Hanya dalam waktu singkat mereka semua roboh. Dengan tulang tangan atau kaki yang patah, cukup membuat nyali mereka menciut untuk kembali melawan. Bahkan mereka berusaha menyingkir dari arena pertempuran, walau pun harus dengan merangkak. Ada juga yang berusaha menuruni tebing batu. Lintang membiarkan saja, karena mereka akan diselesaikan oleh murid-muridnya di bawah.
"Hebat... luar biasa..!" Ki Bajul Brantas memuji sambil menyeringai.
"Ilmu ibliskah yang kau gunakan itu?" tanya Pendekar Golok Maut.
Pendekar Cebol yang berdiri di samping Ki Kalong Wesi mulai berkeringat dingin. Baru sekali itu selama hidupnya ia melihat pertarungan yang sangat hebat dan cepat.
"Hm.., bukankah kamu tadi menggunakan ilmu ajian Waringin Sungsang?" tanya Ki Kalong Wesi, "Hebat! Dari mana kamu dapat ilmu itu?"
"Anda seorang pendekar yang cerdas!" balas Lintang memuji.
"Tapi ilmu itu bagiku sama saja dengan ilmu seorang bocah!" Sesudah berkata demikian dia berseru dengan menggunakan ajian 'Gelap Ngampar'.
Biasanya, ilmu tenaga gertakan yang sudah mencapai tingkat tinggi itu akan membuat jantung lawan tergetar sehingga bisa mengacaukan konsentrasi dan pergerakan jurus silatnya. Akan tetapi, ternyata ajian itu tidak berpengaruh terhadap Lintang. Tiga kali gempuran kilat Ki Kalong Wesi mengenai tempat kosong.
Pendekar Golok Maut segera ikut menerjang dengan jurus-jurus mautnya. Lintang maklum bahwa meski pun kelihatannya serangan itu seperti biasa saja, akan tetapi hebatnya bukan main. Ketika Lintang mengelak sambil melompat, tanah di belakangnya yang terkena angin sambaran golok itu berhamburan ke atas dan pohon di belakangnya bergoyang-goyang. Serangan yang mengandung tenaga dalam yang sanggup mengirim nyawa seseorang berjumpa malaikat maut.
Ki Bajul Berantas kini turut menggempur dengan mengandalkan kegesitannya. Pendekar Cebol pun tidak tinggal diam. Ia ikut mengeroyok meskipun jarang sekali memperoleh peluang untuk melancarkan serangan. Malahan ia yang selalu terancam.
"Biarlah aku minggir dulu dan memberi kesempatan kepada kalian!" seru Ki Kalong Wesi, "Kalian boleh memberi pelajaran kepada dia, tapi jangan dibunuh, biarkan aku yang akan menghabisinya!" Sikapnya yang sangat sombong itu sengaja untuk melemahkan mental lawan.