok sedikit. Lalu saat melewati rute belokan itu, aku bertanya pada guruku, "memangnya kalau rute lurusan bebatuan itu nanti arahnya kemana si pak?" guruku langsung menoleh ke arahku, "di depan bebatuan itu ada makam" jawab guruku. "Astagfirullah", seketika Aku kaget dan merasa takut, juga bersyukur kakak panitia dan guruku segera menemukanku sebelum Aku sampai di makam yang disebutkan.

Aku berdzikir sepanjang perjalanan pulang, mengingat-ngingat semua kejadian semalam membuatku merinding. Aku sangat bersyukur bisa ikut pulang bersama rombongan sekolahku. Sesaat Aku menengok ke belakang, terlihat gunung ciremai yang gagah, besar, dan terasa sedikit menakutkan bagiku. Ku langkahkan kaki dengan tegap, bergegas ingin segera kembali menemui keluargaku. Aku rindu mama, Aku rindu ayah, dan adik-adikku yang bising. Rasanya Aku bagaikan prajurit yang sedang dalam perjalanan pulang selepas berjuang dalam perang. Lelah, Takut, Haru, Rindu.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun