Sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala Dinas Sosial Kabupaten Boyolali, Budi Prasetyaningsih, S.Pd, M.Pd saat memberikan sambutan di acara makan malam di Tebing Breksi, Prambanan. Bahwa Pendamping Sosial haruslah kompak dan bekerja secara ikhlas. Menurutnya, sekalipun pendamping merupakan perpanjangan tangan dari Kementerian Sosial RI, tapi karena bertugas di daerah Kabupaten Boyolali maka sudah seharusnyalah mendukung semua program pembangunan dari Pemda setempat.
7 Tahun Dalam Perjalanan Cinta
Waktu berjalan begitu cepatnya, laksana anak panah yang melesat dari gagang busurnya. Â Begitu banyak kisah suka-duka yang telah terjadi. Begitu pula KPM dampingan kita, datang dan pergi. Para perangkat desa dan kecamatan yang silih-berganti karena mutasi maupun purnatugas. Termasuk para pejabat di Dinas Sosial yang datang dan pergi.
Saya masih ingat betul, ketika pertama kali diterima sebagai Pendamping Sosial di pertengahan tahun 2015. Tidak memiliki latar belakang pendidikan sosial, tidak pula ada pengalaman kerja di bidang sosial. Saya dan mungkin rekan pendamping lainnya seperti anak TK yang baru masuk sekolah. Benar-benar buta dengan gambaran pekerjaan nantinya. Pekerjaannya seperti apa, nanti mau ngapain, pokoknya masih gelap dech. Â
Selama tujuh tahun, program PKH telah banyak bermetamorfosa. dari penyaluran bantuan secara manual via Kantor Pos menjadi via rekening. Dari pendataan dan pemutakhiran manual menjadi digital. Dari data KPM yang bersifat independen menjadi data yang terintegrasi (sinkronisasi antarinstansi). Dari yang tadinya mudah dan sederhana, kini menjadi susah dan rumit, hehe...
Awalnya, pendamping memahami bahwa PKH adalah program pemberdayaan, dalam arti  pekerjaan seorang Pendamping Sosial adalah pekerja lapangan, lebih banyak mendampingi KPM daripada ngantor. Akan tetapi, ketika kini disibukkan oleh data-data dan segala kerumitannya, seakan-akan kegiatan pemberdayaan menjadi tersamarkan. Hal ini membuat sebagian dari pendamping merasa lelah, jenuh, jumud, bahkan stres.
Akan tetapi, ketika merenungkan kembali di ruang yang sunyi, kesadaran (awareness) yang menjadi filosofi dalam bekerja kembali muncul. Bahwa menjadi seorang Pendamping Sosial adalah kesempatan untuk banyak berbuat kebaikan (amal saleh), kesempatan untuk berbagi (bersedekah), dan kesempatan untuk melakukan kegiatan sosial (diluar tupoksi).
Jangan sampai kesempatan emas menjadi Pendamping Sosial terlewat begitu saja. Nikmatilah pekerjaan kita agar kita bisa bahagia menjalani kehidupan. Sadarilah bahwa selain mencari kehidupan dunia, kita sekaligus bisa mendapatkan bekal akhirat. Ada jalan ke surga bagi yang mau melaluinya.
Jadikanlah profesi kita sebagai sebuah panggilan jiwa (social worker is my calling).
Akhirnya, dirgahayu PKH Boyolali yang ke-7: Boyolali -- Metal; PKH Boyolali -- Full Senyum Dong; 7th PKH Boyolali -- Bersinergi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H