Segera mereka bergegas ke arahku. “Enten nopo bulek?” kompak mereka bertanya padaku.
Kutunjukkan buku-buku yang kubuntal dengan bekas taplak di bocengan belakang sepedaku.
Rasa bahagia melihat mereka saling berebut buku yang kubawa. Kuajak mereka menepi ke pepohonan rindang di pojok lapangan.
Semilir angin sepoi–sepoi membuat anak-anak semakin hanyut dengan buku yang mereka baca.
Misi perdanaku kini telah tertunai. Dari pertemuan perdanaku dengan anak-anak itu, kini para pelanggan jamuku juga orang tua yang anaknya ikut membaca buku yang kubawa, sekarang semua mendukung langkah kecilku itu. Aku sangat senang dengan minat baca mereka. Antusiasme yang begitu tinggi dari masyarakat di desaku membuatku semakin semangat menggiatkan budaya membaca. Karena aku sadar dengan banyak membacalah, kami orang-orang desa tidak akan dibodohi oleh orang lain.
Kini koleksiku semakin bertambah banyak. Para pelanggan jamuku yang terdiri dari berbagai kalangan, banyak yang menyumbangkan bukunya padaku. Aku sangat berterima kasih karena usahaku kini tak dinilai sebelah mata sebagai hal yang sia-sia.
Langit sore begitu cerah. Secerah hatiku yang sedang sumringah. Kupacu dengan penuh semangat sepeda tua peninggalan nenek yang kini menjadi kebanggaanku.
Kini, aku telah menemukan duniaku. Aku menikmati aktivitas baruku. Dan aku sangat menghargai statusku. Sebagai mantan babu, yang kini menjadi penjual jamu dan juga profesi baruku sebagai penyedia bacaan bagi masyarakat di desaku.
Pustakawan keliling, gelar yang kini disematkan padaku oleh masyarakat, membuatku semakin merasa mempunyai tanggung jawab untuk terus menyampaikan misi mulia. Menggiatkan budaya membaca dimanapun aku berada.
Bandar Lampung, 22/05/2012
2:56 am