"He..he.., jangan percaya omongan orang! Tidak semua benar!"
"Setuju!"
Hembusan angin dari taman di samping ruang makan, menerpa anak-anak rambutnya. Sepasang mata jeli memancar cantik. Taman dengan segala panoramanya, meja dan peralatan makan yang mewah, pasti akan jadi momen abadi dalam memoriku.
Aku gigit seiris kecil, dan benar saja, rasanya pahit. Sesuai penampilannya. Aku meneguk air minum dan berusaha meyakinkan diri bahwa semua itu akan secepatnya berlalu.
"Bagaimana rasanya, Mas?"
"Hmm.., lumayan enak! Bumbu rempah-rempahnya pas! Terima kasih untuk hidangannya."
"Jujur?"
"Iya, aku gak bohong," dustaku. Menurutku berdusta untuk menyenangkan hati orang tidak apa-apa. "Mbak Meta, pasti suka masak ya?"
Tersungging senyum tersipu malu dari bibirnya yang berwarna merah merona. "Iya suka!" Jemarinya dengan terampil mengiris potongan daging agar sesuai dengan suapan untuk mulutnya.
"Cuma!" celetukku, "Pasti akan jauh lebih nikmat jika dagingnya tidak terlalu matang!" 'Salah, yang benar tidak gosong'.
"Sekarang kan banyak tukang goreng! Jadi gak seru kalau gak sampai gosong?"