"Betul! Mas kenal?"
"Itu kan kampusku juga!" Hm.., aku mulai mengendus sesuatu yang mencurigakan. Doktor Dodit, pria berumur di atas empat puluh tahun, menikah dengan seorang mahasiswi dan memiliki kekayaan yang luar biasa.
"Dulu aku pengunjung setia perpus, jadi akhirnya akrab sama dia!" urainya seolah bisa membaca rasa penasaranku. "Nah, akhirnya lama-lama aku tahu di lantai atas perpus itu ada percetakan yang mencetak buku-buku best seller! Tapi ini rahasia lho. Jangan diceritakan ke orang lain!"
"Apakah itu bukan pembajakan namanya?"
"Iya sih. Tapi kata suamiku tidak apa-apa demi mencerdaskan kehidupan bangsa!"
Terdengar klise. Menghalalkan perbuatan haram berkedok dalih mulia.
Tidak berselang lama kemudian, ia kembali muncul dari arah dapur. Kedua tangannya tampak membawa piring besar berisi makanan. Asap tipis mengepul. "Mas, mau minum?"
"Minum? Ah, air putih saja, Mbak!"
"Ini sudah saya buatkan lemon tea. Maksud saya minuman beralkohol. Jangan khawatir, alkoholnya rendah kok!"
"Trima kasih, tapi saya suka lemon tea saja!"
Saat ia meletakan piring di atas meja, tercium aroma daging gosong yang menyengat. Aku yakin dia baru belajar memasak, sehingga sampai kegosongan.