KEMISKINAN KULTURAL: PENGHALANG UTAMA PEMBERDAYAAN KPM PKH
Salah satu tugas utama seorang Pendamping Sosial adalah melakukan pemberdayaan melalui Program Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau disebut juga Family Development Session (FDS) kepada Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM PKH). FDS ini terdiri dari 5 modul, yaitu modul pendidikan, kesehatan, perlindungan anak, ekonomi, lansia-disabilitas.
Dalam modul ekonomi, KPM potensial diharapkan mampu merintis sebuah usaha. Usaha yang akan dirintis disesuaikan dengan kemampuan KPM dan sumber daya yang ada di sekitar lingkungan tempat tinggal KPM.Â
Potensi sumber daya terkait dengan bahan baku  apa yang paling banyak dimiliki. Misal, singkong, pisang, melinjo, bambu, obyek wisata, dll. Sehingga bahan baku tidak perlu membeli dari tempat lain, syukur bisa diproduksi sendiri.
Potensi juga terkait apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Jika merintis sebuah usaha mengetahui betul apa yang sedang dibutuhkan, sudah barang tentu tidak akan mengalami kesulitan dalam memasarkan produk atau jasa, mudah untuk mendapatkan pelanggan.
Proses Penggalian Minat dan Bakat
Langkah awal yang dilakukan oleh seorang Pendamping Sosial adalah melakukan penggalian minat dan bakat terhadap KPM dampingannya. Ia melakukan pendataan siapa saja yang berminat merintis usaha dan kendala-kendala yang dihadapi. Â Pada awalnya, KPM yang berminat merintis usaha mengeluhkan permasalahan permodalan. "Belum punya modal, Pak", begitu jawab mereka.
Pendamping Sosial pun menjelaskan bahwa modal bisa diperoleh lewat menabung atau mencari pinjaman ke perorangan maupun lembaga keuangan. Ia juga menekankan bahwa setiap tiga bulan sekali, KPM menerima bantuan uang via ATM. Nah, sebagian dari bantuan itu bisa disisakan untuk ditabung sebagai modal usaha.
Setelah didesak bahwa modal bisa diperoleh dengan cara menabung atau mencari pinjaman, KPM pun berkata, "Belum punya tempat usaha atau kios Pak", begitu keluhnya. Pendamping Sosial pun menjelaskan bahwa buka usaha tidak harus menyediakan tempat khusus atau menyewa kios. Berwirausaha bisa dilakukan di rumah. Untuk pemasaran bisa memanfaatkan teknologi digital via media sosial atau marketplace.
Setelah dijelaskan demikian, mereka pun masih beralasan, "Saya tidak punya keahlian atau keterampilan tertentu", keluhnya kemudian. "Kalau mau kursus biayanya mahal", kata KPM di sebelahnya. Lagi-lagi Pendamping Sosial menyampaikan sekarang ini cukup banyak kursus yang diadakan oleh pemerintah, LSM, ormas, atau lembaga nirlaba lainnya secara GRATIS. Â Termasuk juga kursus online yang tak berbayar.