Mohon tunggu...
TRI HANDOYO
TRI HANDOYO Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Penulis esai, puisi, cerpen dan novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Ikrar sang Pendekar (82), Tak Ada yang Tak Berakhir

8 Oktober 2024   04:56 Diperbarui: 8 Oktober 2024   05:36 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ki Lurah Panji, dan Ki Paimo Pendekar Jeliteng yang sebelah lengannya putus, ikut dalam penyerbuan itu sebagai penunjuk jalan. Ki Paidi masih dalam proses penyembuhan akibat telah banyak kehilangan darah karena luka-luka yang dideritanya.

Hari itulah pembalasan dendam ditunaikan. "Ki Unggul itu bagianku!" pinta Si Iblis Betina kepada Ki Kalong Wesi.

Ki Unggul dan anak buahnya yang sangat menguasai medan pertempuran menyambut gempuran mendadak itu dengan penuh percaya diri. Mereka memang sudah berhasil melumpuhkan banyak musuh, namun musuh terberat mereka adalah dua pendekar sakti yang kepandaiannya memang jauh di atas Ki Unggul. Markas Laskar Rimba pun berhasil diobrak-abrik hanya dalam kurun waktu kurang dari satu jam.

Sepasang cakar Si Pendekar Kalong Wesi yang kuat mencengkeram bagian dada Ki Sabrang. Terdengar suara kulit dan daging dirobek diiringi ketawa melengking tinggi dari mulut Ki Kalong Wesi. Ki Sabrang mengeluarkan pekik kesakitan dan kemudian roboh dalam kondisi menyongsong sakratul maut. Tubuhnya yang diam tak bergerak itu dalam keadaan mengerikan sekali. Pakaiannya robek-robek, penuh darah yang bercucuran dari dada dan mukanya yang terkena kuku-kuku tajam.

Suasana hening, tidak ada lagi terdengar suara senjata beradu dan jerit atau teriakan kesakitan. Ki Unggul sempat menyaksikan bahwa semua anak buahnya telah bergelimpangan. Ia pun akhirnya nekad untuk menyusul mereka semua.

Kini Si Iblis Betina dan Ki Kalong Wesi justru mengeroyok lelaki yang pantang menyerah itu. Tongkat dan cakar-cakar maut tak terelakan lagi. Ki Unggul Weling roboh bersimbah darah. Mata sebelah kirinya hancur ditembus ujung tongkat, daging pipi kirinya hingga mulutnya robek lebar terkena cakar, tulang punggungnya remuk digempur tongkat, dan lutut kanannya nyaris putus. Kini jari-jari tangannya kaku mencengkeram saking menahan sakit yang luar biasa.

Pada saat itu Ki Unggul masih belum tewas, karena masih terdengar rintihan perlahan dari kerongkongannya. Akan tetapi kalau ada orang yang menyaksikan keadaannya, tentu tak akan mengharapkan dia dapat bertahan hidup.

Si Iblis Betina kemudian memenggal kepala Ki Unggul dan menentengnya sambil berteriak galak, "Bunuh semua! Jangan biarkan ada satu orang pun Laskar Rimba yang masih bisa bernafas!"

Suasana hutan kembali sunyi. Artinya pertempuran telah usai. Petualangan Laskar Rimba pun selesai. Tak ada cerita yang tak berakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun