"Sepakat..!" Terdengar suara parau memberikan dukungan.
Mereka yang usul itu adalah para murid yang menjagokan guru mereka masing-masing untuk menjadi ketua. Ada pula yang mengusulkan Cak Japa, tapi dia menolaknya dengan tegas.
Cak Japa mengingatkan, "Ingat sewaktu dulu pertemuan kita didatangi oleh enam kawanan perampok yang dipimpin Pendekar Tapak Petir, siapa waktu itu yang bisa melumpuhkan mereka? Hanya Pendekar Gembul. Jadi saya pribadi tidak meragukan akan kehebatan ilmu silat beliau, yang sekarang tampak lebih gagah dan tidak gembul!"
Terdengar suara tawa dari para tamu, dan mereka sepakat bahwa Lintang sama sekali tidak kelihatan gemuk seperti dulu.
"Oleh karena itu," sambung Cak Japa, "Saya setuju Pendekar Pedang Akhirat Lintang Kejora yang menjadi ketua perkumpulan kita!"
Keadaan yang tadinya berisik bukan main sekarang kembali tenang. Tampaknya tidak ada seorang pun yang tidak sepakat dengan apa yang telah disampaikan Cak Japa. Sesungguhnya memang tidak ada pendekar di tempat itu yang berani menghadapi Lintang andaikata diadakan adu silat.
***
Padepokan Benteng Nusa, hari itu menerima kedatangan tamu agung, Ki Demang Wiryo bersama keuarga besarnya, yang selama ini menjadi musuh bebuyutan. Rombongan itu ditemui oleh Arum dan Lintang di ruang tamu puri.
Ki Demang, orang tua pemuda bernama Warsito Kertosastro, menyampaikan bahwa niat kedatangan mereka adalah untuk melamar Ayu Lastri. Warsito adalah anak bungsu Ki Demang yang diserahi untuk mengelola Pesanggrahan Seribu Kembang. Rupanya Warsito jatuh hati kepada Ayu Lastri saat ia melihat gadis itu mengamuk di pesanggrahan.
Pastinya Lastri deg-degan ketika diberitahu oleh gurunya, Arum. Antara penasaran dan takut siapa orang yang melamarnya, bagaimana kok dia tahu-tahu melamar, dan masih banyak lagi pertanyaan lalu-lalang di benaknya.
Warsito adalah pemuda yang tampan, gagah dan berpendidikan tinggi, tapi sebelum melihat bagaimana orangnya, Lastri sudah pasti tidak akan menolak jika itu atas perintah gurunya.