"Walah Pak, tidak ada waktu lagi" keluh yang lainnya. Kali ini si Pendamping Sosial mulai tidak sabar dan sedikit emosi. KPM dampingannya banyak sekali keluhannya. Tapi ia mencoba bersabar dan tetap memberikan pengertian kepada mereka. Berbisnis itu tidak harus fulltime, bisa parttime, atau bahkan sebagai pekerjaan sampingan. Usaha bisa dilakukan sambil bertani, momong anak, mengurus keluarga, mendampingi anak sekolah, dll. Terlebih jika bisnis online, bisa disambi apa saja dan dilakukan kapan saja dan di mana saja. Tapi ya namanya saja orang malas, walau menganggur tidak ada pekerjaan sama sekali pun dia masih tidak segan-segan untuk berkata "tidak punya waktu".Â
Kemiskinan Kultural
Pendamping Sosial terus menggali minat dan kendala yang dihadapi KPM. Setelah terus didesak untuk mengungkapkan kendala-kendala, akhirnya sebagian mereka menjawab dengan polos dan tanpa rasa bersalah, "Sebenarnya kami ini cuma MALAS saja kok, Pak!".
Pendamping Sosial sontak kaget sekaligus kesal dengan pengajuan jujur para KPM itu. Seketika itu juga mukanya mendadak pucat, badannya lemas, dan keringat dingin bercucuran di tubuhnya.
MALAS. Penyakit laten yang melekat pada orang-orang prasejahtera. Mereka bukannya tak bisa, mereka bukannya tak mampu, hanya tidak mau. Malas untuk bergerak lebih banyak, malas untuk melakukan hal yang lebih besar, malas untuk melakukan hal yang berbeda. Mereka juga punya keyakinan bahwa kaya-miskin itu sudah nasib (takdir), atau menjadi kaya itu adalah keturunan.
Sifat malas sepertinya telah menjadi adat, kebiasaan, perilaku, bahkan keyakinan. Intinya malas telah menjadi budaya (kultur). Inilah yang disebut dengan kemiskinan kultural. Ini sangat sulit penanganannya, amat sulit pengobatannya. Jika kendala terkait modal, tempat usaha, keterampilan, atau waktu lebih mudah dicari solusinya, maka sifat malas ini nyaris tidak ada solusinya kecuali si pemilik malas itu sendiri punya keinginan yang kuat untuk menghilangkannya. Inilah kendala terbesar dalam pemberdayaan KPM.
Trimanto,
Pendamping Sosial Kecamatan Andong (Boyolali)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H