Mohon tunggu...
trimanto ngaderi
trimanto ngaderi Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis Lepas

Pendamping Sosial diKementerian Sosial RI;

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jalan Berliku Pemberdayaan KPM PKH

6 Juni 2021   20:29 Diperbarui: 6 Juni 2021   20:40 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: https://pendidikan.co.id

Jalan Berliku Pemberdayaan KPM PKH

Tugas utama seorang Pendamping Sosial Program Keluarga Harapan (PKH) adalah melakukan pemberdayaan terhadap Keluarga Penerima Manfaat (KPM) dampingannya. Tujuan akhir dari pemberdayaan ini adalah "perubahan perilaku". KPM menerima bantuan berupa uang nontunai hanyalah sebagai stimulant saja. 

Inti pokok program PKH adalah pemberdayaan social. Dalam hal ini Pendamping Sosial melakukan tugas pemberdayaan, di antaranya: Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2) atau Family Development Session (FDS), memberikan pelatihan/keterampilan tertentu, serta bentuk-bentuk pemberdayaan lainnya sesuai kreativitas masing-masing Pendamping.

Tidak sedikit Pendamping yang bersungguh-sungguh melakukan pemberdayaan. Ia melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas KPM dampingannya. Bahkan, mereka rela melakukan sesuatu yang bukan merupakan tupoksi Pendamping demi kebaikan dan kemajuan KPM. Mereka rela menyumbangkan segenap waktu, tenaga, pikiran, bahkan dana untuk melakukan pemberdayaan sosial. Pendamping tipe seperti ini benar-benar berjiwa sosial.

Tapi amat disayangkan, dari sisi KPM sendiri, tidak sedikit dari mereka yang tidak siap atau tidak mau untuk diberdayakan. Mereka kurang (tidak) merespon niat baik dari Pendamping. Mereka hanya mau bantuannya saja, tidak butuh yang lain. mereka hanya ingin menerima hak, sedangkan kewajiban sebagai KPM tidak dipenuhinya.

Beberapa kendala yang berasal dari KPM yang menghambat Pendamping dalam melakukan pemberdayaan, di antaranya:

1. Sifat Malas

Ini mungkin kendala terbesar yang kita hadapi. Seorang pemalas biasanya selalu mencari-cari alasan (pembenaran) atas perilaku malasnya. Sifat malas merupakan salah satu penyebab terjadinya kemiskinan. Inilah yang biasanya disebut dengan "kemiskinan kultural", kemiskinan yang disebabkan oleh budaya, kebiasaan, atau perilaku (negatif).

Misalnya saja, ada yang mengeluh harga cabe cukup mahal. Ketika kita bilang, mengapa tidak menanam sendiri, jawabannya tidak punya lahan. Yang punya lahan pun beralasan: airnya sulit, diganggu ayam, terkena hama dsb. Ketika air melimpah, tidak ada ayam dan tidak ada hama, ujung-ujungnya mereka pun mengatakan dengan jujur bahwa mereka malas. Padahal untuk menanam cabe tidak harus punya lahan, bisa memakai pot atau polybag, bahkan bisa dengan sistem hidroponik.

Kemalasan juga ditunjukkan KPM ketika ada pertemuan kelompok atau kewajiban lainnya, seperti timbang balita ke posyandu, pemeriksaan kehamilan, atau setor KK ketika ada perubahan data keluarga. Mereka hanya mau mengambil haknya saja, sedangkan kewajibannya enggan melaksanakan.

2. Paradigma Lama

Sebagian KPM masih mempertahankan pola pikir lama, padahal hal itu sudah tidak relevan lagi, tidak produktif lagi. Beberapa ungkapan, keyakinan, kepercayaan, asumsi, tradisi dll dari nenek-moyang masih digenggam erat. Sepertinya semua itu sudah merupakan barang baku dan mati, yang tidak mungkin lagi diubah atau diganti.

Orang tipe seperti itu biasanya sulit untuk berubah, sulit untuk menerima hal-hal baru. Segala yang ia yakini sudah mendarah-daging. Ciri-cirinya di antaranya: ngeyel, merasa benar sendiri, memaksakan kehendak, mau memang sendiri, tertutup, tidak demokratis, dst.

3. Berpikir Instan

Sebenarnya KPM itu ingin sekali berubah hidupnya. Misalnya ingin punya rumah yang lebih bagus, kendaraan yang lebih baik, punya usaha, menjadi orang sukses (kaya), dll. Tapi sayangnya, cita-cita itu hanya sebatas angan. Mengapa?

Kalau kita motivasi untuk lebih rajin bekerja, mereka masih enggan. Kalau kita ajak untuk memiliki keterampilan tertentu, masih pikir-pikir. Kalau kita ajak untuk merintis usaha, alasannya tidak punya modal. Tapi kalau diajak untuk gemar menabung, juga susah.

Mereka mengira, orang-orang yang sukses (kaya) itu ada dengan sendirinya, mereka langsung melihat hasil saat ini dan lupa akan proses menjadi sukses. Sebagian lagi mengira, kesuksesan (kekayaan) adalah faktor keberuntungan semata.

4. Kendala-kendala lainnya

Itulah beberapa kendala yang dialami Pendamping ketika melakukan pemberdayaan sosial. Tentunya, setiap Pendamping punya kendala yang spesifik. Namun di sisi lain, kita tidak dapat memungkiri bahwa masih ada KPM yang benar-benar siap untuk diberdayakan (siap untuk berubah), tapi sayang KPM seperti ini jumlahnya cukup sedikit.

Akhir kata, sekalipun dalam pemberdayaan kita banyak sekali menemukan kendala-kendala, mari kita tetap bersemangat, istiqamah, dan  pantang berputus asa.

Boyolali, 6 Juni 2021

Trimanto (Pendamping Sosial Kecamatan Andong)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun