SHALATNYA ROBOT
Anda sudah tahu robot bukan? Sebuah mesin yang berbentuk seperti manusia dan bisa melakukan banyak hal layaknya seorang manusia. Bentuk dan jenis robot bermacam-macam, sesuai dengan maksud dan tujuan dibuatnya robot itu. Robot juga dipakai dalam istilah IT atau dunia internet, dalam pengertian mesin-mesin yang menjalankan software atau aplikasi secara otomatis.
Dalam melakukan sesuatu, robot melakukannya bukan atas kehendaknya sendiri, melainkan berdasarkan instruksi atau input yang diberikan kepadanya. Robot tidak memiliki pikiran maupun perasaan seperti manusia, sehingga yang dilakukannya tanpa melalui proses berpikir atau melibatkan perasaan di dalamnya (unsur penjiwaan).
Dalam Al Qur'an surat Al Ma'un: 4-5 disebutkan bahwa "Celakalah bagi orang yang shalat, (yaitu) orang yang lalai dalam shalatnya". Lalai di sini bukan berarti lupa tidak mengerjakan shalat, melainkan ia selalu menjalankan shalat tapi sebenarnya ia tidak sedang menjalankan shalat. Maksudnya bagaimana?
Ia melafalkan bacaan shalat, ia juga melakukan gerakan shalat, akan tetapi ia tidak menyadari sepenuhnya bahwa ia sedang melakukan shalat. Semua bacaan yang dilafalkannya dan semua gerakan yang dilakukannya tanpa diikuti oleh kekhusyuan, yaitu menyadari apa yang sedang dibaca dan menyadari apa yang sedang dilakukan.
Semua bacaan dan gerakan shalat dilakukannya secara otomatis (seperti robot). Karena apa, ia sudah melakukan shalat selama puluhan tahun dan dalam sehari melakukan sebanyak lima kali. Itu hanya yang wajib, belum lagi jika ditambah shalat-shalat sunnah. Selain melakukannya dengan otomatis, ia juga tidak bisa konsentrasi (fokus), pikirannya mengembara ke mana-mana. Tidak ada unsur penjiwaan dari setiap ucapan dan gerakan yang dilakukannya, seakan jiwa terpisah dari raga.
Pentingnya  Kesadaran (Mindfullness)
Kesadaran saat menjalankan shalat merupakan inti dari ibadah itu sendiri. Sadar akan adanya Allah, sadar sedang menghadap Allah, dan sadar sedang berkomunikasi dengan Sang Pencipta. Sadar ketika sedang melafalkan kalimat-kalimat Allah, sadar ketika sedang melakukan gerakan mulai takbir hingga salam. Sadar sepenuhnya saat ini dan di sini.
Ketika sedang takbir dan membaca "Allahu akbar", menyadari bahwa bibirnya sedang mengucapkan kalimat takbir, menyadari bahwa sedang mengangkat kedua tangan sejajar bahu atau telinga, dibarengi pula kesadaran bahwa hanya Allah saja yang agung, hanya Allah sajalah yang besar di dunia. Tiada yang lebih agung dan lebih besar selain-Nya. Dengan demikian, pada saat itu yang paling penting hanyalah Allah. Maka usai mengucapkan takbir, kita tidak perlu memikirkan hal-hal selain Allah, atau memikirkan hal-hal yang bersifat keduniaan.
Ketika sedang ruku' dan membaca "subhana rabbiyal 'azhimi wa bihamdihi", menyadari sepenuhnya bahwa hanya Allah yang Mahaagung dan segala puji hanya milik-Nya, disertai ketundukan dan kepatuhan hanya kepada-Nya. Ketika sedang sujud, menyadari sepenuhnya bahwa hanya Allah-lah yang Mahatinggi, disertai kepasrahan total kepada-Nya. Â Istilah lainnya adlah tuma'ninah.
Demikian pula ketika sedang mengucapkan salam, menyadari bahwa shalat telah selesai ditunaikan, dibarengi kesadaran penuh akan memberikan keselamatan kepada orang-orang yang ada di kanan maupun di kiri kita.
Kesadaran Setelah Shalat
Ternyata tidak hanya saat shalat saja, kesadaran shalat ini perlu dibawa ke kehidupan nyata usai menjalankan shalat. Nilai-nilai yang terkandung dalam shalat perlu kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, dampak dari menjalankan ibadah shalat (termasuk ibadah-ibadah lainnya) dapat dirasakan dalam kehidupan bermasyarakat.
Biar pun shalatnya sangat khusyu' dan begitu tuma'ninah, tapi jika tidak ada dampak pada kehidupan nyata, itu pun masih dianggap sebagai shalat yang LALAI. Mengapa? Seharusnya kesalehan pribadi diikuti oleh kesalehan sosial. Rajin beribadah tapi berbuat buruk kepada tetangga, apalah guna. Khusyu' dalam shalat, tapi setelah itu berbuat zalim kepada orang lain, percuma juga.
Setelah bertemu Tuhan dalam shalat, diharapkan setelah shalat kita berbuat baik kepada semua ciptaan Tuhan. Tidak hanya kepada manusia, juga kepada makhluk hidup lain seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan. Termasuk juga menjaga alam dan lingkungan agar tetap lestari.
Shalatnya khusyu' tapi belum ada dampak baik dalamkehidupan nyata, itu saja masih dianggap sebagai shalat yang lalai, apalagi shalatnya tidak khusyu' dan sadar (shalat seperti robot), itulah sebagaimana yang disebut dalam surat Al Ma'un sebagai ORANG YANG CELAKA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H