Keluar dari toilet ternyata bapak ojek masih menunggu. Ia duduk menghadap pintu keluar. Seolah-olah khawatir aku lepas dari pantauannya.
"Monggo, motor saya ada di sana, Mas!"
Baiklah. Rasanya tidak tega mau minta dia menunggu aku makan. "Maaf, ongkosnya berapa, Pak?" tanyaku, sempat terpikir jangan sampai nanti dimahalkan.
"Terserah masnya saja!"
"Waduh saya tidak tahu Pak!" Aku memperlambat langkah sambil melihat-lihat tulisan menu makanan di kantin.
"Tiga pulu ribu saja!"
'Tadi bilang terserah, tapi ternyata mintanya mahal juga. Kalau sampai tiga puluh ribu mungkin tempatnya jauh dari terminal.' "Apa jauh dari sini Pak?"
"Tidak jauh Mas!"
"Kok sampai tiga puluh ribu, hampir mendekati harga karcis bus dari kota saya, Pak?"
"Itu sudah harga umum! Jangan khawatir, itu sudah murah kok, Mas!"
Rencana mau makan batal. Aku mengikutinya dari belakang, berjalan ke arah parkiran untuk mengambil motor. Di sepanjang perjalanan menuju tempat penginapan bapak itu cerita bahwa dari pagi belum dapat satu pun penumpang.