Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Ikrar Sang Pendekar (84): Menagih Utang

9 Oktober 2024   06:44 Diperbarui: 21 Oktober 2024   14:47 556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Tri Handoyo

Pendekar bernyali naga berada dalam tubuh gadis muda itu. Cepat sekali, tidak sesuai dengan tubuhnya yang kelihatan lemah lembut, ia melakukan serangan dengan gesit serta mengandung tenaga yang amat dahsyat. Ia menggerakkan tangannya memukul ke arah kepala dan kakinya menyapu dengan kecepatan kilat merobohkan dua penjaga. Ia mengirim pukulan dan tendangan berantai dengan jurus-jurus maut. Pertempuran diruang yang agak sempit itu berlangsung sengit.

Mendengar keributan, belasan orang penjaga segera berhamburan datang dan mengepung lokasi. Mereka heran ada dua anak muda yang berani membuat keonaran di tempat itu. Tiga orang yang berada di dalam ruangan, termasuk Ki Bejo, sudah terkapar sambil mengerang kesakitan.

Ki Bogel, tangan kanan Juragan Bejo, diam-diam mengakui kehebatan gadis itu, ia lalu mengambil keputusan untuk memberi hukuman kepadanya. Ia menggenggam golok di tangan kanan. Melihat gadis itu keluar melewati pintu dan menerjangnya, ia membiarkan sampai tendangannya melayang sudah sangat dekat, lalu tiba-tiba ia menggerakkan tangan kiri mencengkeram ke depan, mencoba menangkap kaki, dengan pengerahan tenaga dalamnya sementara tangan kanannya mengayunkan golok ke arah leher. Terdengar seruan kaget dari kedua pihak.

Lastri kaget sekali saat kakinya tergetar dalam pertemuan dengan tangkisan Ki Bogel sampai seluruh tubuhnya ikut tergetar. Akan tetapi, Ki Bogel juga bukan main kagetnya ketika dalam keadaan seperti itu, tanpa disangka-sangka sama sekali, tangan kiri gadis itu tiba-tiba sudah memukul pergelangan tangan kanannya yang memegang golok dan sekaligus dapat merampas golok itu dari tangannya.

Merah padam wajah Ki Bogel. Golok kebanggaannya dapat terampas dari tangan, benar-benar merupakan hal yang amat memalukan. Ia harus mengakui bahwa gerakan gadis itu sangat mahir, akan tetapi perampasan pedang tadi terjadi karena ia tidak menyangka sama sekali dan karena ia sudah memandang remeh terhadap gadis belia itu.

Lastri kembali melancarkan tendangan. Serangan yang bahkan bagi Ki Bogel justru membahayakan bagi si penendang sendiri, maka Ki Bogel tidak menyia-nyiakan kesempatan baik untuk menghajar dan membuat jera gadis nekat itu. Tangan kirinya menyambar dari bawah dengan maksud menangkap kaki yang menendang untuk kemudian didorong supaya gadis itu terbanting jatuh.

Akan tetapi begitu tangan lelaki ini menyentuh alas kaki Lastri, dengan kaget ia terpental mundur karena pada saat itu juga tanpa disangka-sangka sama sekali Lastri dapat memutar kaki lainnya yang langsung menendang muka. Serangan itu sama sekali tidak terduga, maka tanpa dapat Ki Bogel hindarkan, mukanya telah didorong kuat dan cukup membuatnya terhuyung-huyung. Tercetak alas kaki yang bercampur tanah di wajahnya.

Ki Bogel boleh mengunggulkan dirinya sebagai jagoan yang paling ditakuti di Pesanggrahan Seribu Kembang, namun menghadapi Lastri ia tidak ada artinya sama sekali. Andai kata wakil ketua keamanan itu menggunakan golok saja, ia masih akan repot dan takkan dapat mengalahkan gadis bertangan kosong itu, apa lagi sekarang ia sudah kehilangan goloknya, jagoan yang galak dan beringas itu menjadi makin tak berdaya.

Mahesa masih diam menonton. Ia memang berani bersikap demikian karena ia sudah tahu pasti bahwa penjaga-penjaga itu bukanlah lawan Lastri. Dari gerakan tiga orang pertama ketika betempur tadi tahulah Mahesa bahwa mereka hanya lagaknya saja hebat, pada dasarnya tidak memiliki kepandaian berarti.

"Dia murid Benteng Nusa!" terdengar suara orang berteriak. "Bukankah kau murid Benteng Nusa?"

"Oh murid Arum Naga ya? Kalian... kalian orang munafik!" tiba-tiba saja Juragan Bejo sambil merangkak berteriak dalam ketakutannya. Ia berusaha berdiri. Makiannya ini ternyata tepat mengenai sasaran, memukul kelemahan Mahesa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun