Saat semua peserta lain mendirikan sholat magrib berjamaah, Aku berada di belakang bersama beberapa peserta lain yang menstruasi. Diantara jajaran peserta yang menstruasi, Aku duduk di bagian paling pinggir. Gelap malam dengan sedikit penerangan obor yang dibuat oleh panitia sedikit membuat kami terasa nyaman. Langitpun terlihat bersahabat dengan adanya bulan purnama yang terang. Gemerlap bintang pun terlihat indah, keluar di antara celah-celah dedaunan. Terdengar suara panitia sesekali mengingatkan kami agar ikut berdzikir mengikuti peserta lain yang sholat. Tapi, sesaat Aku mulai fokus pada kepalaku yang mulai terasa sakit. Rasanya dzikir pun sulit untuk ku lafalkan, Aku hanya diam menahan sakit yang tak hilang.
Kegiatan sholat berjamaah pun selesai dan kami kembali ke tenda. Agenda saat ini, ketua kelompok menyampaikan bahwa kami harus menyiapkan strategi kelompok dalam tugas membuat yel-yel dan instruksi sedikit berkemas barang-barang yang tidak terlalu dibutuhkan. Kami sedikit tak paham sebenarnya apa maksudnya, kenapa harus ada instruksi berkemas segala padahal kami baru saja mendirikan tenda. Namun, seperti dikomando kami pun langsung saja mengikuti arahan ketua kelompok tanpa bertanya apapun. Kami bekerja sambil bercengkrama dan berbagi cemilan yang dibawa masing-masing.Â
Ketika terdengar suara adzan isya, panitia pun membunyikan pluit "pprrr iiiiiit...!semua peserta berkumpul di lapangan untuk melaksanakan sholat isya sementara yang menstruasi boleh untuk di tenda!" Seketika peserta yang akan melaksanakan sholat berhamburan menuju lapangan. Tinggal kami bertiga di tenda yang tersisa. Kepalaku kembali terasa sakit, Aku hanya bisa menahan.Â
Selepas kembalinya peserta yang sholat dari lapangan, kami pun diberitahu bahwa hanya diberikan waktu 5 menit untuk berkumpul kembali ke lapangan seluruh peserta tanpa terkecuali. Mereka bilang harus membawa alat tulis dan selalu membawa senter. Kami menurut dan langsung bersiap, dilanjut komando dari ketua kelompok lalu kami menuju lapangan sebelum panitia meneriakan hitungan. Di lapangan, kami semua duduk di tanah membentuk lingkaran besar. panitia sudah menumpukan beberapa obor milik panitia di tengah-tengah lapangan sehingga mirip dengan gunungan api unggun.Â
Di sana, kami diberikan materi tentang kepribadian tangguh seorang pecinta alam. Kami juga dikenalkan dengan materi tentang seluk beluk pecinta alam. tak lupa yel-yel yang tadi diinstruksikan pun ditampilkan satu-satu. Malam menjadi hangat dan gembira.Â
Namun, sakit kepalaku tak kunjung juga hilang, sesekali terasa dan sesekali hilang. Padahal sudah ku minum tolak angin yang diselipkan mama di tas ranselku, dan juga kayu putih yang sudah ku balur sesuai pesan dari mama. Ah, rasanya jiwa manjaku mulai menyeruak, tiba-tiba saja ingatan tentang mama yang selalu cerewet mengomentari ini dan itu, dan ayah yang hanya sering tersenyum kecil menertawakan kecerobohanku. Ku hapus langsung ingatan itu menyadarkan diri untuk fokus pada materi yang disampaikan.
Setelah kami berbaris rapi di lapangan dengan membawa perlengkapan dan barang-barang yang lengkap, kami diberi instruksi bahwa perkemahan akan dipindahkan ke lapangan kemah yang selanjutnya yaitu berada di bawah lapangan kemah yang ini.Â
Semua kelompok dibariskan untuk berjalan beriringan menyusuri semak belukar di tengah-tengah hutan kaki gunung ciremai, menapaki jalan sepintas yang terlihat kurang jelas karena di malam hari. Sesuai dengan instruksi panitia, kami hanya diperbolehkan menggunakan senter milik masing-masing yang harus selalu di pegang.Â
Tak lama kami sampai tujuan, lapangan kemah kedua yang berada tak jauh dari lapangan kemah sebelumnya, hanya menuruni jalan setapak yang agak berkelok sedikit diantara semak belukar dengan jarak diperkirakan kurang lebih 100 M terus ke arah dalam rute pendakian gunung ciremai. Setibanya di lapangan bawah ini, kami diperintahkan mendirikan tenda kembali dalam hitungan 15 menit, setelah itu diperintahkan untuk segera tidur dengan instruksi senter yang harus selalu di pegang. Kami pun melaksanakan semua perintah panitia dengan sigap.Â
Suasana di lapangan kedua ini terasa sedikit lebih suram. Karena posisinya yang berada dibawah, maka dedaunan yang menutupi pandangan kami ke langit pun lebih rimbun, sehingga susana terasa lebih gelap tidak dapat melihat dengan jelas bulan purnama dan bintang.